Konflik Rusia Vs Ukraina
Pengakuan Tak Terduga Tentara Rusia yang Menolak Bertempur ke Ukraina: Kami seperti Kucing Buta
Seorang tentara Rusia bernama Sergey (bukan nama sebenarnya) memberikan pengakuan mengejutkan soal invasi ke Ukraina.
Editor: Atri Wahyu Mukti
"Kami maju tanpa dukungan helikopter - hanya dengan satu barisan seperti datang ke sebuah parade."
Dia meyakini para komandan Rusia berencana merebut posisi-posisi kunci dan kota-kota penting Ukraina dengan sangat cepat serta menduga militer Ukraina langsung menyerah.
"Kami maju cepat, rehat sejenak, tanpa parit-parit, tanpa pasukan pengintai. Kami tidak meninggalkan anggota lain di belakang. Jadi apabila seseorang memutuskan menyerang kami dari belakang, kami tidak punya perlindungan."
"Saya pikir [banyak] rekan kami yang tewas karena ini. Jika kami maju bertahap, jika kami memeriksa apakah ada ranjau di jalan, jatuhnya banyak korban jiwa bisa dihindari."
Keluhan Sergey bahwa pasukan Rusia kurang perlengkapan juga mengemuka dalam percakapan telepon yang disebut-sebut berlangsung antara prajurit-prajurit Rusia dan keluarga mereka.
Rangkaian pembicaraan itu disadap dan diunggah ke internet oleh badan intelijen Ukraina.
Pada awal April, Sergey kembali dikirim ke kamp pasukan Rusia dekat perbatasan.
Para serdadu telah ditarik dari bagian utara Ukraina dan tampak berkumpul untuk bersiap melakukan serangan di bagian timur.
Belakangan dia menerima perintah untuk kembali ke Ukraina, namun kali ini dia mengatakan kepada komandannya bahwa dirinya tidak siap dikirim.
"Dia berkata itu pilihanmu. Mereka bahkan tidak [mencoba] membujuk kami, karena kami bukanlah yang pertama [menolak]," papar Sergey kepada BBC.
Namun, dia khawatir dengan reaksi unitnya sehingga dia memutuskan mencari konsultasi hukum.
Seorang pengacara mengatakan kepada Sergey dan dua koleganya yang juga menolak dikirim ke Ukraina untuk memulangkan senjata dan kembali ke markas unit.
Mereka kemudian harus mengirim surat yang menjelaskan bahwa mereka "lelah secara moril dan psikologis" sehingga tidak bisa bertempur di Ukraina.
Sergey diberi saran bahwa kembali ke unitnya merupakan hal penting karena langsung pergi tanpa pemberitahuan bisa digolongkan sebagai desersi dan dia dapat dihukum penjara selama dua tahun.
Pengacara hak asasi manusia di Rusia, Alexei Tabalov, menggarisbawahi sebuah klausul dalam hukum militer yang membolehkan serdadu menolak bertempur jika mereka tidak ingin melakukannya.