TRIBUNWOW.COM - Polisi berhasil mengungkap sosok pelaku bom bunuh diri di Gereja Katedral Makassar, Sulawesi Selatan, Minggu (28/3/2021).
Diketahui, dua pelaku bom bunuh diri Gereja Katedral Makassar yang berinisal L dan YSF masih tergolong muda.
Dikutip dari BBC Indonesia, peneliti terorisme mengatakan banyak anak muda yang dijaring dalam kelompok teroris melalui media internet dan diiming-imingi jalan pintas ke surga jika melakukan bom bunuh diri.
Baca juga: Pengantin Baru, Tersangka Wanita Bom Bunuh Diri Makassar Jarang Temui Keluarga seusai Menikah
Hal itu dikatakan menyusul peristiwa pengeboman di sebuah gereja Katolik di Makassar, Sulawesi Selatan, yang pelakunya merupakan seorang pemuda kelahiran tahun 1995.
Pemerintah diminta lebih gencar mengawasi perekrutan teroris melalui internet dan membenahi program deradikalisasi mantan teroris, yang hingga kini disebut masih kerap melakukan perekrutan anggota baru, salah satunya melalui media sosial.
Sementara itu, Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) mengatakan telah menggandeng berbagai pihak untuk terus mengatasi konten-konten radikal di media sosial.
'Target Khas Kelompok Teroris'
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Komjen Pol Boy Rafli Amar mengatakan bahwa pelaku pengeboman bunuh diri di Gereja Katedral Makassar, yang berinisal L adalah seorang pemuda kelahiran 1995.
Ia dan istrinya berusaha memasuki gereja sebelum meledakkan diri, mengakibatkan 20 orang di wilayah gereja itu luka-luka.
Boy Rafli menyebut anak-anak muda adalah target khas dari kelompok teroris.
"Jadi inisial L ini dengan istrinya adalah termasuk kalangan milenial yang sudah menjadi ciri khas korban dari propaganda jaringan terorisme," kata Boy sebagaimana dilaporkan wartawan Darul Amri di Makassar untuk BBC News Indonesia.
Baca juga: Ngaku Taubat, Mantan Teroris Ali Imron soal Bom Bunuh Diri di Katedral Makassar: Aksi Pembalasan
Kedua pelaku itu disebut polisi bergabung Jamaah Ansharut Daulah atau JAD.
Kelompok itu berafiliasi dengan kelompok yang menamai diri mereka Negara Islam atau ISIS.
Menanggapi itu, peneliti terorisme dari Universitas Malikussaleh Aceh, Al Chaidar, mengatakan sejak empat tahun belakangan, kelompok terorisme JAD kerap mengincar anak-anak muda.
Yang diincar, katanya, bukan dari pesantren, tapi pengguna internet.