Breaking News:

Konflik Rusia Vs Ukraina

Sebut Relasi Rusia dan Ukraina Bisa Jadi seperti Korut dan Korsel, Ahli Jawab Kapan Perang Berakhir

Mantan Jenderal NATO memprediksi kapan perang akan berakhir dan sebut kemungkinan relasi Rusia dan Ukraina di masa depan.

Penulis: Noviana Primaresti
Editor: Tiffany Marantika Dewi
Telegram @mod_russia
Perang di Ukraina bisa berhenti dalam sehari jika kyiv menyerah, Kamis (30/6/2022). Terbaru, mantan jenderal NATO prediksi akhir perang serta spekulasi relasi Rusia dan Ukraina di masa depan. 

TRIBUNWOW.COM - Empat bulan invasi Rusia ke Ukraina, ribuan tentara telah tewas, miliaran dolar dalam perangkat keras militer terbuang dan seluruh kota menjadi sasaran pemboman tanpa henti.

Namun, kampanye militer sengit Rusia di Ukraina terus berlanjut, sementara perkiraan kapan perang masih menjadi perdebatan.

Dilansir TribunWow.com, sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg sebelumnya telah memperingatkan bahwa perang itu bisa berlangsung selama bertahun-tahun.

Baca juga: Sindir Taktik Licik AS, Korea Utara Ikut Komentari Pembantaian di Bucha

Klaim ini berbeda dengan spekulasi badan-badan intelijen Barat yang mengatakan kemampuan tempur Rusia bisa habis dalam beberapa bulan mendatang.

Setelah mengalihkan fokusnya ke timur Ukraina, Rusia telah merebut hampir semua provinsi Luhansk dan kemungkinan akan melanjutkan upayanya hingga menguasai provinsi Donetsk.

Bersama-sama, kedua wilayah ini disebut sebagai wilayah Donbas.

Pada hari Rabu (29/6/2022), Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan tidak ada menetapkan tanggal akhir untuk 'operasi militer' di Ukraina.

Namun, tujuannya untuk menguasai Donbas akan terus dilakukan hingga mencapai hasil.

"Setelah gagal memasuki Kyiv, pemindahan strategis pasukan Rusia dan penempatan pusat gravitasi ke Ukraina timur, para jenderal Rusia memutuskan untuk maju perlahan tapi tegas," kata Konstantinos Loukopoulos, mantan letnan jenderal Yunani dan NATO, seperti dikutip dari Al Jazeera, Senin (3/7/2022).

Pekan lalu, Ukraina memerintahkan pasukannya untuk mundur dari kota utama Severodonetsk, yang telah menjadi target serangan intens Rusia selama berminggu-minggu.

Sementara pasukannya merebut kota terdekat Lysychansk, Rusia pada hari Kamis mengumumkan penarikan pasukannya dari Pulau Ular yang penting secara strategis.

Moskow menyebutnya sebagai sikap niat baik yang bertujuan untuk menunjukkan dukungannya terhadap upaya memulai kembali ekspor makanan dari pelabuhan Ukraina.

Tetapi Kyiv membanggakannya sebagai kemenangan, dengan mengatakan itu telah memaksa Rusia untuk mundur.

Melihat perkembangan tersebut, Loukopoulos memberikan prediksi kapan perang antara Rusia dan Ukraina akan selesai.

"Perang berakhir baik ketika satu pihak berhasil memaksakan kehendaknya pada pihak lain terlebih dahulu di lapangan dan kemudian di meja perundingan," terang Loukopoulos.

"Atau ketika kedua belah pihak menginginkan kompromi daripada berperang karena biayanya terus-menerus melebihi konsesi apa pun untuk menemukan yang disebut 'kesamaan'."

"(Mungkin) yang terakhir (akan terjadi) tidak terlalu lama lagi."

Potret masyarakat Ukraina yang mengungsi di tengah konflik Ukraina-Rusia.
Potret masyarakat Ukraina yang mengungsi di tengah konflik Ukraina-Rusia. (youtube the Guardian)

Baca juga: Belarus Sebut Ada Pihak yang Kendalikan Ukraina dan Berusaha Melibatkannya dalam Perang dengan Rusia

Meskipun demikian, Loukopoulos mengaku tak bisa membayangkan perang tersebut akan berakhir dalam waktu dekat ini.

"Saya sepenuhnya yakin bahwa akhir perang tidak akan segera terjadi," sebut Loukopoulos.

Namun, ia menilai kecil kemungkinan perang itu berlangsung hingga bertahun-tahun.

"Baik Ukraina dan Barat maupun Moskow tidak dapat bertahan begitu lama," ucapnya.

Meskipun akhir perang belum terlihat, dia mengatakan dia dapat membayangkan sebuah skenario di mana ada preseden.

Contoh yang terjadi adalah relasi antara Korea Utara dan Korea Selatan yang hingga kini masih dalam gencatan senjata selama bertahun-tahun.

"Gencatan senjata seperti di Korea pada tahun 1953 dengan garis dan zona demiliterisasi itu adalah sesuatu yang dimiliki beberapa ibu kota sebagai hasil akhir sementara," pungkas Loukopoulos.

Baca juga: Rusia Bersedia Akhiri Perang Ukraina jika Zelensky Lakukan Hal Ini, Jubir Putin: Semua akan Selesai

5 Skenario Akhir Konflik Rusia dan Ukraina

Hingga saat ini, belum ada tanda-tanda bahwa konflik Rusia vs Ukraina yang berkepanjangan itu akan segera usai.

Lantas, kapan perang Ukraina yang menjadi sorotan dunia ini akan berakhir?

Kolase potret Presiden Rusia Vladimir Putin (kiri) dan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky, Minggu (27/2/2022). Berikut lima skenario penyelesaian perang Ukraina dan Rusia.
Kolase potret Presiden Rusia Vladimir Putin (kiri) dan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky, Minggu (27/2/2022). Berikut lima skenario penyelesaian perang Ukraina dan Rusia. (AFP/Alexei Druzhinin/SPUTNIK)

Baca juga: Zelensky Terancam Dipenggal Militernya Sendiri, Buntut Isu akan Serahkan Wilayah Ukraina ke Polandia

Dilansir TribunWow.com dari BBC, Minggu (5/6/2022), berikut adalah lima skenario potensial perkembangan perang Rusia-Ukraina.

1. Gesekan Terus Berlanjut

Perang ini mungkin berlanjut selama berbulan-bulan, jika tidak bertahun-tahun.

Momentum bergeser ke sana kemari karena kedua belah pihak sama-sama mendapat untung dan rugi.

Tidak ada kubu yang mau menyerah.

Presiden Rusia Vladimir Putin menilai dia bisa mendapatkan keuntungan dengan menunjukkan kesabaran.

Ia bertaruh bahwa negara-negara Barat akan merasa lelah dengan Ukraina dan mengalihkan fokus pada krisis ekonomi mereka dan ancaman dari China.

Namun Barat masih menunjukkan tekad dan terus memasok Ukraina dengan senjata.

Diprediksi bahwa gesekan akan terjadi terus-menerus hingga menyebabkan perang berlangsung selamanya.

"Ada sedikit prospek kemenangan operasional atau strategis yang menghancurkan oleh kedua belah pihak dalam jangka pendek. Tidak ada pihak yang berperang telah menunjukkan kapasitas untuk mendaratkan pukulan yang menentukan secara strategis," kata Mick Ryan, seorang pensiunan jenderal dan sarjana militer Australia.

2. Putin Mengumumkan Gencatan Senjata

Putin diperkirakan bisa mengumumkan gencatan senjata sepihak untuk mengantongi keuntungan teritorialnya dan menyatakan kemenangan.

Dia bisa mengklaim bahwa operasi militernya telah selesai dengan berhasil dilindunginya separatis yang didukung Rusia di Donbas.

Putin kemudian bisa mencari landasan moral yang tinggi, memberi tekanan pada Ukraina untuk menghentikan pertempuran.

"Ini adalah taktik yang dapat digunakan oleh Rusia kapan saja, jika ingin memanfaatkan tekanan Eropa pada Ukraina untuk menyerah dan menyerahkan wilayah sebagai imbalan perdamaian nosional," kata Keir Giles, pakar Rusia di lembaga Chatham House.

Hal ini ini sudah dikumandangkan di Paris, Berlin dan Roma yang mendorong Rusia agar tidak perlu memperpanjang perang dan mengumumkan gencatan senjata.

Namun, keputusan ini akan ditentang oleh AS, Inggris, dan sebagian besar Eropa timur, di mana para pembuat kebijakan percaya bahwa invasi Rusia harus kalah, demi Ukraina dan tatanan internasional.

Jadi gencatan senjata sepihak Rusia mungkin mengubah narasi tetapi tidak mengakhiri pertempuran.

3. Kebuntuan di Medan Perang

Jika perang terus berlanjut, baik tentara Ukraina maupun Rusia akan kelelahan, kehabisan tenaga dan amunisi.

Harga dalam darah dan harta tidak lagi dapat membenarkan berlangsungnya pertempuran lebih lanjut.

Kerugian militer dan ekonomi Rusia tidak bisa lagi ditutup dengan biaya apa pun.

Orang-orang Ukraina lelah perang, tidak mau mempertaruhkan lebih banyak nyawa untuk kemenangan yang sulit dipahami.

Ada harapan bahwa Rusia dan Ukraina akan menyelesaikan masalah ini melalui diplomasi.

Tetapi penyelesaian politik melalui cara apa pun akan sulit, paling tidak karena kurangnya kepercayaan Ukraina pada Rusia.

Kesepakatan damai mungkin tidak bertahan lama dan bisa diikuti dengan lebih banyak pertempuran.

4. Kemenangan untuk Ukraina

Ada kemungkinan bahwa Ukraina yang memberi perlawanan sengit akan muncul sebagai pemenang.

"Ukraina pasti akan memenangkan perang ini," kata Presiden negara itu Volodymyr Zelensky kepada TV Belanda minggu ini.

Bisa saja Rusia gagal merebut semua wilayah Donbas dan menderita lebih banyak kerugian.

Apalagi mengingat sanksi Barat telah menghantam mesin perang Rusia.

Ukraina mungkin akan melakukan serangan balasan, menggunakan roket jarak jauh barunya, merebut kembali wilayah di mana jalur pasokan Rusia terbentang.

Ukraina bermanuver mengubah pasukannya dari pertahanan menjadi kekuatan penyerang.

Skenario ini cukup masuk akal bagi pembuat kebijakan untuk khawatir tentang konsekuensinya.

Namun, jika Putin menghadapi kekalahan, ia mungkin akan meningkatkan potensi menggunakan senjata kimia atau nuklir.

"Tampaknya tidak mungkin bagi saya bahwa Putin akan menerima kekalahan militer konvensional ketika dia memiliki opsi nuklir," ujar Sejarawan Niall Ferguson mengatakan dalam sebuah seminar di Kings College, London.

5. Kemenangan untuk Rusia

Pejabat Barat menekankan bahwa meskipun mengalami kemunduran awal, Rusia masih berencana untuk merebut ibukota Kyiv dan menaklukkan sebagian besar Ukraina.

"Tujuan maksimalis itu tetap ada," kata seorang pejabat.

Rusia dapat memanfaatkan keuntungannya di Donbas dengan membebaskan pasukan untuk digunakan di tempat lain, bahkan mungkin menargetkan Kyiv sekali lagi.

Di sisi lain, Presiden Zelensky telah mengakui hingga 100 tentara Ukraina sekarat dan 500 lainnya terluka setiap hari.

Orang-orang Ukraina diprediksi akan dapat terpecah belah, di mana beberapa ingin terus berjuang, sementara yang lain menuntut perdamaian.

Beberapa negara Barat mungkin akan lelah mendukung Ukraina dan menghentikan pasokan bantuannya.

Sehingga, Ukraina yang tak lagi memiliki kekuatan, mau tak mau harus menyerah kalah. (TribunWow.com/ Via)

Berita terkait lainnya

Sumber: TribunWow.com
Tags:
NATORusiaUkrainaKorea SelatanKorea Utara
Rekomendasi untuk Anda
ANDA MUNGKIN MENYUKAI
AA

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved