Kisah Tukang Bubur di Bandung, Tak Mematok Harga Demi Biayai Istrinya yang Tengah Sakit
Sejak pukul 02.00, Uwa Bubur sudah mempersiapkan bubur yang akan dijual pada pagi hingga siang harinya. Pria kelahiran 1934 ini sudah 34 th berjualan.
Editor: Dian Naren
BACA Investasi Bitcoin Makin Eksis Padahal Dilarang di Indonesia Mulai 2018, Ini Alasannya
"Soalnya saya berjualan di lingkungan rumah juga, jadi pembelinya sudah kenal," ujar Uwa Bubur.
Ketika pagi, Uwa Bubur akan berjualan di lingkungan rumahnya dan di dekat SDN Tanggulun, Majalaya.
Di sini lah beberapa pembelinya akan membeli bubur di bawah harga per mangkoknya, biasanya untuk anak-anak.
"Misalnya membeli Rp 3 ribu, tapi tidak pakai ayam, atau Rp 2 ribu, tapi buburnya saja, saya tetap layani," ujar Uwa Bubur.
Ada pula pembeli yang memesan bubur lengkap namun membayar kurang dari lima ribu rupiah, namun tetap ia layani juga.
Uwa Bubur mengungkapkan, pendapatannya memang berkurang bila bubur jualannya habis oleh para pembeli yang seperti ini, namun dirinya akan tetap melayani para pembeli.
Menurutnya, rezeki bukan hanya dinilai dari keuntungan penjualan, tetapi juga senyum para pembelinya. (*)