Konflik Rusia Vs Ukraina
Inggris Provokasi Ukraina Masuki Wilayah Rusia, Rusia Balik Ancam akan Serang Kiev dari Jarak Jauh
Pemerintah Rusia menuding Inggris telah melakukan provokasi agar Ukraina berani masuk dan menyerang wilayah di dalam Rusia.
Penulis: anung aulia malik
Editor: Rekarinta Vintoko
Sebagai informasi, NATO merupakan aliansi militer yang dibentuk oleh Pakta Atlantik Utara (juga disebut Pakta Washington) pada tanggal 4 April 1949.
Pada awal berdirinya, NATO memiliki 12 anggota, termasuk Amerika Serikat (AS), Kanada, Inggris, dan Prancis.
Anggota NATO setuju untuk saling membantu jika terjadi serangan bersenjata terhadap salah satu negara anggota.
Tujuan awal NATO adalah untuk melawan ancaman ekspansi Soviet di Eropa setelah Perang Dunia II.
Sementara itu Turki mengatakan ada kecurigaan bahwa pihak-pihak tertentu mencari keuntungan dari konflik Rusia dan Ukraina.
Baca juga: Rusia Sebut Potensi Perang Nuklir Terus Meningkat: Ada Banyak yang Menginginkannya
Tanpa peduli kondisi Ukraina, negara yang disebut termasuk dalam sekutu NATO itu hanya ingin pelemahan Rusia.
Untuk itu, negara yang tak disebutkan namanya itu berusaha untuk memperpanjang jalannya perang.
Hal ini diungkapkan Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu saat tampil dalam sebuah acara TV, Rabu (20/4/2022).
Ia mengatakan Turki ingin merundingkan diakhirinya konflik di Ukraina, sementara beberapa anggota NATO lainnya justru ingin melihatnya berlarut-larut sebagai cara untuk merugikan Rusia.
Dalam kesempatan yang sama, Cavusoglu membahas keputusan Turki untuk tidak memberikan sanksi kepada Moskow.
Ia juga membahas mengapa pembicaraan di Istanbul antara Rusia dan Ukraina dianggap gagal.
"Ada negara-negara di dalam NATO yang menginginkan perang Ukraina berlanjut. Mereka melihat kelanjutan perang sebagai pelemahan Rusia. Mereka tidak terlalu peduli dengan situasi di Ukraina,” kata Cavusoglu dilansir TribunWow.com dari media Rusia RT, Rabu (20/4/2022).
Dalam artikel tersebut dicantumkan juga kecurigaan mengenai pihak yang dimaksud Turki.
Antara lain yakni Amerika Serikat yang selama ini dianggap vokal menentang Rusia.
Dikutip pula perkataan Presiden AS Joe Biden pada awal bulan ini yang menyebut bahwa konflik di Ukraina bisa berlanjut untuk waktu yang lama.