Konflik Rusia Vs Ukraina

3 Skenario yang Bisa Membuat NATO Akhirnya Turun Tangan Terlibat Perang Rusia dan Ukraina

Penulis: Noviana Primaresti
Editor: Atri Wahyu Mukti
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Bendera-bendera anggota negara NATO yang dikibarkan setengah tiang sebagai tanda berkabung dalam Hari Peringatan Holocaust, Kamis (27/1/2022). Terbaru, ada 3 skenario diprediksi bisa membuat NATO terlibat langsung dalam konflik Rusia dan Ukraina.

TRIBUNWOW.COM - Organisasi Pertahanan Atlantik Utara (NATO) diprediksi akan langsung terlibat dalam perang Rusia dan Ukraina jika terjadi skenario darurat.

NATO yang selama ini memilih bertindak relatif pasif, menahan diri untuk tak berkonfrontasi langsung dengan Rusia.

Namun, banyak pihak menyangsikan NATO akan sanggup bersikap netral sementara ekskalasi pertempuran terus meningkat.

Sekretaris Jenderal NATO, Jens Stoltenberg, mengecam keras tindakan Rusia menginvasi Ukraina, Kamis (24/2/2022). (AFP)

Baca juga: Jadi Bumerang Bagi Putin, Invasi Rusia ke Ukraina Justru Dorong Negara-negara Lain Gabung NATO

Baca juga: Eks Presiden AS Bill Clinton Akui Pernah Persilakan Putin Bergabung ke NATO

Dilansir TribunWow.com dari BBC, Minggu (10/4/2022), para menteri NATO telah bertemu di Brussel, Belgia, minggu lalu untuk membahas sejauh mana mereka harus menyediakan peralatan militer ke Ukraina.

Tantangan bagi NATO selama perang ini adalah bagaimana memberikan dukungan militer yang cukup kepada sekutunya Ukraina untuk mempertahankan diri.

Namun, bantuan tersebut harus bisa tak membuat mereka terseret ke dalam konflik dan berperang langsung dengan Rusia.

Sejak menghadapi invasi, pemerintah Ukraina secara eksplisit meminta bantuan.

Jika memiliki kesempatan untuk menangkis serangan Rusia yang akan datang di wilayah Donbas di timur, Ukraina akan sangat membutuhkan pasokan Javelin Barat, NLAW (senjata anti-tank ringan generasi berikutnya), Stinger dan Starstreak anti-tank, serta rudal anti-pesawat.

Bantuan itu akan segera diberikan, tapi Ukraina masih menginginkan lebih banyak dukungan militer di tengah keterbatasan mereka.

Diantaranya adalah tank, pesawat tempur, pesawat tak berawak dan sistem pertahanan udara rudal canggih untuk melawan peningkatan penggunaan serangan udara dan rudal jarak jauh Rusia.

Senjata Rusia itu diketahui menjadi momok yang terus menghabiskan simpanan bahan bakar strategis Ukraina dan kebutuhan penting lainnya.

Selama ini, NATO terus menahan diri untuk tak mengirim bantuan yang terlalu kentara lantaran khawatir terjadinya ekskalasi.

Risiko Rusia menggunakan senjata nuklir taktis atau konflik menyebar di luar perbatasan Ukraina menjadi perang Eropa yang lebih luas, terus-menerus berada di benak para pemimpin barat dan di sini taruhannya sangat tinggi.

Presiden Rusia Vladimir Putin mengingatkan sejak awal dalam perang bahwa Rusia sedang menyiapkan senjata nuklir strategisnya ke tingkat siaga satu.

Perencana strategis NATO khawatir bahwa begitu larangan nuklir dilanggar, bahkan jika kerusakannya terbatas pada target lokal di medan perang Ukraina, maka risiko eskalasi bencana nuklir antara Rusia dan Barat pasti akan naik.

Halaman
1234