Konflik Rusia Vs Ukraina
Rusia Berpotensi Tingkatkan Serangan Siber di Tengah Kekhawatiran atas Ancaman Bom Nuklir
Pihak Rusia diprediksi akan segera melakukan penyerangan siber ke sejumlah jaringan pemerintah Barat.
Penulis: Noviana Primaresti
Editor: Rekarinta Vintoko
Senjata militer yang mampu membawa sepuluh atau lebih hulu ledak itu dipakai untuk membuat ancaman nuklir terhadap negara-negara barat.
Sarmat telah lama dalam pengembangan dan uji terbang awalnya akan dimulai pada 2017.
Pentagon mengkonfirmasi bahwa AS telah diberi pemberitahuan tentang uji coba tersebut dan tidak khawatir.
Para pejabat Barat lebih khawatir dengan meningkatnya penekanan yang diberikan Moskow pada persenjataan nuklirnya karena kekuatan konvensionalnya telah goyah di Ukraina.
Pasalnya, tentara Ukraina terus melakukan perlawanan di kota Mariupol yang terkepung dan hancur.
Tetapi sekutu Putin di Chechnya, Ramzan Kadyrov, memperkirakan bahwa tentara penjaga pelabuhan terakhir di pabrik baja Azovstal akan jatuh pada hari ini.
Adapun uji peluncuran ICBM Sarmat disebut sebagai terobosan besar yang akan meningkatkan pertahanan Rusia.
Senjata itu diklaim memiliki karakteristik taktis dan teknis tertinggi dan mampu mengatasi semua sarana pertahanan anti-rudal modern.
"Itu tidak memiliki analog di dunia dan tidak akan lama lagi," kata Putin.
"Senjata yang benar-benar unik ini akan memperkuat potensi tempur angkatan bersenjata kita, memastikan keamanan Rusia dari ancaman eksternal dan menyediakan bahan pemikiran bagi mereka yang, dalam panasnya retorika agresif yang hiruk pikuk, mencoba mengancam negara kita."
Baca juga: Beredar Video Pesan Terakhir Komandan Ukraina saat Dikepung Rusia, Ucap Sumpah dan Mohon Hal Ini
Baca juga: Media AS Dapat Bocoran soal Kondisi Internal Pemerintah Rusia, Putin Kini Diragukan Koleganya
Rusia Serang Jaringan NATO
Google's Threat Analysis Group (Kelompok analisis ancaman milik Google) melaporkan adanya usaha peretasan ke jaringan NATO.
Peretasan tersebut diklaim dilakukan oleh kelompok berbasis Rusia.
Selain NATO, ada jaringan militer milik sejumlah negara Eropa timur yang juga mendapat ancaman peretasan.
Dilansir TribunWow.com dari Euronews, Google's Threat Analysis Group merilis laporan tersebut pada Rabu (30/3/2022).