TRIBUNWOW.COM - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) baru-baru ini buka suara terkait obat oral Molnupiravir untuk Covid-19 yang telah direspons banyak negara.
Pihak WHO menyampaikan bahwa ini adalah temuan yang menarik, namun masih menantikan hasil akhir uji klinis yang dilakukan oleh Merck.
“Kami menantikan untuk menerima data dari mereka,” kata Maria Van Kerkhove, pimpinan teknis WHO untuk Covid, dikutip dari CNBC, Selasa (12/10/2021).
Baca juga: Tips Menu Isolasi Mandiri Covid-19: Kenali 13 Makanan yang Dapat Meningkatkan Sistem Imun
Baca juga: Uji Coba Obat Covid-19 kepada Pasien Isolasi Mandiri di 13 Negara, AstraZeneca Ungkap Hasilnya
"Saya pikir semua orang menginginkan perawatan lebih awal sehingga kami mencegah orang dari, Anda tahu, menjadi parah dan benar-benar meninggal karena penyakit ini."
Sebelumnya, pihak pengembang Molnupiravir yaitu Perusahaan Farmasi Merck, telah merilis hasil awal uji kinis tahap akhir.
Ditunjukkan dalam uji coba fase tiga tersebut, Molmupiravir secara efektif dapat mengurangi risiko rawat inap atau kematian sekitar 50 persen untuk orang dewasa dengan kasus Covid ringan hingga sedang.
Obat itu juga menurunkan risiko bagi pasien yang memiliki risiko mengalami keparahan seperti lansia dan orang dengan komorbid.
Mereka juga sudah mengajukan izin penggunaan darurat ke Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA).
Jika disetujui, ini akan menjadi obat oral pertama yang secara resmi diresepkan untuk Covid-19.
Baca juga: Sejumlah Pasien dan Penyintas Covid-19 Alami Depresi, Satgas Beri Tips Jaga Kesehatan Mental
Namun hasil awal uji klinis tersebut masih dikatakan masih belum meyakinkan karena menggunakan partisipan yang tidak sampai 800 orang.
Mereka juga menjelaskan bahwa cara kerja obat tersebut adalah dengan menghambat replikasi virus di dalam tubuh.
Merck mengatakan 7,3 persen pasien yang menerima molnupiravir dirawat di rumah sakit atau meninggal hingga Hari ke-29 dibandingkan dengan 14,1 persen pasien yang diobati dengan plasebo.
“Dampak luar biasa dari pandemi ini menuntut kami bergerak dengan urgensi yang belum pernah terjadi sebelumnya, dan itulah yang telah dilakukan tim kami dengan mengirimkan aplikasi molnupiravir ini ke FDA dalam waktu 10 hari setelah menerima data,” kata Robert M. Davis, chief executive officer dan presiden, Merck, mengatakan dalam sebuah pernyataan.
Para analis memprediksi durasi penjualan obat Covid Merck tidak akan bertahan dalam jangka panjang.
Itu karena vaksinasi dikatakan tetap menjadi bentuk perlindungan terbaik terhadap virus.