Tragedi Arema Vs Persebaya
Soal Tragedi Kanjuruhan, Mahfud MD Tanggapi Alasan Aremania Turun ke Lapangan Bukan untuk Rusuh
Menko Polhukam menanggapi dalih Aremania turun ke lapangan ingin memberikan selamat kepada pemain Persebaya hingga menyemangati pemain Arema.
Penulis: anung aulia malik
Editor: Atri Wahyu Mukti
Mahfud menjelaskan, penetapan enam tersangka dalam tragedi Kanjuruhan ini dilakukan dalam rangka tanggap darurat 1 minggu pertama.
"Nanti tim (pencari fakta) ini akan mencari lagi," ujar Mahfud.
Ke depannya, Mahfud tak menutupi kemungkinan bertambahnya tersangka baik dari aparat maupun pihak lain.
"Bisa saja lebih banyak," kata Mahfud.
Sebelumnya diberitakan, Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo mengumumkan enam tersangka atas tragedi di Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur, pada Sabtu (1/10/2022).
Dilansir TribunWow.com, Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo menetapkan tiga tersangka dari pihak penyelenggara, pelaksana, hingga pengamanan.
Selain itu, anggota polisi yang memerintahkan penembakan gas air mata juga turut dijadikan tersangka.

Baca juga: Mulut Berbusa hingga Wajah Membiru, Kondisi Jasad Korban Tragedi Kanjuruhan Diungkap Komnas HAM
Diketahui, kericuhan terjadi ketika pertandingan Arema FC versus Persebaya.
Para suporter Aremania sempat membludak turun ke lapangan dan langsung dihalau oleh pihak kepolisian maupun TNI.
Namun, aparat kemudian menembakkan gas air mata ke tribun selatan kurang lebih 7 tembakan, tribun utara 1 tembakan dan ke lapangan 3 tembakan.
Tindakan ini mengakibatkan para penonton panik dan berdesak-desakan keluar dari arena.
Padahal, sebagian besar pintu stadion masih dalam keadaan terkunci.
Akibatnya sebanyak 131 orang termasuk 33 anak-anak tewas diduga karena kehabisan oksigen yang diperparah dengan efek gas air mata.
Pihak kepolisian langsung melakukan penyelidikan terhadap internal polri dan pihak-pihak terkait.
Tim penyidik telah memeriksa 48 saksi, meliputi 26 personel Polri, 3 orang penyelenggara pertandingan, 8 orang steward atau penjaga pintu, 6 saksi dan 5 korban.