Konflik Rusia Vs Ukraina
Angela Merkel Tak Menyesal Pernah Tolak Ukraina Masuk NATO, Mantan Kanselir Jerman Ungkap Alasan
Mantan kanselir Jerman Angela Merkel mengatakan dia tidak menyesali kebijakannya terhadap Rusia dan Ukraina di masa lalu.
Penulis: Noviana Primaresti
Editor: Rekarinta Vintoko
TRIBUNWOW.COM - Mantan kanselir Jerman Angela Merkel mengatakan dia tidak menyesali kebijakannya terhadap Rusia dan Ukraina di masa lalu.
Ia merasa tidak perlu meminta maaf bahkan ketika invasi Moskow ke Ukraina membayangi peninggalannya.
Merkel juga tak menyesal menolak Ukraina gabung dengan NATO karena saat itu pemerintah Kiev tak sama seperti sekarang.

Baca juga: Ukraina Dibanjiri Bantuan Senjata, Polisi Swedia Khawatir Gangster Ikut Diuntungkan
Baca juga: Ragu Kirim Tank ke Ukraina, Jerman Khawatir Zelensky Kelewat Batas jika Menang Lawan Rusia
Dilansir TribunWow.com dari Al Jazeera, Rabu (8/6/2022), Merkel bersikeras dia tidak naif dalam berurusan dengan Presiden Rusia Vladimir Putin yang dia temui secara teratur selama 16 tahun menjabat.
"Diplomasi tidak salah hanya karena tidak berhasil," kata wanita berusia 67 tahun itu dalam wawancara besar pertamanya sejak mengundurkan diri enam bulan lalu.
Dia mengingat dukungannya terhadap sanksi ekonomi terhadap Rusia atas pencaplokan Krimea tahun 2014, dan upaya Jerman-Prancis untuk menjaga proses perdamaian Minsk untuk Ukraina tetap hidup.
"Saya tidak perlu menyalahkan diri sendiri karena tidak berusaha cukup keras," kata mantan rektor yang konservatif itu.
"Saya tidak melihat bahwa saya harus mengatakan 'itu salah' dan itulah mengapa saya tidak perlu meminta maaf."
Berbicara kepada jurnalis Der Spiegel Alexander Osang, Merkel menolak kritik bahwa dia telah salah memblokir Ukraina dari bergabung dengan NATO pada tahun 2008.
Ia beralasan bahwa Ukraina terlalu terpecah pada saat itu dan Putin akan melihat keanggotaan ini sebagai deklarasi perang.
"Itu bukan Ukraina yang kita kenal sekarang. Negara itu tidak stabil, penuh dengan korupsi," katanya seraya memuji Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky atas kepemimpinannya di masa perang.
Merkel berpendapat bahwa perjanjian damai Minsk 2014-2015, yang dilihat pada saat itu sebagai cara terbaik untuk mengakhiri pertempuran di Ukraina timur antara separatis pro-Rusia dan tentara Ukraina, telah membawa ketenangan.
Ia menilai hal ini juga memberi Ukraina waktu untuk berkembang sebagai negara demokrasi dan memperkuat militernya.
"Keberanian dan semangat yang mereka perjuangkan untuk negara mereka sangat mengesankan," tambah Merkel.
Merkel, seorang pembicara bahasa Rusia yang fasih, juga membela kebijakannya untuk mendukung perdagangan dengan Rusia.