"Jika musuh telah meletakkan senjata, maka nasibnya akan diputuskan oleh pengadilan. Jika itu adalah penjahat Nazi, maka itu adalah pengadilan."
Pemimpin Chechnya Ramzan Kadyrov, yang pasukannya telah berpartisipasi dalam pertempuran untuk Mariupol, mengatakan resimen Azov, tidak boleh ditukar dan harus dihukum.
Diketahui, resimen Azov dibentuk pada tahun 2014 sebagai milisi sukarelawan untuk memerangi pasukan yang didukung Rusia di Ukraina Timur.
Banyak dari anggota aslinya memiliki pandangan ekstremis sayap kanan.
Sejak itu, unit tersebut telah diintegrasikan ke dalam garda nasional Ukraina dan komandannya mengatakan bahwa unit tersebut telah menjauh dari asal-usul sayap kanannya.
Duma Rusia diperkirakan akan membahas masalah itu minggu ini dan berpotensi menerima resolusi baru yang akan melarang pertukaran tahanan pejuang Azov.
Pekan depan, Mahkamah Agung Rusia juga akan mendengarkan permohonan untuk menunjuk resimen Azov Ukraina sebagai organisasi teroris, membuka jalan untuk hukuman hingga 20 tahun bagi mereka yang terbukti terlibat.
Komite Investigasi Rusia, yang ada untuk memeriksa kejahatan besar, telah mengumumkan rencana untuk menginterogasi tentara yang menyerah, tanpa menunjukkan apakah mereka akan diperlakukan sebagai tersangka.
Baca juga: Alami Teror Mengerikan, Aktivis Ukraina yang Siram Diplomat Rusia dengan Cairan Merah Melarikan Diri
Baca juga: Langgar Aturan, Dubes Ukraina Buka Lowongan Tentara di Austria, Langsung Hapus Website saat Ketahuan
Putin Disebut Lebih Jahat dari Hitler
Sebuah sindiran disampaikan oleh Wali Kota Mariupol Vadym Boychenko terhadap Presiden Rusia Vladimir Putin.
Vadym menyebut, Putin jauh lebih sadis ketimbang Adolf Hitler gara-gara banyaknya jumlah korban tewas di Mariupol.
Selain lebih sadis, Vadym juga menyebut Putin lebih jahat dibanding Hitler.
Dikutip TribunWow.com dari Thesun.co.uk, Vadym membandingkan jumlah korban jiwa pada era perang dunia kedua dan era konflik antara Rusia dan Ukraina di tahun 2022 ini.
Diketahui pada era perang dunia dua total ada 10 ribu orang di Mariupol dibunuh dalam waktu dua tahun okupasi.
Sedangkan dalam waktu dua bulan invasi, menurut klaim Vadym tentara Rusia telah membunuh lebih dari 20 ribu orang.