Breaking News:

Konflik Rusia Vs Ukraina

Sering Ditelepon Pentagon, Rusia Pilih Cuek, Ini Penjelasan AS

Amerika Serikat mengungkapkan pihaknya sering menelepon pemerintah Rusia namun semua panggilan mereka diabaikan oleh pemerintah Rusia.

Penulis: anung aulia malik
Editor: Rekarinta Vintoko
AFP PHOTO/SPUTNIK/MIKHAIL METZEL
Presiden Rusia Vladimir Putin (kiri) tersenyum saat menjabat tangan Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden dalam pertemuan bilateral perdana di Villa la Grange, Jenewa, Swiss, pada 16 Juni 2021. Terbaru, sejak operasi militer Rusia berlangsung pada 24 Februari 2022, Rusia tidak pernah mengangkat telepon dari AS. 

Dilansir TribunWow.com dari TASS, Kamis (7/4/2022), hal ini disampailkan kepala delegasi Rusia untuk Negosiasi Keamanan Militer dan Pengendalian Senjata, Konstantin Gavrilov.

Pernyataannya tersebut telah diunggah ke situs web Kementerian Luar Negeri Rusia.

"Rezim Kiev pada dasarnya salah jika berpikir bahwa hukum internasional memberikan kebebasan untuk melakukan tindakan kekerasan massal, termasuk teror langsung terhadap warga sipil," tulis Gavrilov.

Diketahui, pada Pada hari Selasa (5/4/2022), kepala Komite Investigasi Rusia Alexander Bastrykin memerintahkan penyelidikan atas ledakan tangki berisi bahan kimia beracun di wilayah Rubezhnoye, Luhansk.

Menurut informasi, pasukan Ukraina yang mundur meledakkan tangki rel kereta api dengan bahan kimia berbahaya di lokasi pabrik industri di Rubezhnoye.

Baca juga: Tentara Rusich Sewaan Putin Tiba di Ukraina, Terkenal Kejam Lantaran Koleksi Potongan Telinga Lawan

Baca juga: Akhirnya Damai? Rusia Akui Ingin Konflik di Ukraina Segera Berakhir dalam Hitungan Hari

Tangki tersebut diketahui berisi asam nitrat, sulfat dan klorida dan amonia.

Jika terhirup, bahan kimia dapat menyebabkan keracunan serius dan edema paru.

Komite Investigasi mengatakan bahwa dengan meledakkan tangki tersebut, militer Ukraina menciptakan ancaman besar bagi penduduk sipil dan komunitas sekitarnya.

Gavrilov pun membeberkan hasil penyelidikan mengenai kasus tersebut.

"Pada tanggal 5 April, tentara Ukraina sebelum meninggalkan Rubezhnoye, di Republik Rakyat Luhansk, meledakkan sebuah tangki dengan bahan kimia di lokasi pabrik industri Zarya," tulis Gavrilov.

"40.000 ton asam sulfat, klorida dan nitrat dan amonia yang masih tersisa di sana, jika meledak, mampu menghancurkan semua kehidupan dalam jarak 30 kilometer."

"Kami memiliki bukti yang dapat dipercaya bahwa Kiev sedang merencanakan provokasi kimia lainnya dengan dukungan dari dalang AS."

Gavrilov memperingatkan bahwa salah satu skenario yang mungkin terjadi adalah ledakan tangki rel kereta api dengan klorin seberat hingga 800 ton di stasiun kereta api Kochetok, Wilayah Kharkov.

"Tidak mengherankan bahwa Washington telah menyerahkan sejumlah pakaian perlindungan bahan kimia ke Kiev. Pada saat yang sama, untuk menutupi skema curang seperti itu, tanpa dasar menuduh Rusia merencanakan provokasi," ujare Gavrilov.

"Dengan melakukan itu, ia mengikuti kebiasaan kebiasaan aksi fitnah. Ini bukan pertama kalinya mereka menggunakan trik seperti itu."

Halaman
1234
Sumber: TribunWow.com
Tags:
RusiaKonflik Rusia Vs UkrainaUkrainaVladimir PutinVolodymyr ZelenskyAmerika SerikatJoe Biden
Berita Terkait
ANDA MUNGKIN MENYUKAI
AA

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved