Ledakan di Beirut

Nasib Korban Ledakan di Beirut Lebanon Tak Bisa Dirawat karena Rumah Sakit Hancur dan Listrik Padam

Penulis: Noviana Primaresti
Editor: Atri Wahyu Mukti
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Sejumlah warga Beirut, Lebanon berada di depan gedung dan puing-puing yang rusak akibat ledakan di kawasan pelabuhan, Selasa (4/8/2020).

"Sebelumnya kami hampir tidak berfungsi dan sekarang kami berada di bawah tanah, di bawah nol," kata Tony Toufic, seorang insinyur Rumah Sakit St. George.

Kabar Gembira dari Nadiem Makarim di Mata Najwa: Dana BOS Bisa Digunakan Beli Pulsa Guru dan Murid

Dia sedikit berharap adanya bantuan dari pemerintah Lebanon yang disfungsional.

Seorang perawat di St. George mengambil tiga bayi prematur dari unit perawatan intensif neonatal untuk dibawa ke tempat aman.

Seorang jurnalis foto, Bilal Jawich, mengambil foto perawat , yang belum diidentifikasi secara publik tersebut.

Setelah ledakan, Dr. Joseph Haddad, direktur perawatan intensif di Saint George, bergegas ke rumah sakit, berharap akan sibuk menjahit pasien dan menyelamatkan nyawa, tetapi dia menemukannya di reruntuhan.

"Para pasien datang menuruni tangga," kata Haddad.

"Mereka berjalan turun dari ketinggian sembilan lantai," imbuhnya.

Hingga saat ini, total korban meninggal akibat ledakan dahsyat tersebut dicatat sebanyak 135 jiwa dengan 5.000 lainnya luka-luka.

Sementara itu, kerugian diperkirakan mencapai hingga hingga 15 miliar dollar atau sekitar Rp 200 triliun.

Disebut Jadi Penyebab Ledakan di Beirut Lebanon, Ternyata Amonium Nitrat Punya Manfaat bagi Manusia

Kesaksian Sejumlah Korban Ledakan di Beirut Lebanon, Tiba-tiba Bersimbah Darah saat Sedang Memancing

Kemarahan Warga Lebanon Memuncak

Masyarakat Lebanon meminta pertanggungjawaban pemerintah lantaran dinilai lalai hingga berujung pada ledakan dahsyat di Beirut, Rabu (5/8/2020).

Sejumlah warga yang menjadi korban ledakan tersebut menuntut jawaban atas penyimpanan bahan kimia berbahaya yang diduga menjadi penyebab ledakan.

Mereka menuntut penjelasan dari pemerintah dan penyelidikan dengan segera terkait penyebab ledakan yang telah menewaskan 135 orang dan mengakibatkan 5000 lainnya terluka.

Dilansir Al Jazeera, Kamis (6/8/2020), Pemerintah mengumumkan bahwa mereka yang bertanggung jawab dalam penjagaan dan pengamanan di pelabuhan Beirut akan ditempatkan di bawah tahanan rumah.

Menurut Gubernur Beirut Marwan About, kerusakan akibat ledakan, yang oleh para pejabat dikaitkan dengan sekitar 2.750 ton amonium nitrat yang disimpan di pelabuhan, mungkin bernilai hingga 15 miliar dollar (sekitar Rp 200 triliun).

Saat puing-puing dibersihkan, kemarahan masyarakat memuncak setelah terungkap informasi bahwa para pemerintah mengetahui material yang sangat mudah menguap itu disimpan di pelabuhan Beirut selama lebih dari enam tahun.

Halaman
1234