Konflik Rusia Vs Ukraina
Angela Merkel Tak Menyesal Pernah Tolak Ukraina Masuk NATO, Mantan Kanselir Jerman Ungkap Alasan
Mantan kanselir Jerman Angela Merkel mengatakan dia tidak menyesali kebijakannya terhadap Rusia dan Ukraina di masa lalu.
Penulis: Noviana Primaresti
Editor: Rekarinta Vintoko
“Kami mengatakan kepada nasabah bahwa simpanan mereka aman, dan pemerintah Jerman mendukung itu,” kata Merkel pada Oktober 2008.
Kebijakan Merkel yang keras mampu menyelamatkan perekonomian Eropa dengan membentuk dana moneter penyelamat mata uang Euro.
Namun, dia kemudian menjadi sosok yang dibenci di Yunani karena kebijakan itu dan membuat popularitas Merkel jatuh.
"Eropa gagal ketika Euro gagal," kata Merkel pada 2012.
Meskipun dianggap sebagai musuh, Merkel tetap mendesak pemerintah Yunani melakukan pengetatan anggaran dan melaksanakan reformasi.
Tantangan terbesar Angela Merkel berlanjut saat krisis pengungsi pada 2015.
Merkel menolak menutup perbatasan Jerman ketika para pengungsi dan migran membanjiri Eropa.
Lebih dari 1 juta pengungsi tiba di Jerman dan banyak di antara mereka melarikan diri dari perang di Suriah.
Hal itu memicu reaksi keras dari banyak orang di partainya sendiri, CDU, yang kehilangan banyak suara pada pemilu 2016.
Meskipun begitu, Merkel tetap bisa mempertahankan posisinya sebagai kanselir dalam pemilihan yang dilakukan setiap empat tahun di Jerman.
Kebijakan Merkel membuka gerbang seluas-luasnya bagi pengungsi, mendorong dukungan untuk sayap kanan yang antipengungsi yaitu AfD.
Terkait kebijakannya itu, Merkel mengakui tidak menyesal.
“Jika kita harus mulai memaafkan diri sendiri karena menunjukkan wajah ramah di saat krisis, maka ini bukan negara saya,” katanya.
Angela Merkel lahir di kota pelabuhan, Hamburg, pada 17 Juli 1954 sebagai putri seorang pendeta Lutheran dan guru sekolah.
Dia pandai dalam matematika dan Bahasa Rusia, yang membantunya mempertahankan dialog dengan Presiden Vladimir Putin, terutama saat konflik di perbatasan Eropa setelah invasi Rusia ke Ukraina pada 2014.