BRI
Tak Gentar Hadapi Toko Ritel Modern, Pemilik Toko Kelontong Ini Punya Strategi Jitu
Berikut ini strategi Toko Ta dan Ti bisa bertahan dan bersaing dengan toko retail modern.
Penulis: Khistian Tauqid Ramadhaniswara
Editor: Elfan Fajar Nugroho
TRIBUNBATAM.id - Strategi jitu harus dimiliki toko kelontong agar bisa bersaing dengan pelaku usaha serupa yang sudah bertebaran di setiap sudut jalan.
Apalagi sekarang banyak toko retail modern yang membuat persaingan usaha di sektor ini semakin kompetitif.
Toko kelontong harus berinovasi, satu di antaranya memilih barang yang sering diburu konsumen, dengan begitu sang pemilik tak perlu memiliki stok barang lain terlalu banyak.
Suparno (61) dan Sumarni (56) menerapkan strategi serupa agar Toko Ta dan Ti miliknya bisa bertahan di tengah kompetitifnya persaingan.
Toko Ta dan Ti sekarang lebih fokus menjual barang-barang yang paling dicari konsumen supaya bisa bersaing dengan pelaku usaha lainnya, termasuk toko retail modern.
Berbeda ketika awal-awal Toko Ta dan Ti dibuka pada 2006 silam, Suparno lebih banyak menjual alat tulis dan barang-barang yang tahan lama.
"Pertama kali jualan di tahun 2006, kecil-kecilan aja kayak alat tulis pokoknya barang-barang yang tahan lama tanpa khawatir kadaluarsa,” tutur Suparno ketika diwawancara TribunWow.com, pada Sabtu (8/3/2025).
Seiring berjalannya waktu, Suparno mulai melihat peluang serta kebutuhan masyarakat sekitar Jalan Mulawarman, Tembalang, Kota Semarang.
Berbagai kalangan, mulai dari ekonomi rendah hingga ke atas ternyata banyak yang mencari bahan pokok alias sembako di Toko Ta dan Ti.
Beras, telur, minyak goreng, dan minyak tanah menjadi fokus utama Suparno dalam memenuhi kebutuhan masyarakat yang datang ke Toko Ta dan Ti.
"Lama-lama kok ternyata pelanggan yang cari sembako kayak telur, dulu, minyak gitu kok banyak, jadi saya mulai berani untuk jual sembako eh ternyata rame nya disitu," kata Suparno.
"Zaman dulu juga jual minyak gas sebelum orang-orang pakai kompor gas," jelasnya.
Suparno bahkan tetap mengikuti perkembangan zaman dalam menjual barang-barang di Toko Ta dan Ti.
Satu di antaranya konversi minyak tanah ke gas yang mulai digencarkan saat masa pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.
Suparno mulai beralih penjualan dari minyak tanah menjadi LPG (Liquified Petroleum Gas) yang merupakan bahan bakar utama untuk memasak dan kebutuhan rumah tangga lainnya.
Selain itu, banyaknya minat masyarakat untuk membeli Air Minum Kemasan Galon (AMKG) menjadikan Toko Ta dan Ti memperbanyak stok barang tersebut.
Bukan hanya AMKG yang sekali pakai, Toko Ta dan Ti juga menyediakan air galon sekali pakai.
“Sekarang saya fokus berjualan air galon dan gas elpiji, karena barang tersebut banyak dicari pembeli yang datang ke sini,” kata Suparno.
“Apalagi sebagian besar konsumen kami merupakan pedagang, warga kompleks perumahan, dan mahasiswa,” tambahnya.
Pemasok galon dan gas elpiji selalu datang setiap hari ke Toko Ta dan Ti agar terus menjaga stok tetap tersedia.
Meski Toko Ta dan Ti sedang tutup, kebanyakan pelanggan biasanya tidak membeli gas elpiji dan air galon dari toko lainnya, baik sesama toko kelontong atau toko ritel modern.
Sebagian besar pelanggan memilih menunggu hingga Toko Ta dan Ti buka kembali karena stok yang masih tersedia dan harga yang lebih murah.

Toko Ta dan Ti Mulai Digitalisasi
Strategi tersebut mulai diterapkan Suparno setelah banyak toko retail modern mulai bertebaran di Tembalang yang merupakan lingkungan mahasiswa Universitas Diponegoro.
Mulai banyak konsumen yang cenderung memilih membeli beras dan bahan pokok lainnya di swalayan atau toko retail modern.
Namun, Toko Ta dan Ti tetap menjual barang kebutuhan pokok lainnya, seperti gula, telur, makanan beku, hingga jajanan anak.
Harga kompetitif menjadi pegangan Suparno, meski barang yang dijual tersebut tidak banyak dibandingkan dengan gas elpiji dan air galon.
Kepuasan pelanggan juga dijadikan Suparno sebagai strategi agar Toko Ta dan Ti tetap bertahan hingga sekarang.
Strategi Suparno yang lainnya adalah menyediakan pembayaran Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS) dari Bank Republik Indonesia (BRI).
Pembayaran menggunakan QRIS menjadi nilai plus bagi pelanggan dalam membeli barang di Toko Ta dan Ti.
Sumarni membeberkan alasan Toko Ta dan Ti memilih menggunakan QRIS sebagai sarana pembayaran bagi pelanggan adalah mempermudah transaksi.
Selain itu, Sumarni yang merupakan nasabah BRI selama 25 tahun lebih ini, memilih untuk mengikuti perkembangan zaman yang serba digitalisasi.
"Sempet dapat hadiah undian dari BRI tahun 2008 kalau enggak salah, waktu itu hadiahnya mesin cuci. Seneng banget karna dulu pas belum punya,” ujar Sumarni.
"Kalo QRIS ini ada yang nawarin dari BRI biar pembayarannya langsung masuk ke rekening saya, awalnya ragu karna takut nggak bisa cara pakainya, biasanya kalau ada apa-apa kan langsung datang ke banknya," jelasnya.
Menurut Sumarni, QRIS dapat membantu mempermudah transaksi, menambah alternatif pembayaran, dan meminimalisir penipuan.
Dengan menggunakan QRIS, para pembeli bisa melakukan transaksi dengan minimum nominal Rp 5 ribu dan maksimal Rp 10 juta per transaksi.
"Untungnya sudah ada QRIS, kebanyakan pelanggan beli pake scan sudah jarang yang pakai tunai, biasanya beli rokok satu batang juga pakai QRIS," ujar Sumarni.
Toko Ta dan Ti juga menyediakan layanan isi ulang dan bayar tagihan melalui Blibli Mitra yang memiliki kerjasama yang erat dengan BRI.
Biasanya pemebeli yang melakukan transaksi di Blibli menggunakan BRI bisa mendapatkan promo berupa cashback.
"Ini juga kerjasama sama Blibli Mitra dari Djarum, top up saldonya selalu pake BRI itu mas, dari pendapatan QRIS, biar bisa muter uangnya,” ucap Sumarni.
Lalu, ingatan Sumarni melayang di momen seorang mahasiswa ingin melakukan tarik tunai di Toko Ta dan Ti menggunakan QRIS.
Sumarni mau menyediakan uang tunai lewat transaksi QRIS yang terdapat di Toko Ta dan Ti.
Salah satu fungsi QRIS tersebut dapat membantu pelanggan yang ingin mengambil tarik tunai tanpa harus datang ke Anjungan Tunai Mandiri (ATM).
"Malah kadang ada mahasiswa yang titip tarik tunai, jadi scan QRIS nanti diganti tunai gitu,” ujar Sumarni.
Pendapatan atau omzet dalam sehari Toko Ta dan Ti bisa mencapai Rp 3 juta hingga Rp 4 juta, baik melalui tunai dan nontunai.

BRI Dorong Transaksi Nontunai
Sebagai upaya untuk mendukung pengembangan ekonomi berbasis digital, BRI terus mendorong penggunaan transaksi QRIS termasuk para pelaku usaha mikro.
Hal tersebut diharapkan mampu meningkatkan daya saing pelaku usaha mikro di era digital.
Pada 2024, BRI mencatatkan penggunaan QRIS mengalami peningkatan yang cukup pesat hingga mencapai 53,3 juta dan jumlah merchant 34,23 juta.
Sedangkan untuk total transaksi mencapai Rp 156,5 miliar melebih target yang ditetapkan sebesar Rp 133,7 miliar.
Pimpinan Cabang BRI Solo Sudirman, Mustofa Adi, mengakui digitalisasi transaksi pembayaran menggunakan QRIS mengalami peningkatan.
Kendati demikian, Adi tetap berharap penggunaan QRIS BRI di setiap tempat usaha bisa lebih produktif.
"Terhadap target sudah tercapai 116,9 persen, namun kami belum puas, karena masih banyak QRIS yang belum produktif, ini yang perlu kita monitor supaya alat QRIS bisa menjadi alat transaksi cashless di merchant-merchant," tandas Adi melalui keterangan resminya.
(TribunWow.com/Khistian Tauqid Ramadhaniswara)
Sumber: TribunWow.com
Perjalanan Sate Kere Yu Tari, Rezeki Semakin Mengalir Selama Jadi UMKM Binaan BRI |
![]() |
---|
Trik Andalan Joni Purwantoro Tingkatkan Penjualan Bakpia, Transaksi Nontunai Bikin Untung Berlipat |
![]() |
---|
Tak Gentar Hadapi Toko Ritel Modern, Pemilik Toko Kelontong Ini Punya Strategi Jitu |
![]() |
---|
Sate Kere Yu Tari Ketiban Berkah Ramadan, Padukan Pembayaran Tunai dan Nontunai Jadi Untung Berlipat |
![]() |
---|