Rusuh di Papua
Beri Komentar Tentang Kerusuhan Papua, Franz Magnis Suseno: Mereka Merasa Tak Dianggap
Rohaniawan dan budayawan Franz Magnis Suseno memberikan pendapatnya mengenai kerusuhan yang terjadi di Papua belum lama ini.
Penulis: Jayanti tri utami
Editor: Maria Novena Cahyaning Tyas
TRIBUNWOW.COM - Rohaniawan dan budayawan Franz Magnis Suseno memberikan pendapatnya mengenai kerusuhan yang terjadi di Papua belum lama ini.
Dikutip TribunWow.com dari Kompas.com, Jumat (23/8/2019), Franz Magnis Suseno menilai kerusuhan yang terjadi disebabkan karena warga Papua selalu merasa tak dianggap oleh pemerintah.
Seperti diketahui, kerusuhan di Papua merupakan buntut dari penangkapan 43 orang mahasiswa Papua di Surabaya yang dituduh merusak bendera Merah Putih, Sabtu (17/8/2019).
Kerusuhan Papua terjadi di Manokwari dan Fakfak pada Senin (19/8/2019) dan Rabu (21/8/2019).
• Kecam Rasisme, Paguyuban Keluarga Jawa Timur di Manokwari: Cucu Saya bahkan Sudah Berdarah Papua
Franz Magnis Suseno menyoroti adanya korban jiwa pada setiap kerusuhan yang terjadi di Papua.
"Mereka sering merasa tidak dianggap dan itu terlihat dalam security approach."
"Kalau ada kerusuhan di Papua, selalu banyak orang tewas daripada di tempat lain. Mereka merasa bahwa mereka tak dianggap," ucap Franz.
Franz mengungkapkan, warga Papua seharusnya diperlakukan sama dengan masyarakat Indonesia lainnya.
"Papua juga bisa diberikan perlakuan-perlakuan yang diharapkan," lanjutnya.
Franz lantas mempertanyakan tentang permasalaahan di Papua yang tak kunjung terselesaikan setelah 60 tahun bergabung dengan Indonesia.
"Bagi saya yang jadi pertanyaan, sudah hampir 60 tahun Papua dan Papua Barat selalu jadi bagian di bawah pemerintah Indonesia kok tetap belum damai?," tanya Franz.

• Warga Papua Gelar Aksi 1.000 Lilin sebagai Simbol Perdamaian, Harap Tak Ada Lagi Diskriminasi
Lebih lanjut, ia meminta pemerintah untuk tidak menyamakan Papua dengan Timor Timur (Timor Leste).
"Papua bagian sah dari Indonesia tetap akan jadi bagian sah dari Indonesia."
"Jangan kira Papua sama dengan Timor Timur," ucapnya.
Pria asal Jerman yang menjadi WNI sejak tahun 1977 itu lantas meminta Organisasi Papua Merdeka (OPM) untuk menghentikan serangan senjata mereka.