Tentang Skizofrenia yang Kabarnya Diidap Serda WS Oknum TNI Gampar Polantas di Pekanbaru
Serda WS dikabarkan pernah menderita depresi. Selain itu, ia kini disebut-sebut tengah mengidap gangguan kejiwaan lain, skizofrenia.
Penulis: Dhika Intan Nurrofi Atmaja
Editor: Dhika Intan Nurrofi Atmaja
TRIBUNWOW.COM - Masyarakat dihebohkan dengan tindak kekerasan yang dilakukan oknum TNI.
Adalah Serda WS yang melakukan tindakan kasar pada aparat Kepolisian Lalu Lintas di Pekanbaru.
Kejadian itu berlangsung pada Kamis (10/8/2017).
Tak berselang lama, rekaman video yang memperlihatkan momen tersebut jadi viral di media sosial.
• 8 Fakta Oknum TNI yang Amuk Anggota Polantas, Nomor 6 Sosoknya Sering Bermasalah
Bukan itu saja, pelaku pun harus berurusan dengan hukum.

Di sisi lain, belakangan beredar kabar Serda WS yang melakukan tindak kekerasan pada aparat kepolisian tersebut diketahui mengidap skizofrenia.
Hal ini disampaikan oleh Kepala Penerangan Kodam Bukit Barisan Kolonel Edi Hartono kepada Kompas.com.
Dijelaskannya, WS pernah menjalani pemeriksaan di rumah sakit.
• Miris! 5 Fakta Kelakuan Guru Besar Universitas Ternama yang Rugikan Ratusan Orang hingga Rp15 Miliar
WS menjalani pengobatan intensif usai pemeriksaan tersebut dan sempat kembali bekerja.
Beberapa hari belakangan, penyakit yang diderita pelaku pun kambuh.

Hal ini juga membuatnya tampak kebingungan.
"Dalam seminggu ini yang bersangkutan seperti orang bingung, ke sana kemari enggak jelas apa yang dikerjakan," kata Edi.
• Pernah Dialami Oknum TNI yang Amuk Polantas, Ternyata Ini Tanda hingga Penanganan Pasien Depresi
Adapun, skizofrenia menjadi salah satu gangguan kejiwaan yang cukup banyak diderita warga Indonesia.
Mengutip dari Tribun Pekanbaru Skizofrenia merupakan gangguan otak kronis yang bisa membuat pasiennya mengalami gangguan proses pikir.
Penyakit ini biasanya muncul pada usia remaja hingga dewasa.
Dokter Spesialis Kesehatan Jiwa AA Agung Kusumawardhani mengatakan penyakit ini ditandai dengan:
• Wow! Ibu Tangguh Ini Perjuangkan Anaknya yang Idap Cerebral Palsy hingga Jadi Penerjemah Sukses!
- Kesulitan berkonsentrasi.
- Tidak mampu menyampaikan ide secara runut

- Bicaranya sulit dimengerti
- Hilang motivasi
• Parkir di Trotoar, Sopir Taksi Cekcok dengan Pejalan Kaki yang Menegurnya, Ini Respons Blue Bird
- Berhalusinasi
Sayangnya, dalam beberapa kasus, penderita skizofrenia sering kali diasingkan.
Seperti dikutip dari Tribunnews pada 2013 lalu, Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia (PDSKJI), komunitas peduli skizofrenia Indonesia (KPSI), dan Asosiasi Rumah Sakit Jiwa dan Ketergantungan Obat Indonesia, meluncurkan sebuah kampanye bersama “Lighting the hope for schizophrenia”.
Di kesempatan yang sama Dr Tun Bastaman SpKJ mengatakan pasien penyakit ini membutuhkan pengobatan jangka panjang.
• Tak Peduli Sekitar, Emak-emak Kupas Ratusan Bawang dalam Kereta, Alasannya pun Tak Masuk Akal!
"Apabila skizofrenia tidak diterapi dengan baik, akan mengakibatkan kekambuhan semakin sering," ujarnya.
Adapun terapi yang digunakan bisa berupa kombinasi antara pengobatan dan psikoterapi (dikenal sebagai terapi bicara).
Kepatuhan dalam berobat sangat penting untuk menghindari kekambuhan.
Pasalnya lalai pengobatan satu hari saja dalam setahun akan meningkatkan risiko kekambuhan yang bisa menyebabkan pasien dirawat di RS.
Sayangnya data menunjukan tiga dari empat pasien lalai minum obat. (Tribunwow.com/Dhika Intan)