Breaking News:

Ikhtiar Lestarikan Warisan Budaya Nusantara Wayang & Seni Tari di Butuh Sidowarno dari Masa ke Masa

Kisah perjuangan masyarakat Butuh, Desa Sidowarno, Klaten berikhtiar untuk melestarikan wayang kulit dan seni tari.

|
Penulis: Adi Manggala Saputro
Editor: adisaputro
HO TribunWow.com
Momen pengrajin ketika melakukan proses pembuatan wayang kulit di Butuh, Sidowarno, Klaten, Jawa Tengah, Jumat (25/10/2024). Kisah perjuangan masyarakat Butuh, Desa Sidowarno, Klaten berikhtiar untuk melestarikan wayang kulit dan seni tari. 

"Berjalannya waktu, kita bisa buat joglo, di bulan Juli 2022, datang dari ASTRA pusat untuk meresmikan Joglo," jelasnya.

Setelah mampu membangun Joglo sebagai ikon wisata, di tahun yang sama, Dusun Butuh, Sidowarno mendapatkan bantuan dari mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) UNS.

Bantuan yang diberikan berupa administrasi pemberkasan dalam pengajuan Surat Keterangan (SK) Dusun Butuh, Sidowarno ke Disporapar untuk menjadi satu di antara beberapa desa wisata yang ada di Kabupaten Klaten.

"Setelah berjuang panjang, menguraikan prestasi, barulah di tahun 2022, kita dibantu mahasiswa KKN untuk pembuatan SK desa wisata, tapi sebelum itu, saya ke kelurahan untuk minta SK dari desa, SK desa turun, dari KKN UNS melakukan bantuan SK ke Disporapar Kabupaten Klaten," jelasnya.

Joglo Desa Wisata Wayang
Potret Joglo Desa Wisata Wayang Dusun Butuh, Sidowarno, Klaten, Jawa Tengah.

Program Pengenalan Wayang dan Seni Tari Sejak Dini

Ikhtiar terkini masyarakat Desa Sidowarno dalam melestarikan wayang kulit dan seni tari dengan mengenalkannya sejak dini kepada anak-anak Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dan Sekolah Dasar (SD).

"Pertama kita kenalkan dulu wayang, setiap 3 bulan sekali untuk anak PAUD dan TK, lalu kita ajak ke Joglo. Setelah anak ini masuk ke sd kelas 1, kita bilang ke bapak ibu guru kalau kita ada program pilar pendidikan. Di pilar pendidikan ini, untuk program kelas 1 dan kelas 2 kita arahkan untuk mewarnai dulu."

"Untuk waktu pelaksanaanya PAUD selama 3 bulan, kalau kelas 1 dan 2 itu  waktunya tak terduga, kita punya waktu ayo, kadang satu bulan dua atau tiga pertemuan, yang pertama untuk mengenalkan wayang, kedua untuk mengurangi gadget," jelas Nardi Baron.

Mulai anak kelas 3 sampai dengan 5 SD, warga Desa Wisata Wayang mengenalkan program seni tari.

Di mana, alokasi dana pelatihan seni tari tak dibebankan kepada para siswa melainkan diambil dari alokasi dana pilar pendidikan yang dimiliki Desa Wisata Wayang.

"Kelas 3 kita buat nari, untuk menari, dari sekolah kita gratiskan, biaya memang dari kita, kita alokasikan dana untuk pilar pendidikan. Setelah itu, dari anak-anak ini saya ingin mengembangkan tarinya. Tarinya bisa di display atau kita pamerkan ke pengunjung. Program tari ini dari kelas 3 sampai dengan kelas 5," lanjutnya.

Hingga saat ini, sudah ada 4 tari yang berhasil dikreasikan dengan dilatih secara langsung oleh pelatih yang didatangkan dari Institut Seni Indonesia Surakarta (ISI).

"Sampai saat ini sudah ada 4 tari, tapi tari klasik bukan kreasi, satu tari kuda-kuda, kedua ada tari topi, tiga Candek Ayu, empat tari pangpung, lima tari kupu-kupu yang sampai saat ini kita kembangkan, untuk pembelajaran tari, setiap Minggu diajarkan dengan durasi 1 sampai 2 jam dengan mendatangkan guru benar-benar dari ahlinya yang kami datangkan dari ISI," ungkapnya.

Tak cuma memberikan pendampingan pelatihan tari, warga Desa Wisata Wayang juga turut memberikan pendampingan ekstrakulikuler natah.

"Kita juga membuat program, supaya program ini bisa dibuat ekstrakulikuler natah. Konsepnya kita datang ke sekolahan, anak-anak kita kumpulkan di kelas masing-masing kita beri pelajaran. Kita sudah bilang ke bapak ibu guru untuk menjadikan program ini program pembelajaran yang dirancang oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (P5) atau dulu namanya ekstrakulikuler," ungkap pria yang juga bertanggung jawab sebagai Koordinator Lapangan Desa Wisata Wayang Butuh Sidowarno.

Manfaat program itu pun sudah mulai dirasakan oleh masyarakat.

"Alhamdulilah, setelah kita berikan edukasi tari, alhamduliah bermanfaat sekali, setiap acara 17 Agustus bisa mengeluarkan, kemarin di Desa Sidowarno itu ad aprogram PKK unggulan kita sudah bisa tampilkan, kemarin di festival Kabupaten Klaten 18 Agustus sudah kami sajikan," jelasnya.

Bukan sekedar untuk tampil, program pelatihan tari Desa Wisata Wayang ini juga sukses menghasilkan produk tari ciri khas dari Desa Sidowarno.

Tari tersebut diberi nama tari Indahing Sidowarno yang diperankan oleh 5 anak yang di ambil dari SMP sampai SMA.

"Kami juga membuat tarian yang tidak dipunyai kampung lain, dan nama tarinya ini Indahing Sidowarno. Tari Indahing Sidowarno ini diperankan oleh 5 anak dari SMP dan SMA," ujarnya.

Berprestasi di Tingkat Nasional

Buah kerja keras kolaborasi masyarakat dan pemudi Dusun Butuh, Sidowarno, deretan prestasi di tingkat Provinsi Jawa Tengah hingga nasional melalui Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) berhasil mereka dapatkan.

Pada bulan November 2022, Desa Wisata Wayang ikut serta dalam kompetisi Jateng Gayeng yang diselenggarakan oleh Pemerintah Provinsi Jawa Tengah, di Kembang Limus, Borobudur.

"November baru kita masuk kompetisi Jateng Gayeng diadakan di Kembang Limus, Borobudur. Kita masuk di desa wisata Jawa Tengah kurang lebih 40 peserta, pada akhirnya, 16 November 2022 kita lolos 10 besar untuk tingkat Jateng, dan di 26 November kita ikut grand final desa wisata jateng, alhamdulilah kita diberikan juara harapan satu untuk Jawa Tengah," ujar Nardi.

Tak puas sampai di situ saja, para tokoh penggerak Desa Wisata Wayang kembali mengembangkan diri dengan mengikuti Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) yang diselenggarakan oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf).

Kembali, Desa Wisata Wayang berhasil mengukir prestasi dengsn sukses lolos sampai ke babak 75 besar se-Indonesia.

Keberhasilan Desa Wisata Wayang lolos ke babak 75 besar membuat mereka mendapatkan kesempatan untuk dikunjungi langsung oleh Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Uno.

"Dari 75 kan diundang untuk zoom meeting, besok ada pengumuman 75 besar, lolos 75, teman-teman saya sampai menangis haru, alhamdulilah lolos dan akan didatangi oleh pak Sandi," ungkapnya.

Untuk menyambut kedatangan Sandiaga Uno, masyarakat Dusun Butuh, Sidowarno (Desa Wisata Wayang) melakukan kerjabakti serta gotong royong untuk memperindah desa.

Dan pada akhirnya, kerja keras masyarakat Desa Wisata Wayang berhasil memuaskan Sandiaga Uno ketika berkunjung.

Saat itu, Sandiaga Uno pun tak ragu menyanjung keindahan Desa Wisata Wayang dengan menyebutnya dengan istilah Italia "Numero Uno".

Selang beberapa waktu setelah kunjungan Sandiaga Uno, beberapa perwakilan Desa Wisata Wauang diundang ke Jakarta untuk menghadiri pemberian penghargaan pemenang dalam kompetisi ADWI.

Di mana, pada saat itu, Desa Wisata Wayang mampu menyabet penghargaan sebagai kategori souvenir terbaik keempat se-Indonesia.

Souvenir yang diberikan Desa Wisata Wayang kepada Sandiaga Uno pada saat itu adalah Wayang Gatotkaca.

"Satu Jawa Tengah ada lima, batang, blora, banyumas, Contro, Klaten, kita juara empat kategori souvenir se-Indonesia, souvenir saya wayang, waktu kesini dikasih wayang Gatotkaca, di sini masuknya kategori seni kriya dan budaya," jelas Nardi.

Potret masyarakat Desa Wisata Wayang di Butuh, Sidowarno, Klaten, Jawa Tengah, saat tengah melakukan proses pembuatan wayang kulit, Jumat (25/10/2024).
Potret masyarakat Desa Wisata Wayang di Butuh, Sidowarno, Klaten, Jawa Tengah, saat tengah melakukan proses pembuatan wayang kulit, Jumat (25/10/2024). (HO TribunWow.com)

Karya Wayang Desa Sidowarno di Mata Pengguna

Satu di antara Dalang yang ada di Sukoharjo, Wuryanto, turut membeberkan pandangannya mengenai hasil karya wayang di Desa Sidowarno.

Sudah 13 tahun lamanya, Wuryanto bekerjasama dengan warga Desa Sidowarno untuk menjadi pemasok wayang yang akan ia gunakan untuk mentas.

"Sejak kecil suka wayang, saya pesan dari butuh sidowarno kenal dari pengrajin, saya suka karena hasilnya bagus, saya sudah suka sejak 2011 dan pesan dari kawan" sidowarno, dari kulit sampai putihan, mulasnya juga dari sini," jelas Wuryanto saat ditemui TribunWow.com pada Jumat (25/10/2024).

Menurut Wuryanto, kualitas wayang di Desa Sidowarno berbeda dari beberapa tempat lain yang pernah didatangi.

"Pernah ke balai agung, nonton wayang kurang suka, manyaran juga pernah, namun kurang suka, dan perjalanan ketemu dengan mas nardi baron. Awalnya nonton dulu hasil karya dari mas Nardi Baron kok suka, terus akhirnya ambil di Sidowarno dari 2011 sampai saat ini," bebernya.

Potret Dalang Wuryanto (berdiri) ketika tengah memilah wayang yang hendak dipesan dari Butuh, Sidowarno, Klaten, Jumat (25/10/2024).
Potret Dalang Wuryanto (berdiri) ketika tengah memilah wayang yang hendak dipesan dari Butuh, Sidowarno, Klaten, Jumat (25/10/2024). (HO TribunWow.com)

Di tahun 20-12, Wuryanto pernah memesan wayang sebanyak 25 biji dari Desa Sidowarno.

"Tahun 2012 saya pernah pesan langsung 1 tokoh, anoman buto, saya butuh wayang 25 biji, saya ambil disini. Kalau awal dulu beli cakil, janaka, arjuna terus ambil lagi anoman buto buat mentas

Wuryanto berharap, para generasi muda dan para pengrajin wayang di Desa Sidowarno agar senantiasa melestarikan satu di antara budaya nusantara ini.

"Harapan saya untuk generasi muda, wayang itu aset, jadi harus dibudidayakan kelestarian wayang, generasi-generasi harus perduli, jadi sekolah-sekolah harus mengajarkan agar tidak hilang, jadi generasi muda harus mengadakan kegiatan dan diajarin kebudayaan wayang melalui karangtaruna. Untuk teman-teman pengrajin, jangan berhenti, semoga pengerjaannya semakin bagus dan banyak customer lain yang bisa datang," pungkasnya.

(TribunWow.com/Adi Manggala S)

#BersamaBerkaryaBerkelanjutan #KitaSATUIndonesia

Tags:
Desa Wisata WayangKlatenASTRASidowarnoSeni TariBersamaBerkaryaBerkelanjutanKitaSATUIndonesia
Berita Terkait
ANDA MUNGKIN MENYUKAI
AA

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved