TRIBUNWOW.COM - Rusia mengangkat isu nuklir untuk mengancam Swedia dan Finlandia.
Pasalnya, dua negara itu sedang meninjau pengaturan keamanan mereka setelah Presiden Rusia Vladimir Putin melakukan invasi ke Ukraina.
Jajak pendapat di kedua negara menunjukkan dukungan untuk bergabung dengan NATO.
Baca juga: Setelah Ukraina, Rusia Ancam Finlandia yang Ingin Gabung NATO, Sebut akan Jadi Tragedi Mengerikan
Baca juga: Eks Presiden AS Bill Clinton Akui Pernah Persilakan Putin Bergabung ke NATO
Dilansir TribunWow.com dari Sky News, Kamis (14/3/2022), Wakil Ketua Dewan Keamanan Rusia, Dmitry Medvedev, mengatakan Moskow akan merespons dengan keras.
Ia mengancam akan menghilangkan status bebas nuklir di wilayah semenanjung Baltik.
"Tidak ada lagi pembicaraan tentang status bebas nuklir untuk Baltik, keseimbangan harus dipulihkan," kata Medvedev.
"Sampai hari ini, Rusia belum mengambil tindakan seperti itu dan tidak akan melakukannya."
Merasa rencana negara untuk bergabung ke NATO sebagai kondisi darurat, Rusia akan mengerahkan pasukan di perbatasan dengan Finlandia.
"Tentu (mereka) harus diperkuat," imbuh Medvedev mengacu pada penguatan militer di perbatasan.
"(Rusia) secara serius memperkuat pengelompokan pasukan darat dan pertahanan udara (dan) mengerahkan pasukan angkatan laut yang signifikan di Teluk Finlandia."
Sebagai tanggapan, Menteri Pertahanan Lithuania Arvydas Anusauskas mengatakan Rusia sudah memiliki senjata nuklir di kawasan Baltik.
Senjata ini telah ditempatkan di daerah kantong Kaliningrad Rusia di Laut Baltik sejak sebelum invasi ke Ukraina dimulai.
Kaliningrad merupakan wilayah di tepi Laut Baltik, diapit oleh anggota NATO, Lithuania dan Polandia.
"Ancaman Rusia saat ini terlihat cukup aneh ketika kita tahu bahwa, bahkan tanpa situasi keamanan saat ini, mereka menyimpan senjata 100 km dari perbatasan Lituania," kata menteri tersebut.
"Senjata nuklir selalu disimpan di Kaliningrad. Komunitas internasional, negara-negara di kawasan itu, sangat menyadari hal ini. Mereka menggunakannya sebagai ancaman."