Breaking News:

5 Fakta Wawancara Eksklusif Intisari dengan Aidit, Tokoh PKI Ikut Berjuang Memerdekakan Indonesia!

Pada saat itu, Intisari berkesempatan untuk mewawancarai pemimpin PKI, Aidit di Kantor CC PKI di Jalan Raya Kramat, Jakarta Pusat.

Penulis: Natalia Bulan Retno Palupi
Editor: Natalia Bulan Retno Palupi
Intisari.grid.id
Sedikit tentang Dipa Nusantara Aidit: Mozaik di Luar Politik 

Beredar Kabar Acha Septriasa Melahirkan, Netizen Malah Pertanyakan Usia Kandungannya

Ia pun juga memimpin Gerakan Indonesia Merdeka, sebuah gerakan bawah tanah bersama Chairul Saleh, Sidik Kertapati, Lukman.

Gedung Menteng 31 memang diketahui memainkan sejarah penting. Di situ tempat institut pendidikan politik Angkatan Baru Indonesia dalam zaman Jepang dengan Wikana sebagai direktur.

Guru-guru Aidit adalah tokoh-tokoh pergerakan seperti Bung Karno, Hatta, Syahrir, Moh. Yamin, Soebarjo, Iwa Kusumasumantri yang memberikan pelajaran Hukum, Filsafat, Sosiologi, Sejarah Politik, Ekonomi.

“Di situlah saya mendapat pendidikan politik yang lebih sistematis,” sambungnya. Ditambahkannya pula sejak saat itu ia mengenal perbedaan Soekarno dan Hatta.

Karena Hal Sepele, Perawat Jatuhkan Bayi Baru Lahir, Pihak Rumah Sakit Malah Bilang Begini

Bung Karno seorang intelektual yang mengintegrasikan diri dengan massa rakyat yang percaya akan massa aksi. Dengan indoktrinasi dan agitasi menerapkan ide-ide ilmiah kepada massa.

3. Turut berjuang memerdekakan Indonesia

Pada tanggal 15 Agustus 1945, Aidit mendengar kabar Jepang sudah kalah dari seorang wanita Indo.

Sore harinya, di gedung Menteng 31 pun berkumpul kira-kira sebanyak 13 pemuda yang dipimpin oleh Chairul Saleh.

Serentak semuanya sepakat: sekarang juga merdeka!

Oleh karena itu dibutuhkan pimpinan, jika tidak ingin terjadi kekacauan.

Kecelakaan Maut di Kalibanteng, Evakuasi Korban Tergencet Kontainer Berlangsung Menegangkan!

Juga harus dijaga jangan sampai pemimpin-pemimpin yang patriotik diserahkan sebagai inventaris Jepang kepada Sekutu.

Empat orang pemuda pun diutus rapat menghadap Bung Karno. Mereka adalah Suroto Kunto, D.N. Aidit, Subadio Sastrosatomo, dan Wikana yang bertindak sebagai juru bicara.

Pertemuan mereka mengalir dengan adanya perdebatan dan perundingan.

Namun, tiba juga saatnya 17 Agustus 1945 pukul 10.00 WIB di Gedung Pegangsaan Timur 17, mereka memproklamasikan kemerdekaan Indonesia.

Sebelum Ayahanda Meninggal, Momo Geisha Akan Datangi Rumahnya untuk Lakukan Ini

Diketahui, tiga hari tiga malam Aidit dan kawan-kawan tidak tudur dan proklamasi barulah permulaan. Ia pun membandingkan dengan proklamasi RRC dan Vietnam.

Pada kedua negara itu, mereka menduduki beberapa daerah dengan kekuatan senjata, baru proklamasi. Kita proklamasi dulu baru dipertahankan terhadap musuh.

4. Aidit dan PKI

Pada September 1945 setelah rapat raksasa Ikada tanggal 9 September, Aidit ditawan Jepang bersama dengan Hanafi dan Adam Malik.

Kepala penjara Bukitduri saat itu adalah Pak Thaye, ayah dari Prof. Syaril Thayeb, Rektor Universitas Indonesia.

Dengan bantuan Pak Thayeb, mereka lolos ketika penjaga membuka pintu untuk mengantarkan makanan dan obat.

Pada pertempuran di Jatinegara ia ditawan pasukan Inggris dan diserahkan kepada Belanda dan selama 7 bulan ditahan di Pulau Onrust.

Ia baru dibebaskan setelah perjanjian Linggarjati.

Lama Tak Terlihat, Penampilan Baru Penyanyi Cantik Ini Bikin Pangling!

Aidit pun pergi ke Solo, tempat CC PKI pada waktu itu. Dalam Kongres IV PKI 1945, Aidit mewakili PKI Solo dan dalam kongres tersebut ia bertemu dengan Njoto, wakil dari Jember.

Ia terpilih menjadi anggota Central Komite PKI.

Menurut buku Arnold C. Brackman Indonesian Communism, sekitar tahun 1949 itu Aidit keluar negeri. “I left Indonesia because I was eager to learn about the world.” (Saya meninggakan Indonesia karena saya ingin sekali mempelajari dunia) katanya kepada Brackman menurut buku itu.

Setelah terjadinya “peristiwa Madiun” 1948, PKI kehilangan poros pimpinan. Pada 1950 Aidit mulai menyusun konsep anggaran dasar baru.

Mencabuli Anak di Bawah Umur Selama 5 Tahun, Aipda Ardana Malah Katakan Ini setelah Dipecat

Pada sidang CC tahun berikutnya, Aidit terpilih menjadi Sekretaris. Tahun 1950 bersama Njoto ia hendak menghadiri kongres partai komunis Nederland.

Waktu itu kalau mau ke Belanda tak diperlukan visum. Sampai di lapangan terbang Schiphol keduanya tak dibolehkan turun. Disuruh pulang kembali.

Komentarnya, “Kami disuruh bayar lagi. Tentu saja kami tolak. Kan mereka yang memulangkan kami.”

Pada Kongres IV PKI 1954 peremajaan pimpinan PKI berhasil. Sekjen D.N. Aidit (31 tahun), kedua wakilnya MH Lukman (34 tahun), dan Njoto (29 tahun).

Saat menjadi Sekjen, Aidit mendapatkan banyak pertanyaan "Bung kapan datang jenderalnya?"

Sukses Berperan Sebagai Bety La Fea 17 Tahun Silam, Kabar Terbarunya Bikin Histeris!

Karena saat itu banyak orang yang mengira sekjen berarti sekretarisnya jenderal, nama itu ternyata tak sesuai dengan pengertian masyarakat kita.

Pada tahun 1959 pun diubah menjadi Ketua Rekan dan anak buah menyebutnya 'Kawan ketua Aidit'.

Salam mereka bukan dengan cara membungkuk tetapi angkat tangan sambil tersenyum.

Agitas, organisasi, dan mobilisasi massa adalah garis baru yang ditegaskan PKI selama ini.

Mobil dan Motor Terlindas Kontainer, Begini Kondisi Korbannya Kini!

Dalam kedudukan sebagai Ketua CC, Aidit sering kali melawat ke luar negeri. Menghadiri kongres-kongres di Moskow dan negara-negara komunis lainnya.

Katanya ini perlu baginya. Karena merupakan bahan perbandingan yang bermanfaat dalam “mengindonesiakan” partai komunis.

5. Kehidupan pribadi Aidit

Istri Aidit diketahui seorang dokter spesialis atom untuk kesehatan yang juga seorang aktivis Gerwani.

Ia adalah Tanti Aidit, mereka menikah pada tahun 1948 di Solo.

“Sebenarnya anak saya 4, tetapi karena yang bungsu kembar jadi 5,” kata Aidit sambil menarik-narik kedua pipa celananya sampai-sampai ke atas lutut.

Saat Tanti Aidit mengadakan spesialiasi di Moskow, anak-anaknya turut serta. Dua anak perempuannya pun bersekolah di sana.

Sukarno Pun Menangis! Ia Harus Tandatangani Hukuman Mati Kartosoewirjo Sahabatnya Sejak Kecil

Sementara tiga anak lelakinya tinggal di rumah. Saat itu Tanti Aidit bekerja tenaga pengajar di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Sementara, Aidit berkendaraan mobil mentereng Dodge hitam karena sebagai wakil ketua MPRS yang berarti (saat itu disebut) Yang Mulia Menteri.

Meski banyak pikiran dan pekerjaan, Aidit tetap sosok yang yang segar dan jernih mukanya. Ia rajin berenang.

Menurutnya, kesehatan adalah hal yang diperlukan seorang pemimpin.

“Kalau pemimpin sakit, bukan dia saja menanggung akibatnya, tetapi organisasi masyarakat.” katanya.

Terlalu Gemas! Lihat Aksi Lucu Bayi Ini Saat Diperiksa Dokter!

Politikus yang tak berolahraga menurut pendapatnya abnormal. Selama wawancara 2 jam itu, Aidit banyak minum, rokok, dan secangkir kopi pahit.

Ia pun gemar musik. Musik yang indah mampu melenyapkan keletihan tubuh. Tidur cukup 4 – 5 jam sehari. Asal betul-betul pulas.

Ia pernah tidak tidur dua hari dua malam karena saking sibuknya di MPRS.

Tak hanya itu, Aidit juga merasa bahwa politikus seharusnya gemar pada kesenian.

Inilah 7 Mobil Mewah yang Dilelang KPK, Harga Normalnya Ternyata Segini!

Kesenian membantu perkembangan pribadi yang harmonis, perkembangan pikiran, dan perasaan.

Ia gemar kesusasteraan. Shakespeare misalnya. Karena sekalipun ia bukan seorang sosialis tetapi karya-karyanya melukiskan keadaan masyarakat pada zamannya.

Dulu ia beranggapan untuk politik cukup mengetahui sosiologi. Itu sebabnya ia membaca banyak buku sosiologi di museum. Itu tak benar, harus ditambah dengan ekonomi dan politik.

Orang berpolitik harus belajar banyak. Mengambil keputusan-keputusan politik hanya berdasarkan surat kabar atau majalah tidaklah cukup.

Karena itu kader-kader PKI sendiri diwajibkan mengikuti pelajaran. Untuk itu dibuka Akademi-akademi seperti Akademi Ali Archam, Dr. Rivai, Dr. Ratulangi, dll.

Barcelona Menang Telak Atas Eibar, Ernesto Valverde: Empat Gol Lionel Messi Bukan Berita Lagi!

Kalau kader-kader PKI militan dan semangat itu karena mereka telah mendapat pendidikan, latihan, dan contoh dari pimpinan.

Karena kader saat itu yang banyak mengeluh tentang beban hidupnya harus insyaf karena lebih banyak rakyat yang lebih sulit keadaannya.

Padahal kekuatan mereka justru dalam kesetiakawanan dengan massa rakyat. Demikian keterangan bung Aidit.

Saat ditanya perihal puncak kariernya dalam berpolitik ia memberikan jawaban,

Bobby Nasution, Calon Menantu Jokowi Ini Ternyata Pernah Jalani Profesi yang Melenceng

“Proklamasi kemerdekaan,”

“Itu sampai sekarang…. Entah nanti!” ucap Aidit saat itu menutup wawancara yang berlangsung selama hanya 2 jam saja dengan Intisari. (TribunWow.com/Natalia Bulan Retno Palupi)

Sumber: TribunWow.com
Tags:
Dipa Nusantara AiditPartai Komunis Indonesia (PKI)Intisari
Berita Terkait
ANDA MUNGKIN MENYUKAI
AA

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved