Konflik Rusia Vs Ukraina
Sebut Ukraina Tembak Tentara yang Menyerah, Sersan Tawanan Rusia Ungkap Kemerosotan Moral Pasukan
Seorang sersan dari unit pasukan Ukraina yang menyerah pada Rusia membeberkan kondisi satuan militer negaranya.
Penulis: Noviana Primaresti
Editor: Rekarinta Vintoko
Tapi itu sesuai dengan kesaksian awal pekan ini dari seorang komandan marinir Ukraina, juga berada di Azovtal, yang mengatakan bahwa para pejuang kalah jumlah dan kehabisan persediaan.
"Semua bangunan di wilayah Azovstal praktis hancur. Mereka menjatuhkan bom berat, bom penghancur bunker yang menyebabkan kehancuran besar. Kami telah terluka dan tewas di dalam bunker. Beberapa warga sipil tetap terperangkap di bawah bangunan yang runtuh," kata Palamar.
Resimen Azov awalnya adalah kelompok neo-Nazi sayap kanan yang kemudian dimasukkan ke dalam Garda Nasional Ukraina.
Para pejuangnya bersama dengan brigade Marinir, penjaga perbatasan dan petugas polisi adalah pembela Ukraina terakhir yang tersisa di kota.
Ketika ditanya berapa banyak tentara bertahan Ukraina yang tersisa di Mariupol, Palamar menjawab cukup untuk mengusir serangan.
Dia mengatakan bahwa warga sipil berada di lokasi terpisah jauh dari para pejuang.
Mereka berada di ruang bawah tanah yang masing-masing berisi 80-100 orang.
Tetapi tidak jelas berapa jumlah total warga sipil itu, karena beberapa bangunan telah dihancurkan dan pejuang tidak dapat menjangkau mereka karena penembakan.
Menurutnya, pintu masuk ke beberapa bunker diblokir oleh pelat beton berat yang hanya bisa digerakkan oleh alat berat.
"Kami tetap berhubungan dengan warga sipil yang tinggal di tempat-tempat yang bisa kami datangi. Kami tahu ada anak kecil di sana yang berusia tiga bulan," ujar Palamar.
Ia mengimbau agar warga sipil untuk diberikan jalan keluar yang aman dari pabrik baja dan menyerukan negara ketiga atau badan internasional untuk bertindak sebagai penjamin keselamatan mereka.
"Orang-orang ini telah melalui banyak hal, melalui kejahatan perang. Mereka tidak mempercayai Rusia, dan mereka takut," katanya.
Palamar menambahkan bahwa mereka takut akan penyiksaan dan pembunuhan di tangan pasukan Rusia atau deportasi ke Rusia melalui cara yang disebut kamp filtrasi.
Warga sipil lanjut usia di pabrik baja membutuhkan obat-obatan sementara ada juga sekitar 500 pejuang yang terluka parah yang tidak mendapatkan perawatan yang mereka butuhkan, termasuk operasi besar seperti amputasi.
"Setelah 52 hari blokade dan pertempuran sengit, kami kehabisan obat-obatan. Dan kemudian kami juga menyimpan mayat para pejuang kami yang tidak terkubur yang perlu kami kubur dengan bermartabat di wilayah yang dikuasai Ukraina," tutur Palamar.