Perbudakan TKI! Setelah Puluhan Tahun Tak Ada Kabar, Parinah Akhirnya Bisa Pulang ke Indonesia
Kasus perbudakan modern yang dialami Tenaga Kerja Indonesia (TKI) asal Desa Petarangan Kemranjen Banyumas, Parinah mengegerkan publik.
Editor: Fachri Sakti Nugroho
Di usia yang lanjut, seharusnya mereka tinggal merengkuh bahagia sembari ikut mencicipi hasil jerih payah anaknya yang bekerja luar negeri.
Tetapi mereka masih harus menanti kepulangan Turnati, dengan umur yang tersisa, bergelimang nestapa.
Kepala Desa Petarangan, Zaenul Mustofa mengatakan, Turniati sempat berkirim surat sebanyak tiga kali di awal keberangkatannya ke Kuwait, 2001. Melalui surat itu, ia mengabarkan telah memperoleh majikan.
Tetapi surat berikutnya berisi kabar tak mengenakkan. Melalui surat itu, Turniati mengeluh mendapat kekerasan dari majikan.
• Puluhan Sopir Angkor Unjuk Rasa di Depan Gedung Sate
Ia pun menaruh harap bisa pulang ke Indonesia. Keluarga mempunyai data nama dan nomor telepon majikan, tetapi susah dihubungi.
Pihak keluarga dan pemerintah desa pun telah melaporkan hilangnya Turniati ke Dinas Tenaga Kerja Banyumas.
Mereka berharap Turniati bisa dipulangkan ke Indonesia dan kembali berkumpul dengan keluarga.
"Keluarga ingin Turniati dipulangkan ke Banyumas. Berharap pemerintah bisa membantu menulangkan Turnati,"katanya
Nasib Parinah, TKI dari desa yang sama lebih beruntung. Ia yang sempat hilang kontak dengan keluarga belasan tahun usai dibawa keluarga majikannya, dari Arab Saudi ke London, Inggris, berkirim surat ke kampung halaman, Januari 2018 lalu.
Surat yang menyertakan nomor telepon dan alamat itu sekaligus jadi petunjuk bagi pemerintah untuk melacak keberadaan Parinah.
Hingga dia ditemukan dan berhasil dipulangkan ke Indonesia dengan bantuan Kepolisian Inggris. (*)
Artikel ini telah tayang di Tribunjateng.com dengan judul Satu Desa dengan Parinah, 17 Tahun TKI Turniati Hilang Kontak, Surat Terakhirnya Jadi Pertanda