Kecaman Tes Keperawanan kepada Pelamar Perempuan, Mitos Selaput Dara dan Asumsi Rapatnya Organ Vital
Kekerasan seksual juga dilakukan oleh aparat lembaga negara atas nama moralitas yang tidak bisa dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
Editor: Mohamad Yoenus
Mari kita mulai dengan selaput dara.
Selaput dara adalah membran di saluran vagina.
Dokter masih belum sepakat mengenai fungsinya.
Banyak yang percaya bahwa selaput itu sama sekali tidak berguna bagi tubuh perempuan.
Jika kegunaan selaput ini dianggap masih merupakan misteri, kondisi perawannya selaput merupakan salah satu mitos medis terbesar yang pernah ada.
Banyak yang memperoleh kesan bahwa selaput dara perawan menyerupai salah satu dari dua hal berikut: selaput serupa balon yang menutupi lorong vagina atau menyerupai cincin dengan tepi yang halus.
Beberapa percaya bahwa setiap gangguan pada selaput dara bisa mengakibatkan robeknya organ itu.
Makanya bukan hal yang aneh jika anak perempuan dinasihati untuk berhati-hati saat mengendarai sepeda atau perempuan muda disarankan agar tidak menggunakan tampon (sejenis pembalut berbentuk silinder kecil) karena takut bisa merusak selaput dara mereka.
Pada kenyataannya selaput dara lebih tepat bila dibandingkan dengan, menggunakan kata-kata dokter yang sering merekonstruksi selaput dara, kelopak bunga.
Selaput memiliki takik, lipatan, dan celah, bahkan saat selaput tersebut masih ‘perawan’.
Selaput dara sifatnya fleksibel dengan kepadatan yang berbeda, beberapa tipis namun beberapa yang lain cukup tebal.
Jika terjadi penetrasi, selaput dara mungkin mengalami luka. Namun, seringkali, selaput dara meregang dan tidak rusak.
Karena itulah tidak akurat untuk berpikir bahwa satu tindakan seksual akan selalu menghasilkan perubahan pada selaput dara.
Ada banyak kasus yang menunjukkan bahwa perempuan yang memiliki selaput dara halus berbentuk cincin sebenarnya sudah aktif secara seksual selama bertahun-tahun.
Kebalikannya juga benar.