Breaking News:

Konflik Rusia Vs Ukraina

Rekam Dirinya Lakukan Tindakan Asusila ke Bayi, Tentara Rusia Kirim Videonya ke Temannya

Seorang tentara Rusia ditangkap dan ditahan seusai melakukan hal tidak senonoh ke bayi tak bersalah.

Penulis: anung aulia malik
Editor: Rekarinta Vintoko
TheSun.co.uk
Tentara Rusia Alexei Bychkov ditahan di Rusia pada Sabtu (9/4/2022) atas kasus rudapaksa bayi. 

TRIBUNWOW.COM - Seorang tentara Rusia bernama Alexei Bychkov dikabarkan telah ditahan di negaranya sendiri seusai melakukan tindakan asusila ke seorang bayi.

Tentara berusia 24 tahun tersebut dikabarkan merekam aksinya merudapaksa seorang bayi lalu menyebarkan videonya ke teman-temannya.

Dikutip TribunWow.com, media asal Inggris Thesun.co.uk memberitakan, belum diketahui pasti di mana dan kapan video tersebut diambil.

Namun Alexei disebut baru ditangkap di Rusia pada Sabtu (9/4/2022) kemarin.

Video tindakan asusila Alexei diketahui baru tersebar pada akhir pekan kemarin.

Sehari sebelum Alexei ditangkap, sebuah cuitan di Twitter menjelaskan detail kejahatan yang dilakukan oleh Alexei.

Sebuah media sosial di Rusia bernama VKontakte kemudian menyebarkan data-data pribadi milik Alexei, mulai dari tanggal lahir hingga tempat tinggal.

Menurut sebuah sumber dari Rusia, Alexei merupakan tentara unit nomor 64044 yang bermarkas di pinggiran Kota Pskov, Rusia barat yang berada dekat dengan perbatasan Estonia.

Jika video ini terverifikasi dilakukan di Ukraina, maka video tersebut akan menjadi bukti kuat kejahatan perang yang dilakukan oleh tentara Rusia.

Sebelumnya Kepala administrasi militer Ukraina di Kota Kryvyi Rih, Oleksandr Vilkul mengaku mendapat kabar tentang kejahatan tentara Rusia yang membuatnya merinding.

Ia mengungkapkan sebuah kasus rudapaksa yang dilakukan oleh para tentara Rusia.

Kasus ini disebutnya terjadi di sekitar sungai Ingulets.

Dikutip TribunWow.com dari Thesun.co.uk, dalam kasus rudapaksa tersebut, ada gadis berusia 16 tahun yang sedang hamil jadi korban tindakan asusila tentara Rusia.

Tak hanya itu, terdapat juga kasus nenek-nenek berusia 78 tahun dirudapaksa oleh tentara Rusia.

Vilkul kemudian menceritakan bagaimana para tentara Rusia juga menembaki sebuah kapal yang sedang mengevakuasi warga Ukraina dari Kherson.

Di dalam kapal tersebut terdapat 14 orang.

Dalam insiden penembakan itu tiga anak-anak, dua laki-laki, dan satu wanita tewas.

"Ini adalah kejahatan perang, ini harus dibawa ke pengadilan The Hague (pengadilan kriminal internasional)," ucap Vilkul dalam sebuah video yang ia unggah di Facebook.

Anggota parlemen Ukraina, Maria Mezentseva, mengungkap kebiadaban tentara Rusia.

Mewakili kota Kharkiv, Mezentseva mengklaim wanita di wilayahnya telah dirudapaksa selama berjam-jam dan kemudian dibunuh oleh pasukan Rusia.

Ia bersikeras bahwa bangsa itu tidak akan diam atas teror keji yang dilakukan pada perempuan korban perang tersebut.

Dilansir TribunWow.com dari Metro, Minggu (27/3/2022), komentar ini muncul setelah berbagai kasus serupa terungkap di berbagai wilayah.

Satu diantaranya adalah tuduhan bahwa tentara Rusia merudapaksa seorang wanita beberapa kali di depan anaknya yang masih di bawah umur.

Sebelumnya, tentara yang sama menembak mati suami wanita itu di rumah mereka, wilayah Brovary Raion, di luar Kyiv.

Mezentseva, yang merupakan wakil perdana menteri Ukraina untuk integrasi Eropa dan Euro-Atlantik, mengatakan rincian insiden semacam itu harus dicatat saat terjadi karena keadilan harus ditegakkan.

"Ada satu kasus yang sangat banyak dibahas baru-baru ini karena telah direkam dan diproses kantor kejaksaan," kata Mezentseva.

"Kami tidak akan merincinya, tapi itu adalah pemandangan yang cukup menakutkan ketika seorang warga sipil ditembak mati di rumahnya di sebuah kota kecil di sebelah Kyiv."

"Istrinya, saya minta maaf tapi saya harus mengatakannya, diperkosa beberapa kali di depan anaknya yang masih di bawah umur."

Mezentseva menegaskan bahwa kasus tersebut bukan pertama kalinya terjadi sejak invasi dilaksanakan oleh Rusia.

Kasus-kasus serupa lainnya, akan diungkap ke publik apabila korban sudah siap untuk bersaksi.

"Masih banyak lagi korban daripada hanya satu kasus ini yang telah diumumkan oleh jaksa agung," ucap Mezentseva.

"Dan tentu saja, kami mengharapkan lebih banyak lagi yang akan dipublikasikan begitu para korban siap untuk membicarakannya."

Desas-desus tentang tentara Rusia yang melakukan penyerangan seksual terhadap wanita telah beredar secara online selama berminggu-minggu.

Beberapa hari yang lalu, sebuah video muncul di Telegram dan kemudian Twitter, yang menunjukkan tentara yang ditangkap mengeluarkan segenggam alat kontrasepsi dari sakunya.

Awal pekan ini, jaksa agung Iryna Venediktova mengkonfirmasi ini adalah kasus pemerkosaan resmi pertama oleh seorang tentara Rusia, menyebutnya sebagai 'pelanggaran hukum dan kebiasaan perang'.

"Jaksa wilayah Kyiv telah menetapkan seorang tentara Rusia yang membunuh seorang pria tak bersenjata dan berulang kali memperkosa istrinya," tulisnya di Facebook.

"Di salah satu desa di distrik Brovarsky, pria ini masuk ke rumah pribadi dan menembak pemiliknya."

"Setelah itu, penyusup yang mabuk dan rekan kerjanya berulang kali memperkosa istri warga sipil yang terbunuh, mengancamnya dengan kekerasan dan senjata."

"(Mereka) bahkan mengancam anaknya yang bersama korban."

Venediktova menegaskan pencarian tentara itu sedang berlangsung dan pengadilan telah menerima surat perintah penangkapannya.

Baca juga: Ulangi Kekejaman PD II, Rusia Dituding Sengaja Lakukan Rudapaksa sebagai Strategi Perang di Ukraina

Baca juga: Nasib Malang Gadis Ukraina Diduga menjadi Korban Rudapaksa 2 Pria di Lokasi Pengungsian

Rusia Sebut Ada Perang Informasi

Pada Rabu (16/3/2022) sebuah gedung teater di Mariupol, Ukraina yang difungsikan sebagai tempat penampungan warga sipil hancur seusai dibombardir.

Pemerintah Ukraina menyebut serangan dilakukan oleh pesawat tempur Rusia.

Sementara itu pemerintah Rusia tegas membantah telah melakukan serangan ke gedung teater tersebut.

Baca juga: Beredar Video Warga Dibunuh saat Antre Beli Roti, Rusia Sebut Produk Propaganda Intelijen Ukraina

Baca juga: Rusia Bongkar Bukti Keterlibatan AS Dalam Lab Pengembangan Patogen Berbahaya di Ukraina

Dikutip TribunWOw.com dari Sky News, bantahan ini disampaikan oleh duta besar pemerintah Rusia untuk Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB), Vasily Nebenzya.

"Perang informasi sedang terjadi dalam skala yang lebih besar dibanding perang fisik," ujar Nebenzya.

Menurut Nebenzya siapa yang memenangkan perang informasi maka akan memenangkan peran secara keseluruhan.

Nebenzya lalu menyampaikan berdasarkan keterangan para warga sipil yang telah lebih dulu mengungsi keluar dari Mariupol, ada keterlibatan batalion Azov yang menyandera para warga sipil.

Nebenzya juga mengungkit bahwa pemerintah Rusia telah menyadari ada tulisan 'anak-anak' di luar gedung teater di Mariupol.

Seluruh pasukan militer Rusia telah diberitahu bahwa gedung teater tersebut adalah tempat yang dipenuhi warga sipil.

"Tidak pernah dijadikan target serangan," kata Nebenzya.

Nebenzya menyebut, pihak yang harus bertanggungjawab dalam hal ini adalah kelompok ultra nasionalis Ukraina batalion Azov.

Keterangan serupa disampaikan oleh juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia, Maria Zakharova.

"Jelas ini adalah kebohongan. Semuanya tahu bahwa pasukan militer Rusia tidak membombardir kota. Tidak peduli seberapa banyak video yang disebar oleh struktur NATO dan berapa banyak foto dan video klip bohong disebar, kebenaran akan terungkap," jelas Zakharova. (TribunWow.com/Anung/Via)

Berita terkait Konflik Rusia Vs Ukraina

Sumber: TribunWow.com
Tags:
Konflik Rusia Vs UkrainaRusiaUkrainaVladimir PutinVolodymyr ZelenskyAsusilaBayirudapaksa
Berita Terkait
ANDA MUNGKIN MENYUKAI
AA

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved