Virus Corona

Disambut Baik di Banyak Negara, WHO Buka Suara terkait Obat Oral Pertama Covid-19 Molnupiravir

Penulis: Afzal Nur Iman
Editor: Atri Wahyu Mukti
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi obat Molnupiravir. WHO buka suara terkait obat oral pertama untuk terapi Covid-19.

Para ahli kesehatan berharap pil seperti Merck akan mencegah penyakit berkembang pada mereka yang terinfeksi dan mencegah perburukan kondisi hingga membuatnya membutuhkan rawat inap.

“Jika Anda dapat menghentikan virus sebelum membuat seseorang menjadi sangat sakit, maka itu adalah pengubah permainan dalam hal itu,” kata Dr. Mike Ryan, direktur eksekutif Program Darurat Kesehatan WHO.

Pembuat obat lain juga sedang mengerjakan pil antivirus.

Salah satu yang dibuat oleh Pfizer, yang pernah mengatakan pada bulan April bahwa obat itu dapat tersedia pada akhir tahun ini.

Ryan juga mengatakan para pemimpin dunia dan pejabat kesehatan masyarakat juga harus memikirkan berapa harga obat yang bisa merugikan pasien.

WHO sebelumnya juga telah menyampaikan menginginkan ada keadilan dalam usaha melawan Covid-19. 

Hal itu disampaikan ketika mereka memberikan rekomendasi pada pengobatan antibodi koktail sebagai pengobatan Covid-19.

Harga pil Molnupiravir diperkirakan sepertiga dari biaya pengobatan antibodi, namun hal itu masih diprediksi akan mahal.

“Biaya untuk merawat jutaan orang lebih awal dapat memiliki biaya yang signifikan, dan mungkin sepadan dengan investasi itu, tetapi kita harus melihat bagaimana itu akan berhasil,” kata Ryan.

Sebagai informasi, pada pengembang pengobatan antibodi, WHO berani untuk mendesak agar biayanya ditekan dan mendesak mereka membagikan formula untuk pengobatan tersebut.

Bagaimana Cara Kerjanya?

Obat ini merupakan antivirus yang dimaksudkan untuk meredakan gejala dan memperpendek durasi infeksi virus.

Mereka bekerja dengan mengganggu kemampuan virus untuk bereplikasi dan menyebar di dalam tubuh.

“Jika Anda memiliki kunci metafora untuk digunakan dalam replikasi virus ini, Anda dapat menghambat kemampuan virus untuk menyebar secara eksponensial,” jelas Ashwin Balagopal, seorang dokter penyakit menular di Universitas Johns Hopkins.

Obat itu tampaknya efektif melawan setidaknya tiga varian, termasuk Delta. Merck mengumumkan temuan tersebut dalam siaran pers 1 Oktober.

Halaman
123