Breaking News:

Ikhtiar Lestarikan Warisan Budaya Nusantara Wayang & Seni Tari di Butuh Sidowarno dari Masa ke Masa

Kisah perjuangan masyarakat Butuh, Desa Sidowarno, Klaten berikhtiar untuk melestarikan wayang kulit dan seni tari.

|
Penulis: Adi Manggala Saputro
Editor: adisaputro
HO TribunWow.com
Momen pengrajin ketika melakukan proses pembuatan wayang kulit di Butuh, Sidowarno, Klaten, Jawa Tengah, Jumat (25/10/2024). Kisah perjuangan masyarakat Butuh, Desa Sidowarno, Klaten berikhtiar untuk melestarikan wayang kulit dan seni tari. 

TRIBUNWOW.COM - "Di desa Wisata Wayang sendiri, kami dan kawan-kawan membuat program mulai dari PAUD, pertama kita kenalkan dulu wayang, setiap 3 bulan sekali untuk anak PAUD dan TK, lalu kita ajak ke Joglo."

Pernyataan itu disampaikan oleh Nardi Baron, local champion Kampung Berseri Astra (KBA Solo) saat membeberkan salah satu program bentuk ikhtiar warga Butuh, Sidowarno, Klaten, Jawa Tengah di bidang kesenian terutama wayang kulit dan seni tari.

Sederet prestasi telah didapatkan desa Sidowarno di tingkat nasional.

Tebaru, delegasi UNESCO dengan didampingi dari Kemendikbudristek hadir mengunjungi Desa Wisata Wayang, Butuh, Sidowarno, Kamis (7/11/2024).

Saat dihubungi TribunWow.com, Nardi Baron menceritakan kisah ikhtiar masyarakat di Butuh, Sidowarno, Klaten dalam melestarikan wayang kulit dan seni tari dari masa ke masa.

Ikhtiar Masyarakat Dusun Butuh Sidowarno Lestarikan Wayang & Tari

Di balik keberhasilan Desa Wisata Wayang saat ini, ada campur tangan kolaborasi apik dari masyarakat berbeda generasi yang ada di Sidowarno, Klaten.

Titik mula itu dicanangkan pada tahun 2009 silam.

"Di tahun 2009, kami dibentuk Usaha Bersama (UB) yang dinamakan Bima, dari 2009 itu di Sidowarno ada 20 UB, itu atas prakarsa bapak Rujito Suprayoga (kades sidowarno)," jelas Nardi Baron.

"Waktu itu kita, dari setiap UB ada 10 anggota, pak Rujito membuat UB dengan 20 kelompok kurang lebih 200 orang, yang berjalan hanya UB Bima yang diketuai oleh Mamik Raharjo, bendahara Hasan, dan Sekretaris Suryono," lanjutnya.

Pria yang dalam kesehariannya bekerja sebagai pengrajin wayang itu menceritakan perjuangan naik turun keanggotaan UB Bima.

"Dari 10 orang kita jatuh bangun sampai anggota hanya menyisakan 5 sampai enam," bebernya.

Meski mengalami penurunan drastis, semangat juang UB Bima tak serta merta padam.

Komitmen UB Bima yang tak ingin mencari pekerjaan namun menciptakan sebuah pekerjaan membuat mereka tetap kokoh meski permaslaahan silih berganti datang.

Hingga akhirnya, jumlah anggota UB Bima semakin bertambah berkat hasil kolaborasi dari para pengrajin wayang kulit di Dusun Butuh, Sidowarno.

Halaman
1234
Tags:
Desa Wisata WayangKlatenASTRASidowarnoSeni TariBersamaBerkaryaBerkelanjutanKitaSATUIndonesia
Berita Terkait
ANDA MUNGKIN MENYUKAI
AA

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved