Breaking News:

Konflik Rusia Vs Ukraina

Strategi Cerdik Putin, Inggris Ungkap Tujuan Rusia Pilih Blokade Mariupol dibanding Menyerangnya

Sejumlah pasukan militer Ukraina yang dulu menolak menerima tawaran Rusia untuk menyerah, kini terjebak di Mariupol.

Editor: Lailatun Niqmah
Website azovstal.metinvestholding.com/ru
Penampakan kompleks pabrik baja Azovtal yang terletak di wilayah kota Mariupol, Ukraina. sejumlah pasukan militer Ukraina yang dulu menolak menerima tawaran Rusia untuk menyerah, kini terjebak di Mariupol. 

TRIBUNWOW.COM - Alih-alih menyerang Mariupol secara langsung, Presiden Rusia Vladimir Putin justru mengeluarkan instruksi agar pasukannya memblokade kota di Ukraina itu.

Akibatnya, sejumlah pasukan militer Ukraina yang dulu menolak menerima tawaran Rusia untuk menyerah, kini terjebak di Mariupol.

Terkait strategi cerdik Rusia, pemerintah Inggris mencurigai ada maksud lain mengapa Putin tidak memilih untuk menyerbu Mariupol khususnya pabrik baja Azovstal.

Baca juga: Putin Klaim Menangkan Mariupol: AS Bantah, Respons Ukraina, hingga Muncul Temuan Kuburan Massal

Dikutip TribunWow.com dari Aljazeera.com, kecurigaan ini disampaikan oleh Kementerian Pertahanan Inggris.

Kemenhan Inggris menjelaskan, Rusia berniat memblokir pasukan militer Ukraina yang ada di Mariupol agar tidak pergi ke mana-mana.

Di saat pasukan Ukraina tertahan di Mariupol, Rusia akan mengerahkan pasukannya ke wilayah lain.

"Serangan darat total oleh Rusia ke pabrik (Azovstal) kemungkinan besar akan menyebabkan kekalahan besar untuk Rusia, yang nantinya akan mengurangi efektivitas kekuatan tempur mereka," papar Kemenhan Inggris.

Kemenhan Inggris juga menyampaikan, meskipun kini perang memasuki babak baru namun pasukan militer Rusia masih menderita kerugian akibat masa-masa awal konflik.

Presiden Rusia Vladimir Putin diketahui telah memerintahkan pasukannya untuk tidak menyerbu benteng terakhir Ukraina yang tersisa di kota Mariupol yang terkepung.

Hal ini diutarakan setelah menteri pertahanannya, Sergei Shoigu mengakui tentara Rusia masih memerangi ribuan tentara Ukraina di sana.

Putin menilai rencana untuk menyerbu pabrik baja Azovstal tidak praktis dan justru mengintruksikan pasukan Rusia untuk memblokade daerah itu agar tak seekor lalat bisa lewat.

Wakil Perdana Menteri Ukraina, Iryna Vereshchuk, telah meminta koridor kemanusiaan untuk memungkinkan warga sipil dan tentara yang terluka dievakuasi dari Azovstal.

Dalam pengepungan tersebut, Vanda Semyonovna Obiedkova, seorang korban Holocaust berusia 91 tahun dikabarkan tewas.

Baca juga: Kadyrov Terbahak Suruh Zelensky Kabur, Cibir Berita yang Sebut Pasukannya Gagal Lakukan Pembunuhan

Dia meninggal saat berlindung di ruang bawah tanah yang membeku tanpa air, dalam gema suram tentang bagaimana dia bersembunyi di ruang bawah tanah dari Nazi ketika dia berusia 10 tahun.

Kementerian pertahanan Rusia mengklaim rudal dan artilerinya telah menghantam 1.001 sasaran militer di Ukraina semalam, termasuk 162 pangkalan tembak.

Sementara, wali kota Kharkiv, mengatakan kota terbesar kedua Ukraina itu berada di bawah pengeboman hebat.

Oleg Synegubov, kepala administrasi negara regional, mengatakan pasukan Rusia menembaki daerah Kharkiv dengan berbagai jenis senjata.

Dia menyebutkan ada sekitar 15 serangan dan lima warga sipil terluka.

Kini, Pasukan Rusia dilaporkan bergerak maju menuju Kramatorsk, sementara Putin kemungkinan ingin menunjukkan keberhasilan signifikan sebelum perayaan Hari Kemenangan pada 9 Mei.

Respons Internasional

Perdana Menteri Spanyol, Pedro Sánchez, dan Perdana Menteri Denmark, Mette Frederiksen, diperkirakan akan bertemu dengan Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskiy, di Kyiv hari ini.

Sementara, Perdana Menteri Inggris, Boris Johnson, telah tiba di India dalam misi diplomatik.

Ia bertujuan meyakinkan rekannya, PM India Narendra Modi, untuk mendukung tindakan barat melawan Rusia.

Selain itu juga membangun berbagai kemitraan perdagangan dan pertahanan strategis lainnya.

Di China, Presiden Xi Jinping, mengatakan pemerintahnya mendukung pembicaraan untuk menyelesaikan perselisihan internasional tetapi menegaskan kembali penentangan China terhadap sanksi sepihak.

China telah berulang kali mengkritik sanksi barat, termasuk sanksi terhadap Rusia atas invasinya ke Ukraina.

Namun China tetap berhati-hati untuk tidak memberikan bantuan kepada Moskow yang dapat menyebabkan kerugian untuk Beijing.

Ancaman Siber

Negara-negara sekutu yang tergabung dalam aliansi intelejen 'Five Eyes', termasuk Inggris dan AS, telah memperingatkan bahwa Rusia siap untuk meluncurkan serangan siber terhadap saingan yang mendukung Ukraina.

Baru-baru ini, analisis Institute for Strategic Dialogue, menemukan postingan yang meragukan bukti dugaan kejahatan perang di Bucha telah dibagikan ratusan ribu kali di Facebook.

Sementara itu, pengadilan di Moskow telah mendenda Google 11 juta rubel (£ 105.000) atas tudingan penyebaran data yang tidak akurat tentang kerugian pasukan Rusia dan korban sipil di Ukraina.

Selain itu juga akibat adanya penyebaran video di YouTube yang diproduksi oleh kelompok-kelompok Ukraina seperti batalyon nasionalis Azov. (TribunWow.com/Anung/Via)

Berita terkait lainnya

Sumber: TribunWow.com
Tags:
Konflik Rusia Vs UkrainaUkrainaRusiaVladimir PutinInggrisMariupol
Berita Terkait
ANDA MUNGKIN MENYUKAI
AA

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved