Kabar Tokoh
Soal Survey 41 Masjid Terpapar Radikalisme di ILC, Begini Ragam Tanggapan Narasumber yang Hadir
Terkait Survey P3M yang menyebutkan 41 masjid terpapar radikalisme, Simak potret tanggapan narasumber yang beragam
Penulis: Nila Irdayatun Naziha
Editor: Bobby Wiratama
Menurut penuturan Guntur, beberapa lembaga survey, membedakan antara Intoleransi dengan Radikalisme.
"Intoleransi itu sikap tidak terima dengan kelompok yang lain, dengan kata lain tidak mau toleransi, sedangkan Radikal itu sudah mendukung kelompok-kelompok seperti khilafah, seperti ISIS, atau terlibat dalam kegiatan kekerasan seperti Jihad dalam arti kekerasan," jelasnya.
"Di situ dapat disimpulkan, ada persoalan serius terhadap radikalisme di negeri ini," terang Guntur.
• Ekspresi Tengku Zulkarnain saat Dibilang Radikal Menengah oleh Ketua P3M Agus Muhammad di ILC
"Kemudian hasil survey ini yang lebih penting kita perlu membaca semuanya berasal dari lembaga independen, jadi jangan sampai di framming ini merupakan kerjaan pemerintah, apalagi BIN atau Kemenag dianggap mengawasi masjid-masjid, karena ini adalah survey dari lembaga independen, jadi jangan kemudian memakai framming, negraa ketakutan jadi kemudian melakukan pengawasan terhadap masjid-masjid, itu tidak benar," jelasnya.
"Oleh karena itu kita melihat, da dua persoalan di bangsa ini bang, pertama masalah intoleransi dan yang kedua adalah masalah korupsi, dan kedua masalah ini bergelindan dalam soal politisasi agama," terangnya.
Kemudian Guntur juga menjelaskan, alasan mengapa wacana radikalisme semakin lama semakin menguat dan mengapa seseorang bisa menjadi radikal.
Menurut penelitian dari Wahid Foundation, bahwa seseorang yang ingin menjadi radikal karena ia merasa terancam.
Yang kedua lantaran ia banyak mengkonsumsi pesan-pesan kebencian.
Pesan-pesan kebencian tersebut datang dari media sosial atau khutbah-khutbah.
Dan yang ketiga adalah pemahaman yang salah terhadap jihad, bahwa jihad hanya kekerasan dan merupakan tindakan kekerasan bagi agama yang lain.
Hal tersebut merupakan pemahaman yang keliru terhadap jihad.
• Debat Sudjiwo Tedjo dan Ali Ngabalin di Belakang Layar ILC Jadi Sorotan, Haikal Hasan sampai Datang

4. Tengku Zulkarnain : Penelitian Abal-Abal ini
Tengku Zulkarnain mengungkapkan bahwa dirinya tidak pernah menolak Pancasila.
Hal tersebut diungkapkan berdasarkan lima point yang diungkapkan oleh Ketua P3M Agus Muhammad yang menyebutkan bahwa salah satu indikasi radikal yakni sikap nya terhadap konstitusi nasional.
Lantas dirinya memberikan penjelasan lebih lanjut terkait pernyataannya tersebut.
"Saya pegawai negeri 30 tahun, dosen di Universitas Sumatera Utara, pensiun dengan baik, dibayar gajinya setiap bulan Rp4,2 juta, saya lulus penataran 120 jam dan saya bisa menatar tingkat manggala. Kurang apa diragukan kepancasilaan saya?, " ucapnya.
Tengku juga mengungkapkan bahwa dirinya merupakan Wakil Sekjen MUI yang dipilih di Munas, sedangkan dirinya bukan perwakilan dari NU maupun Muhammadiyah.
"Saya Pancasilais lho pak, aturan Undang-Undang itu yang saya lakukan" ucap Tengku Zulkarnain.
Tengku Zulkarnain lantas menyebut hasil penelitian Pengembangan Pesantren dan Masyarakat (P3M) adalah abal-abal.
Tengku Zulkarnain bahkan menyindir Badan Intelejen Negara (BIN) yang percaya dengan penelitian tersebut.
"Penelitian ini saya katakan abal-abal,".
"Enggak kelas lah, 100 masjid diawasi cuma 4 kali khutbah. Setahun 1 masjid itu 52 kali khutbah,".
"Dan satu masjid di Jakarta ini umumnya hanya 1-2 kali khutbah dalam setahun, kalau 4 kali khutbah, saya enggak akan masuk itu (sambil menunjuk ke perwakilan P3M), atau mungkin masuk diawasi dari 52 khutbah," ungkap Tengku Zulkarnain.
"Ternyata kan tidak semua BUMN coret, saya di masjid BUMN belum dicoret, sudah 19 tahun," jawab Tengku Zulkarnain.
"Tapi begitu direksi Garuda Indonesia berubah bulan lalu saya dicoret,".
"Ini mungkin gara-gara penelitian abal-abal ini," imbuhnya disambut tepuk tangan penonton dan tawa dari Ketua DP P3M Agus Muhammad.
• Perdebatan Sudjiwo Tedjo dan Ali Ngabalin di Belakang Panggung ILC soal Makanan

Pernyataan Ketua P3M
Ketua DP P3M Agus Muhammad, menuturkan ada 5 hal kriteria menentukan masjid teridentifikasi radikal atau tidak.
"Pertama adalah sikap terhadap konstitusi nasional, NKRI, Pancasila, UUD 45, kemudian Bhineka Tunggal Ika."
"Kedua, sikap terhadap pemimpin non muslim, karena kita sebagai negara yang sudah menyepakati, maka semua orang punya hak yang sama untuk menjadi pemimpin."
"Kita ingin tahu sikap mereka terhadap agama yang lain, Yang keempat, kita ingin tahu sikap mereka terhadap kelompok minoritas, suku, adat, ya secara umum jumlah itu sangat minoritas."
"Yang terakhir sikap mereka terhadap pemimpin perempuan seperti apa. Nah jika sikap mereka negatif, kita menganggap mereka sebagai radikal. Kalau semakin negatif sikapnya kita melihat itu semakin tinggi."
(TribunWow.com/Nila Irdayatun Naziha)