Konflik Rusia Vs Ukraina
Di Depan Jurnalis, Prajurit Ukraina di Mariupol Ungkap Alasan Enggan Menyerah ke Rusia
Para prajurit Azov mengaku bersedia dievakuasi pemerintah Ukraina dan dibantu negara lain selama bantuan itu bukan dari Rusia.
Penulis: anung aulia malik
Editor: Atri Wahyu Mukti
Mereka tiba di Zaporizhzhia yang dikuasai Ukraina pada hari Minggu, (8/5/2022).
Pengungsi, beberapa dengan anak kecil, meninggalkan bus putih yang telah mengangkut mereka ke tempat parkir pusat perbelanjaan di Zaporizhzhia, sebuah kota di Ukraina selatan yang telah menjadi pusat bagi mereka yang melarikan diri dari daerah yang diduduki Rusia.
Dilansir TribunWow.com dari South China Morning Post, Senin (9/5/2022), koordinator kemanusiaan PBB di Ukraina, Osnat Lubranim memberitakan kabar gembira tersebut melalui akun Twitter miliknya.
"Saya lega mengonfirmasi bahwa kami berhasil membawa 174 orang lagi ke tempat yang aman dari neraka Mariupol hari ini," cuit Lubrani.
"Pekerjaan kita belum selesai. Saya tidak melupakan mereka yang ditinggalkan," tambahnya.
Dalam sebuah pernyataan, Lubrani mengatakan lebih dari 600 orang kini telah dievakuasi dari Mariupol melalui jalur yang aman.
Namun, masih banyak yang tidak dapat bergabung dengan konvoi tersebut.
"Kami akan melanjutkan keterlibatan kami dengan kedua pihak yang berkonflik untuk memastikan bahwa mereka yang ingin pergi memiliki jaminan untuk melakukannya dengan aman dan ke arah pilihan mereka," ujar Lubrani.
Sebelumnya pada hari Minggu, tentara Ukraina yang bertahan di pabrik baja menegaskan bahwa mereka tidak akan menyerah.
"Kami, semua personel militer di garnisun Mariupol, kami telah menyaksikan kejahatan perang yang dilakukan oleh Rusia, oleh tentara Rusia," kata Ilya Samoilenko, seorang perwira intelijen resimen Azov.
"Kami adalah saksi. Menyerah bukanlah pilihan karena Rusia tidak tertarik dengan hidup kita."
Pembantu presiden Ukraina, Mykhaylo Podolyak, mengatakan di media sosial pada hari Minggu bahwa Kyiv tidak akan berhenti sampai berhasil mengevakuasi semua orang dari Azovstal.
Sabtu malam, Kyiv meminta badan bantuan Medecins Sans Frontieres (MSF) untuk mengevakuasi tentara terakhir yang tersisa di sana, banyak dari mereka terluka.
Ukraina juga mengatakan semua warga sipil wanita, anak-anak dan orang tua telah dievakuasi dari pabrik Azovstal.
Pabrik baja Azovstal adalah kantong terakhir perlawanan Ukraina di kota pelabuhan yang hancur dan nasibnya telah mengambil nilai simbolis dalam pertempuran yang lebih luas sejak invasi Rusia.
Baca juga: Nilai Putin Sama Dengan Nazi, Inggris Sebut Invasi ke Ukraina Nodai Peringatan Hari Kemenangan 9 Mei
Baca juga: Senjata Bantuan AS Tak Berguna, Komandan Ukraina Sebut Sistem Anti Tank Javelin Tak Bisa Halau Rusia