Breaking News:

Konflik Rusia Vs Ukraina

Inggris Janji Latih 10 Ribu Orang, Warga Sipil Ukraina Diajari Taktik Patroli hingga Hukum Perang

Pemerintah Inggris telah memulai pelatihan militer terhadap warga Ukraina yang menjadi sukarelawan untuk perangi pasukan Rusia.

Penulis: anung aulia malik
Editor: Elfan Fajar Nugroho
youtube sky news
Sukarelawan ikut berperang membantu Ukraina melawan pasukan militer Rusia. Inggris Janji Latih 10 Ribu Orang, Warga Sipil Ukraina Diajari Taktik Patroli hingga Hukum Perang 

TRIBUNWOW.COM - Pemerintah Inggris mengaku siap memberikan pelatihan militer terhadap 10 ribu sukarelawan asal Ukraina.

Pelatihan ini diharapkan agar para sukarelawan yang tidak memiliki pengalaman militer dapat memiliki keahlian sebelum turun ke lapangan menghadapi pasukan militer Rusia.

Dikutip TribunWow.com dari rt.com, Menteri Pertahanan Inggris Ben Wallace menyampaikan, program pelatihan ini adalah satu dari beberapa bentuk dukungan Inggris terhadap Ukraina.

Baca juga: Sopir Truk hingga Penjaga Toko di Ukraina Dilatih Jadi Tentara di Inggris untuk Lawan Pasukan Rusia

"Menggunakan keahlian kelas dunia pasukan Inggris, kami akan membantu Ukraina membangun kembali pasukannya dan meningkatkan perlawanan selagi mereka mempertahankan kedaulatan negara mereka dan hak untuk memilih masa depan mereka sendiri," ujar Wallace, Sabtu (9/7/2022).

Sekira 1.050 tentara pasukan militer Inggris akan menjadi pelatih para sukarelawan Ukraina dalam lokasi di beberapa wilayah di Inggris yang tempatnya dirahasiakan.

Materi yang nantinya akan diajarkan mulai dari cara menggunakan senjata, peralatan pertolongan pertama, keahlian di lapangan, taktik patroli, hingga hukum konflik bersenjata.

Untuk memastikan para relawan terbiasa menggunakan senjata, Inggris telah memulai mempercepat produksi senjata serbu jenis AK.

Di sisi lain, rasa kesal dan frustasi mulai tumbuh di masyarakat Ukraina.

Rakyat Ukraina kini mulai memprotes pemerintah mereka karena mengirimkan warga sipil yang tak memiliki pengalaman militer untuk berperang menghadapi pasukan Rusia.

Dikutip TribunWow.com dari Skynews, seiring naiknya korban jiwa dari pihak Ukraina, warga di sana mulai memprotes lantaran anggota keluarga mereka ada yang dikirim untuk berperang melawan Rusia padahal tak memiliki pengalaman perang.

Baca juga: Inggris Sebut Putin Jadikan Kelaparan sebagai Senjata dalam Konflik Rusia Vs Ukraina

Sukarelawan ikut berperang membantu Ukraina melawan pasukan militer Rusia.
Sukarelawan ikut berperang membantu Ukraina melawan pasukan militer Rusia. (youtube sky news)

Warga Kyiv/Kiev bernama Viktoriia Bilan-Raschuk (43) menjelaskan bagaimana suaminya dikirim untuk berperang di Severodonetsk padahal tak memiliki latar belakang militer.

Mirisnya, Viktoriia harus menabung uang demi bisa membeli perlengkapan militer untuk suaminya.

Viktoriia mengaku siap untuk memprotes kondisi yang ia alami.

"Pemerintah tidak melakukan banyak hal untuk mendukung mereka. Semakin lama ini berlangsung, makin banyak orang yang akan marah," kata dia.

Sebelumnya, pejabat Rusia menyebut pemerintah Ukraina bersikap munafik terkait nasib warga sipil yang terjebak di pabrik kimia Azot, Severodonetsk.

Sikap yang sama diklaim pernah ditunjukkan saat insiden pengepungan di pabrik Azovtal, Mariupol.

Sama seperti di Mariupol, Rusia menekankan pasukannya tak pernah menahan warga sipil untuk menyelamatkan diri.

Dilansir TASS, Rabu (15/6/2022), Mikhail Mizintsev, kepala Pusat Manajemen Pertahanan Nasional Rusia,mengatakan tidak ada hambatan lain bagi warga sipil untuk meninggalkan pabrik Azot di Severodonetsk.

Ia menilai justru keputusan Kiev dan pihak nasionalislah yang melarang orang-orang tersebut untuk keluar.

Baca juga: Rusia Disebut Berniat Hancurkan Seluruh Donbas, Presiden Zelensky Ungkap Ukraina Butuh Senjata Berat

Hal ini diklaim sebagai strategi untuk menjadikan para tentara dan tentara yang terjebak sebagai tameng manusia.

"Federasi Rusia secara terbuka dan resmi menyatakan bahwa tidak ada hambatan untuk keluarnya warga sipil dari wilayah pabrik Azot, dengan pengecualian keputusan prinsip dari otoritas Kiev dan komandan unit nasionalis untuk terus menjaga warga sipil sebagai perisai manusia,” tegas Mizintsev dikutip TribunWow.com.

Ia mengklaim Kiev dengan munafik tidak memberikan perintah kepada tentaranya untuk menghentikan serangan.

Seperti yang terjadi di pabrik Azovstal di Mariupol, Mizintsev menyebut mereka yang bertahan di pabrik Azot hanya dijadikan martir.

Jenderal tersebut mengatakan warga sipil disandera di pabrik dan diabaikan.

"Rezim Kiev sekali lagi menunjukkan wajah aslinya dan ketidakpedulian total terhadap kehidupan wanita tak berdosa, anak-anak dan orang tua, yang ditawan oleh teroris gila di pabrik Azot," tuding Mizintsev.

Sementara itu, dilaporkan sekira 12 ribu warga Kota Severodonetsk kini tengah terjebak di dalam kota tak bisa keluar.

Mayoritas dari mereka berlindung di bunker di bawah pabrik kimia Azot.

Pasukan militer Rusia saat memeriksa para tentara Ukraina yang menyerah di pabrik baja Azovstal, Mariupol.
Pasukan militer Rusia saat memeriksa para tentara Ukraina yang menyerah di pabrik baja Azovstal, Mariupol. (Sputnik/Kementerian Pertahanan Rusia)

Baca juga: Microsoft Bongkar Pergerakan Hacker Rusia Serang 42 Negara Aliansi Ukraina, AS Target Utama

Dikutip TribunWow.com dari bbc.com, selama beberapa minggu ini, Severodonetsk telah menjadi tujuan utama pasukan militer Rusia.

Warga Severodonetsk yang terjebak di dalam kota tengah hidup dalam kondisi yang mengkhawatirkan karena minimnya persediaan air dan buruknya sanitasi.

Juru bicara Kantor Urusan Kemanusiaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Saviano Abreu menyampaikan bahwa persediaan makanan dan obat-obatan di Severodonetsk sudah mulai menipis.

PBB kini berharap dapat mengirimkan bantuan untuk warga yang terjebak di dalam kota.

Situasi di pabrik Azot menggemakan pertempuran yang berkecamuk sebelumnya dalam konflik di pabrik baja Azovstal di Mariupol, di mana ratusan pejuang dan warga sipil berlindung dari penembakan Rusia.

Mereka yang berada di dalam akhirnya menyerah dan dibawa ke tahanan Rusia pada pertengahan Mei.

Wanita Ukraina Dilatih Hadapi Pasukan Rusia

Beberapa ahli mengadakan sebuah program yang bertujuan untuk melatih warga sipil khususnya para wanita di Ukraina seputar ilmu membela diri untuk persiapan berperang melawan pasukan militer Rusia.

Program pelatihan ini diketahui diadakan di Zaporizhzhia yang terletak di bagian selatan Ukraina.

Dikutip TribunWow.com dari Thesun.co.uk, dalam beberapa foto yang beredar tampak para wanita berpakaian sipil berlatih menggunakan senjata senapan otomatis di antaranya adalah AK-47.

Wanita sipil di Ukraina mengikuti program pelatihan persiapan berperang di Zaporizhzhia untuk melawan pasukan Rusia.
Wanita sipil di Ukraina mengikuti program pelatihan persiapan berperang di Zaporizhzhia untuk melawan pasukan Rusia. (AFP)

Dalam foto lainnya tampak seorang wanita berlatih mengincar target menggunakan senjata senapan otomatis dari tempat berlindung.

Di foto lainnya terdapat seorang pria yang memberikan instruksi kepada wanita Ukraina tentang penggunaan senjata.

Selain dilatih menggunakan senjata, program ini juga mengajarkan strategi untuk berperang di daerah perkotaan.

Edukasi tentang strategi tersebut diharapkan dapat mempersiapkan warga untuk melakukan perang gerilya melawan pasukan Rusia.

Untuk saat ini pasukan militer Ukraina berjumlah 240 ribu orang namun dapat bertambah hingga jutaan orang jika ditambah sukarelawan warga sipil dan prajurit dari negara lain.

Di bawah kondisi darurat militer, pelatihan ini diadakan gratis untuk semua penduduk kota.

Sergey Yelin (47), yang mendirikan pusat pelatihan tersebut, mengatakan bahwa kursus dasar ini mencakup pengajaran kepada siswa bagaimana cara berdiri dan membidik, teknik pengendalian pemicu, pernapasan, dan berbagai cara menembakkan senjata.

Untuk wanita, program ini berlangsung selama 15 jam tetapi dia mengatakan bahwa kursus dasar dapat dikuasai dalam lima atau enam jam.

"Kami mengadakan beberapa latihan taktis untuk warga sipil karena kami semua tahu bahwa jika musuh memasuki kota, akan terjadi pertempuran jalanan," kata Yelin.

"Dan itu biasanya terjadi di lokasi yang sulit seperti rumah yang hancur, di ruang bawah tanah atau di dalam toko."

Para instruktur bekerja dengan militer dan warga sipil yang menawarkan pelatihan di tiga bidang: penanganan senjata dasar, kursus khusus, dan elemen taktis untuk senapan serbu Kalashnikov, biasanya untuk pasukan khusus.

Sejak invasi Rusia dimulai pada 24 Februari, sekitar 4.000 orang telah dilatih di pusat tersebut.

"Kita perlu tahu bagaimana melakukan ini untuk diri kita sendiri dan untuk keluarga kita karena kita berada tepat di garis depan," kata Yana Piltek (33), siswa lainnya.

Piltek mengatakan dia tidak takut berkelahi dan tidak akan ragu untuk membela kampung halamannya.

"Kami berlatih untuk menang dalam pertarungan di kota. Dan jika itu yang terjadi, kami tidak akan membiarkan kota kami ditaklukkan." (TribunWow.com/Anung/Via)

Berita terkait Konflik Rusia Vs Ukraina

Sumber: TribunWow.com
Tags:
Konflik Rusia Vs UkrainaRusiaUkrainaInggris
Berita Terkait
ANDA MUNGKIN MENYUKAI
AA

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved