Guncang Anaknya Meisya Siregar Ditegur, Begini Penjelasan Dokter Dampak Bahayanya Jika Diteruskan!
Meisya Siregar ditegur karena dalam video di akun Instagram pribadinya, terlihat sedang mengguncang anaknya. Ternyata begini penjelasan dokter!
Penulis: Natalia Bulan Retno Palupi
Editor: Tinwarotul Fatonah
TRIBUNWOW.COM - Istri Bebi Romeo, Meisya Siregar sempat ditegur netizen karena mengunggah video bersama anaknya.
Ia ditegur karena dalam video yang ia unggah di akun Instagram pribadinya, terlihat ia sedang mengguncang anak ketiganya, Muhammad Bambang Arr Ray Bach, atau yang biasa dipanggil Bambang.
Netizen menegur tindakan Meisya kepada anaknya tersebut karena mengguncang balita bukan kebiasaan yang baik yang berdampak buruk.
Mendapatkan banyak teguran dari netizen, Meisya pun mengakui bahwa dirinya salah.
Ia sadar bahwa apa yang dilakukan kepada anaknya tersebut adalah sesuatu yang bisa membahayakan kesehatan anaknya suatu saat nanti.
Ia menghapus unggahan video dirinya sedang mengguncang anaknya dan menggantinya dengan unggahan foto klarifikasi dan mengucapkan terima kasih atas teguran yang diberikan netizen kepada dirinya, Rabu (22/3/2017).
Baca: Ternyata Aksi Cor Kaki Sangat Berbahaya Bagi Kesehatan, Simak Penjelasan Dokter Orthopaedi!
"Just deleted the video before this post. yang udah keburu nonton, jangan di contoh yah nge guncang-guncang bayi...Untung ada yang ngiingetin di comments (Thank You !). Pas browsing ternyata bahaya sekali Shaken Baby Syndrome ini ... Abis di RS aja baru lahiran bayi dibolak balik kayak martabak dokter cuek banget yah ... tapi, lebih baik berbuat salah dan jadi tau yah, daripada ngga tahu tapi sok tahu.
So stop shaking your infants!" tulis Meisya Siregar pada keterangan fotonya.
Bahaya mengancam dari kebiasaan mengguncang bayi
Tindakan mengguncang bayi seperti yang dilakukan Meisya Siregar memang tindakan yang berbahaya untuk kesehatan sang anak.
Terkadang orang tua tidak sadar sering melakukan hal tersebut sebagai wujud sayang dan gemasnya mereka kepada anak.
Selain mengguncang bayi, permainan seperti melempar anak ke atas kemudian menangkapnya kembali merupakan tindakan yang sangat tidak disarankan, terutama pada bayi berusia di bawah 1 tahun.
Dikutip dari Kompas.com, ada beberapa pengalaman buruk terjadi karena kebiasaan ini.
Pada tahun 2008, Camryn Jakeb Wilson, seorang bayi berusia 12 minggu meninggal karena sang ayah terlalu keras mengguncang dan meremas tubuhnya.
Tahun 2004, kasus serupa terjadi pada Aidan Andres yang berusia 2,5 bulan.
Bahkan 100 bayi di Jerman, setiap tahunnya mengalami kerusakan parah di otak karena diguncang-guncang oleh pengasuhnya.
Asosiasi dokter anak di Jerman memperkirakan angka bayi yang mengalami trauma (cedera) akibat diguncang-guncang.
Baca: Ahli Ungkap Alasan Kenapa Fashion Wanita Ini Tidak Baik Untuk Kesehatan Wanita
Shaken Baby Syndrome (SBS)
Dari kasus-kasus yang sudah terjadi tersebut, ahli kedokteran telah mengidentifikasi sindrom serius pada bayi yang disebut Shaken Baby Syndrome (SBS).
Shaken Baby Syndrome diartikan sebagai trauma yang keras (abusive head trauma) pada bagian kepala dan bentuk luka berupa traumatik otak yang ditimbulkan perbuatan orang lain.

Kondisi bayi yang masih rentan apabila mendapatkan guncangan sehingga rongga antara otak dan tengkorak kepala akan mengakibatkan gegar otak, cedera otak parah yang permanen, cedera urat saraf tulang belakang, pendarahan pada mata, bahkan kematian.
Menurut keterangan Profesor Hans-Juergen Nentwich anggota Asosiasi Dokter Anak di Jerman, guncangan keras selama 5 detik saja sudah merusak fungsi otak.
SBS ini biasanya menimpa anak yang berusia di bawah 1 tahun.
Baca: Nenek Usia 82 Tahun yang Menikahi Pemuda Dikabarkan Hamil, Begini Pendapat Ahli Kandungan
Para orangtua harus mewaspadai Shaken Baby Syndrome
Meski di Indonesia belum ada data akurat terkait kasus semacam ini, para orang tua harus tetap mewaspadainya.
Menurut dr Pulung M Silalahi SpA, seorang dokter anak dari Rumah Sakit Ibu dan Anak Tambak, kematian terjadi dikarenakan bayi yang masih sangat muda belum bisa menahan kepalanya sendiri lantaran otot lehernya yang lemah.
Guncangan atau ayunan yang terlalu keras dapat mengakibatkan keseimbangan terganggu, darah seakan-akan terhenti dan keseimbangan pun terganggu.
Otak bayi sangat rentan dan memerlukan ruang untuk tumbuh.
Itu sebabnya ada rongga atau celah antara tengkorak kepala dan otaknya untuk mendukung pertumbuhan tersebut.
Jika kita mengguncang bayi, otak si kecil bisa berpindah tempat dalam rongganya.
Selanjutnya jaringan otak si bayi akan membengkan dan pembuluh darahnya bisa robek.
Untuk mendeteksi apakah bayi Anda terkena SBS, ada beberapa gejala yang harus diperhatikan.
Apakah si kecil mudah kaget, kelihatan lemah dan mengantuk, tidak mau makan, kesadaran menurun bahkan hilang, pernafasan terganggu, atau kejang-kejang?
Bila ya, kemungkinan bayi Anda mengalami SBS, segera periksakan ke dokter dan hentikan mengguncang atau mengayun bayi. (TribunWow.com/Natalia Bulan Retno Palupi)