Kabinet Jokowi
Kecewa Prabowo Jadi Menteri, Haikal Hassan: Tidak Ada Istilah Berjuang dari Dalam
Ketua II PA 212 Haikal Hassan mengungkapkan kekecewaan terhadap masuknya Prabowo ke pemerintahan. Ia menegaskan PA 212 tetap berada di jalur oposisi.
Penulis: anung aulia malik
Editor: Ananda Putri Octaviani
Kemudian, Haikal menyatakan ketidaksetujuannya terhadap Prabowo yang ingin memperbaiki negara dari dalam.
"Mestinya berada di luar, karena nggak ada istilah memperjuangkan dari dalam," jelas Haikal.
Video selengkapnya dapat dilihat mulai menit 0.39
Kritik Pemerintah dan Soroti Separatisme
Dilansir oleh TribunWow.com dari channel YouTube Indonesia Lawyers Club (ILC) pada Selasa (28/10/2019), Haikal mengatakan pemerintah juga perlu kritik untuk menjadi lebih baik.
"Kalau kita dituntut untuk memberikan narasi yang menyenangkan, enggak bisa, itu berarti semua koalisi dong."
"Kita tetap melakukan narasi yang mengkritik kerja pemerintah karena kita sudah berjanji kita oposisi, dan semua ulama, ustaz, kiai, itu idealnya adalah oposisi," ujarnya.
Haikal menambahkan penjelasannya terkait penguasa yang baik menurut islam.
"Karena kita tahu Bang Karni bahwa hal itu terlarang dalam Islam, sebaik-baik penguasa adalah penguasa yang mendekati kepada ulama, tapi seburuk-buruk ulama adalah yang mendekati pintu penguasa," ucap Haikal.
• Ketua PA 212 Haikal Hassan Akui Dulu Dukung Prabowo Subianto sebelum Jadi Menhan: Kami Enggak Peduli
Menurut Haikal, pemerintah harus selalu dikritik agar ada pengawasan dan keseimbangan.
Haikal mengatakan dirinya dan PA 212 akan terus menjadi oposisi bagi pemerintah untuk menjaga keseimbangan.
"Kita tetap oposisi sampai mati, tapi tetap uswatun khassanah, dengan akhlakul karimah, bahwa kita akan tetap mengkritik pemerintah sampai terus supaya pada tetap check and balance dong," kata Haikal.
Membahas radikalisme, Haikal mengatakan pemerintah juga perlu memerhatikan gerakan separatisme yang mengancam kesatuan NKRI.
"Masak semuanya koalisi, jadi setuju dengan pak Mahfud hari ini, kita berantas takfiri dan sekalian dong yang mau pisah dari NKRI juga disebut dong, masak enggak disebut sama sekali," kata dia.
Menurut dirinya, separatisme adalah ancaman yang lebih besar dibandingkan radikalisme yang sering didengungkan.
"Fokus kepada apa, fokus kepada unsur-unsur yang mau memisahkan diri dari NKRI apa yang terjadi di Wamena, ini ancaman separatisme seperti itu enggak pernah menjadi ancaman yang terus disebut-sebut adalah masjid, radikal, uztaz, radikal," lanjutnya.
Video selengkapnya dapat dilihat mulai menit 7.00
(TribunWow.com/Anung Malik)