TRIBUNWOW.COM - Belum dapat diketahui kapan pandemi Covid-19 akan berakhir, termasuk di Indonesia.
Bahkan seiring dengan banyaknya penularan membuat Covid-19 telah bermutasi ke dalam beberapa varian.
Virus yang pertama kali ditemukan di China ini telah bermutasi mulai dari varian Alpha dari Inggris, Beta dari Afrika Selatan, hingga varian Delta dari India.
Baca juga: Positif Covid-19 sebelum Menerima Vaksin Dosis Kedua, Bagaimana Kelanjutan Vaksinasinya?
Baca juga: Ini Beda Pneumonia Umum dan pada Pasien Covid-19, Bisa Terjadi pada Bayi, Waspada Jika Terjadi Ini
Lonjakan kasus pasien positif Covid-19 masih terus merajalela dengan adanya varian Delta.
Varian yang pertama kali diidentifikasi di India ini dikatakan jauh lebih berbahaya.
Terbukti, sebagian besar kasus aktif di Indonesia belakangan ini merupakan dampak dari penyebaran virus dengan kode B.1.617.2 ini.
Para ahli mengatakan varian Delta memiliki kemampuan menular yang lebih tinggi dibandingkan jenis lainnya.
Selain itu, gejala yang dirasakan oleh pasien juga jauh lebih berat termasuk hilangnya selera makan dan gangguan pendengaran.
Agar kita semakin awas dalam menjaga diri dan keluarga, ada baiknya memahami lima fakta penting terkait varian Delta Covid-19:
1. Penyebab utama kasus terbaru di Indonesia
Sebanyak 95 persen kasus Covid-19 di Indonesia dalam tiga pekan terakhir disebabkan varian Delta.
Data ini menunjukkan penyebaran virus ini sangat masif dibandingkan jenis lainnya.
"Jika dilihat dari data GISAID, selama 3 minggu terakhir lebih dari 95 persen merupakan varian delta dan sisanya adalah varian alfa dan varian lokal Indonesia," kata Ketua Tim WGS SARS-CoV-2 LIPI Sugiyono Saputra, dikutip dari Instagram @lawancovid19_id.
Baca juga: Awas, Jangan Lakukan Tes Swab Antigen Covid-19 Sendiri, Ini Bahaya yang Dapat Terjadi
Baca juga: Seberapa Bahaya Long Covid dan Apakah Masih Berpotensi Menularkan Virus Corona ke Orang Lain?
2. Lebih menular 50 persen dibandingkan varian Alpha
Varian Delta lebih menular 50 persen dibandingkan varian Alpha. Padahal Alpha sendiri lebih menular 50 persen dibandingkan virus Covid-19 pertama yang ditemukan.