Konflik Rusia Vs Ukraina
Strategi Cerdik Putin, Inggris Ungkap Tujuan Rusia Pilih Blokade Mariupol dibanding Menyerangnya
Sejumlah pasukan militer Ukraina yang dulu menolak menerima tawaran Rusia untuk menyerah, kini terjebak di Mariupol.
Editor: Lailatun Niqmah
Oleg Synegubov, kepala administrasi negara regional, mengatakan pasukan Rusia menembaki daerah Kharkiv dengan berbagai jenis senjata.
Dia menyebutkan ada sekitar 15 serangan dan lima warga sipil terluka.
Kini, Pasukan Rusia dilaporkan bergerak maju menuju Kramatorsk, sementara Putin kemungkinan ingin menunjukkan keberhasilan signifikan sebelum perayaan Hari Kemenangan pada 9 Mei.
Respons Internasional
Perdana Menteri Spanyol, Pedro Sánchez, dan Perdana Menteri Denmark, Mette Frederiksen, diperkirakan akan bertemu dengan Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskiy, di Kyiv hari ini.
Sementara, Perdana Menteri Inggris, Boris Johnson, telah tiba di India dalam misi diplomatik.
Ia bertujuan meyakinkan rekannya, PM India Narendra Modi, untuk mendukung tindakan barat melawan Rusia.
Selain itu juga membangun berbagai kemitraan perdagangan dan pertahanan strategis lainnya.
Di China, Presiden Xi Jinping, mengatakan pemerintahnya mendukung pembicaraan untuk menyelesaikan perselisihan internasional tetapi menegaskan kembali penentangan China terhadap sanksi sepihak.
China telah berulang kali mengkritik sanksi barat, termasuk sanksi terhadap Rusia atas invasinya ke Ukraina.
Namun China tetap berhati-hati untuk tidak memberikan bantuan kepada Moskow yang dapat menyebabkan kerugian untuk Beijing.
Ancaman Siber
Negara-negara sekutu yang tergabung dalam aliansi intelejen 'Five Eyes', termasuk Inggris dan AS, telah memperingatkan bahwa Rusia siap untuk meluncurkan serangan siber terhadap saingan yang mendukung Ukraina.
Baru-baru ini, analisis Institute for Strategic Dialogue, menemukan postingan yang meragukan bukti dugaan kejahatan perang di Bucha telah dibagikan ratusan ribu kali di Facebook.
Sementara itu, pengadilan di Moskow telah mendenda Google 11 juta rubel (£ 105.000) atas tudingan penyebaran data yang tidak akurat tentang kerugian pasukan Rusia dan korban sipil di Ukraina.
Selain itu juga akibat adanya penyebaran video di YouTube yang diproduksi oleh kelompok-kelompok Ukraina seperti batalyon nasionalis Azov. (TribunWow.com/Anung/Via)