Breaking News:

Tragedi Arema Vs Persebaya

Mahfud MD Bentuk Tim Usut Tragedi Kanjuruhan, Desak Polri Temukan Tersangka dalam Hitungan Hari

Menko Polhukam Mahfud MD turun tangan langsung dalam pengusutan tragedi di Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur, Sabtu (1/10/2022).

Penulis: Noviana Primaresti
Editor: Lailatun Niqmah
Kolase Surya Malang/Purwanto dan YouTube Kompastv
Foto kiri: Menko Polhukam Mahfud MD buka suara soal insiden tewasnya 127 orang dalam kerusuhan pertandingan Arema FC Vs Persebaya yang terjadi di Stadion Kanjuruhan di Kabupaten Malang, Jawa Timur, Sabtu (1/10/2022). Foto kanan: Kericuhan suporter Arema FC yang bentrok melawan polisi buntut kekalahan Arema FC dalam pertandingan Liga 1 melawan Persebaya Surabaya dengan skor 2-3 di Stadion Kanjuruhan, Malang, Sabtu (1/10/2022) malam. Terbaru, Mahfud MD segera bentuk tim independen untuk mengusut t 

TRIBUNWOW.COM - Menko Polhukam Mahfud MD turun tangan langsung dalam pengusutan tragedi di Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur, Sabtu (1/10/2022).

Dilansir TribunWow.com, sesuai arahan Presiden Joko Widodo (Jokowi), Mahfud MD membentuk tim independen yang langsung dipimpinnya.

Namun, Mahfud MD tetap mendorong Polri agar mengungkap pelaku yang terlibat dalam hitungan hari.

Baca juga: Disorot Tajam, Ketum PSSI Blunder Fatal saat Ucap Bela Sungkawa atas Tragedi di Kanjuruhan

Sebagaimana diketahui, sebanyak 125 orang dikabarkan tewas akibat insiden yang terjadi dalam laga sepakbola Arema Vs Persebaya.

Kejadian ini menimbulkan keprihatinan dari banyak pihak yang segera menuntut adanya pertanggungjawaban atas insiden tersebut.

Menanggapi desakan masyarakat, Presiden mengintruksikan diadakannya pengusutan secara tuntas.

Menjawab hal ini, Mahfud MD segera membentuk tim independen yang anggotanya akan diumumkan dalam 24 ke depan.

"Pemerintah membentuk tim gabungan independen pencari fakta (TGIPF) yang akan dipimpin langsung Menko Polhukam," kata Mahfud MD dikutip kanal YouTube KOMPASTV, Senin (3/10/2022).

"Nantinya akan terdiri dari pejabat atau perwakilan kementerian terkait, kemudian organisasi profesi olahraga sepakbola, pengamat, akademisi, dan media massa."

"Tugasnya diupayakan akan selesai dalam dua atau tiga minggu ke depan."

Suasana salah satu tribun di stadion Kanjuruhan yang penuh gas air mata usai laga Arema FC vs Persebaya, Sabtu (1/10/2022). Media asing Nytimes menyoroti kontroversi tembakan gas air mata yang dilontarkan pihak kepolisian ke arah penonton.
Suasana salah satu tribun di stadion Kanjuruhan yang penuh gas air mata usai laga Arema FC vs Persebaya, Sabtu (1/10/2022). Media asing Nytimes menyoroti kontroversi tembakan gas air mata yang dilontarkan pihak kepolisian ke arah penonton. (istimewa via TribunJatim.com)

Baca juga: Media Asing Sorot Tembakan Gas Air Mata di Stadion Kanjuruhan Buat Penonton Panik Ingin Keluar

Di sisi lain, Mahfud MD tetap mendesak agar Polri segera menentukan siapa saja pelaku yang bertanggung jawab atas kematian massal tersebut.

Diharapkan tugas ini bisa diselesaikan oleh Polri dalam waktu beberapa hari ke depan.

Selain itu, Polri diminta melakukan evaluasi untuk penyelenggaraan keamanan di lokasi sekitar stadion.

"Adapun tugas atau langkah jangka pendek, diminta kepada Polri dalam beberapa hari ke depan segera mengungkap pelaku yang terlibat tindak pidana," tegas Mahfud MD.

"Diminta pada Polri melakukan evaluasi terhadap penyelenggaraan keamanan di daerah setempat."

Tak hanya Polri, Mahfud MD juga meminta pihak TNI untuk melakukan evaluasi terhadap anggotanya yang mungkin bertindak di luar batas saat kejadian berlangsung.

Baca juga: Ungkap Respons FIFA, Media Asing Rangkum Kesaksian Penonton yang Selamat dari Stadion Kanjuruhan

Lihat tayangan selengkapnya dari menit ke- 01.04:

Kontroversi Kerusuhan Stadion Kanjuruhan

Penggunaan gas air mata disebut-sebut menjadi faktor penyumbang terbesar jatuhnya korban jiwa dalam kerusuhan yang terjadi di pertandingan Arema FC Vs Persebaya Surabaya pada Sabtu (1/10/2022) kemarin.

Terakhir dikabarkan pada Minggu (2/10/2022) malam, total ada 125 korban tewas dan 224 luka-luka dalam tragedi yang terjadi di Stadion Kanjuruhan di Kabupaten Malang, Jawa Timur.

Dilansir TribunWow, berikut adalah sejumlah fakta mengenai penggunaan gas air mata saat terjadinya kerusuhan di Stadion Kanjuruhan:

Baca juga: Media Portugal Ulik Kesaksian Abel Camara Ceritakan Kronologi 8 Fan Arema FC Tewas di Depan Matanya

Gas Air Mata Dilarang FIFA

Berdasarkan regulasi dari FIFA, penggunaan gas air mata dalam teknis pelaksanaan pertandingan sepak bola dilarang.

Dalam pasal 19 yang mengatur tentang keselamatan dan keamanan di Stadion menyebutkan, bahwa penggunaan gas air mata dan senjata api dilarang digunakan untuk mengamankan massa.

"No fi rearms or “crowd control gas” shall be carried or used (Senjata api atau "gas pengendali massa" tidak boleh dibawa atau digunakan)," bunyi aturan FIFA yang tertuang pada pasal 19 terkait Stadium Safety dan Security.

Ibu-ibu dan Bocah Korban Gas Air Mata

Rezqi Wahyu adalah seorang penonton yang saat itu menyaksikan pertandingan Arema FC Vs Persebaya Surabaya di Stadion Kanjuruhan.

Dikutip TribunWow dari tribunnews, Rezqi yang merupakan seorang Aremania mengaku melihat langsung bagaimana tembakan gas air mata mengenai ibu-ibu hingga anak-anak yang kemudian menyebabkan kerusuhan para penonton berdesak-desakkan berebut keluar dari stadion.

Rezqi yang membagikan kisah lewat medsos tak menampik awalnya ada sejumlah oknum suporter yang anarkis seusai pertandingan berakhir dengan kekalahan Arema.

Ia bercerita selain mengkritik para pemain, oknum Aremania ada juga yang melempar beragam benda ke arah lapangan.

Kericuhan suporter Arema FC yang bentrok melawan polisi buntut kekalahan Arema FC dalam pertandingan Liga 1 melawan Persebaya Surabaya dengan skor 2-3 di Stadion Kanjuruhan, Malang, Sabtu (1/10/2022) malam. Dalam bentrok ini polisi menembakkan gas air mata dan 127 suporter termasuk 2 polisi dilaporkan tewas.
Kericuhan suporter Arema FC yang bentrok melawan polisi buntut kekalahan Arema FC dalam pertandingan Liga 1 melawan Persebaya Surabaya dengan skor 2-3 di Stadion Kanjuruhan, Malang, Sabtu (1/10/2022) malam. Dalam bentrok ini polisi menembakkan gas air mata dan 127 suporter termasuk 2 polisi dilaporkan tewas. (Surya Malang/Purwanto)

Baca juga: Bongkar Penyebab Korban Meninggal di Tragedi Arema FC Vs Persebaya, Dokter: Itu Memperberat Kondisi

Setelah para pemain masuk ke ruang ganti, Rezqi menyebut para suporter justru semakin rusuh.

"Pihak aparat juga melakukan berbagai upaya untuk memukul mundur para suporter, yang menurut saya perlakuannya sangat kejam dan sadis, dipentung (dipukul) dengan tongkat panjang, 1 suporter dikeroyok aparat, dihantam tameng dan banyak tindakan lainnya," ungkap Rezqi.

Rezqi bercerita, setelah kondisi semakin rusuh, akhirnya aparat keamanan menembakkan gas air mata ke arah penonton.

"Terhitung puluhan gas air mata sudah ditembakkan ke arah suporter, di setiap sudut lapangan telah dikelilingi gas air mata."

Menurut Rezqi, tembakan gas air mata tersebut menyebabkan kepanikan di antara penonton.

"Banyak ibu-ibu, wanita-wanita, orang tua dan anak-anak kecil yang terlihat sesak gak berdaya, gak kuat ikut berjubel untuk keluar dari stadion."

Klarifikasi Polisi soal Gas Air Mata

Dikutip TribunWow dari Kompas, pihak kepolisian menegaskan tembakan gas air mata digunakan untuk mencegah oknum suporter bertindak anarkis.

Terkait sesak napas, pihak kepolisian menyebut hal tersebut terjadi karena penumpukan penonton di satu pintu stadion.

"Para suporter berlarian ke salah satu titik di Pintu 12 Stadion Kanjuruhan. Saat terjadi penumpukan itulah, banyak yang mengalami sesak napas," ungkap Kapolda Jawa Timur, Irjen Nico Afinta dalam konferensi pers di Mapolres Malang, Minggu (2/10/2022) pagi.

Menurut informasi dari Nico ada 42.288 penonton di tribun saat itu, namun yang turun ke lapangan hanya ada 3 ribu suporter.

"Seandainya suporter mematuhi aturan, peristiwa ini tidak akan terjadi. Semoga tidak terjadi lagi peristiwa semacam ini," ujarnya.

Dikutip TribunWow dari Tribunnews, kerusuhan pertama kali terjadi saat sekira ribuan orang penonton masuk ke lapangan saat Arema FC kalah 2-3 dari Persebaya Surabaya.

Baca juga: Akhirnya Buka Suara Insiden Arema FC Vs Persebaya Surabaya, Presiden FIFA: Tragedi di Luar Pemahaman

Pertandingan pekan ke-11 Liga 1 2022-2023 bertajuk derbi Jawa Timur, Arema FC dan Persebaya Surabaya, di Stadion Kanjuruhan, Kepanjen, Malang, Sabtu (1/10/2022) berlangsung panas.
Pertandingan pekan ke-11 Liga 1 2022-2023 bertajuk derbi Jawa Timur, Arema FC dan Persebaya Surabaya, di Stadion Kanjuruhan, Kepanjen, Malang, Sabtu (1/10/2022) berlangsung panas. (KOMPAS.com/Suci Rahayu)

Saat para penonton turun ke lapangan, aparat terlihat kewalahan menangani kericuhan tersebut hingga akhirnya menembakkan gas air mata ke kerumunan.

Penyebab tewasnya para korban sementara ini diduga karena terinjak-injak saat terjadi kericuhan, hingga sesak napas akibat semprotan gas air mata dari aparat keamanan. (TribunWow.com/Via/Anung)

Berita lain terkait

Berita Terkait
ANDA MUNGKIN MENYUKAI
AA
KOMENTAR

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved