Konflik Rusia Vs Ukraina
Kisah WNI di Ukraina Berpuasa di Tengah Konflik, sempat Stres Dengar Bombardir Rudal Rusia
Seorang warga negara Indonesia bernama Maysaroh, kini masih berada di Ukraina meski negara tersebut sedang dilanda konflik.
Penulis: Noviana Primaresti
Editor: Elfan Fajar Nugroho
TRIBUNWOW.COM - Seorang warga negara Indonesia bernama Maysaroh, kini masih berada di Ukraina meski negara tersebut sedang dilanda konflik.
Wanita yang menikah dengan WNA Ukraina itu mengaku menjalankan puasa Ramadhan di tengah suasana mencekam.
Ia pun merasakan dilema antara ingin mengungsi ke Indonesia atau tinggal bersama suami dan mertuanya.

Baca juga: Cerita WNI di Ukraina saat Rusia Lakukan Penyerangan, Diberi Peta Bunker hingga Dengar Bom Meledak
Baca juga: Cerita Ketegangan Perang, WNI di Ukraina: Ada Pesawat Lewat Tapi Enggak Kelihatan di Mana
Dilansir TribunWow.com dari Instagram @voaindonesia, Jumat (8/4/2022), Maysaroh yang berasal dari Indramayu, Jawa Tengah, kini tinggal bersama suaminya di Odessa.
Ia hidup bersama suami dan mertuanya yang sudah renta sejak tahun 2017.
Ketika menjalani ibadah puasa, mertua Maysaroh merasa iba pada sang menantu.
"'Aduh, kasihan banget', katanya. 'Enggak makan, enggak minum seharian'," tutur Maysaroh menirukan sang mertua.
"'Eh, bukannya kasihan, malah justru ini yang dikangenin orang muslim', saya bilang. Justru ditunggu-tunggu ini Ramadhan."
Maysaroh yang kerap berpuasa sendiri, mengaku rindu suasana Ramadhan di tanah air.
Untuk mengobati kangennya, ia kerap memasak makanan khas Indonesia.
"Makanan di sini enggak pas banget di lidah saya, jadi saya masak ala-ala Indonesia," ujar Maysaroh.
Bahan masakan itu biasanya dibeli dari toko halal didekat tempat tinggalnya.
Selain toko halal, rupanya di Ukraina juga terdapat restoran berlogo halal dan masjid untuk beribadah.
Diketahui, seperti halnya Mariupol, Odessa merupakan kota pelabuhan yang turut menjadi target sasaran Presiden Rusia Vladimir Putin.
Dikabarkan kota tersebut akan berusaha direbut oleh pasukan Rusia yang sedang menghimpun kekuatan di Donbass.
Suasana peperangan yang menakutkan tersebut sempat dirasakan juga oleh Maysaroh.
Ia bahkan sampai depresi karena mendengar suara ledakan dari serangan terus-menerus Rusia.
"(Dulu) di rumah stres, mencekam, karena (ledakan) bam, bim, bom, itu sering banget di dua minggu pertama," ungkap Maysaroh.
"Cuma setelah dua minggu kita keluar aktivitas sudah biasa lagi, seperti biasa."
Maysaroh mengaku kadang muncul rasa penyesalan dirinya tak ikut evakuasi pulang ke Indonesia.
"Ada sih sisi cemburu saya, 'Aduh, kalau saya ikut evakuasi saya sudah di kampung nih, sudah ketemu sanak keluarga di kampung nih'," tutur Maysaroh.
"Tapi ya sudahlah konsekuensinya kita tinggal di sini, ya sudah harus terima."
Ia merasakan dilema antara pulang ke kampung halaman, atau tetap tinggal bersama suami.
Maysaroh pun hanya bisa berharap kondisi di Ukraina bisa segera pulih seperti sedia kala.
"Antara pilih pulang, ketemu keluarga dan ninggalin yang di sini, suami dan ibu mertua yang sudah sepuh, dilema bangetlah," ujar Maysaroh.
"Minta doanya saja biar semua bisa berakhir dan cepat ada perdamaian."
Apabila situasi di Odessa sudah membaik, Maysaroh berencana memboyong anaknya yang kini berada di Indonesia.
Baca juga: Pentagon Yakin Ukraina Bisa Menang Perang Lawan Rusia, Klaim Pencapaian Putin Masih Nol
Baca juga: Persiapan Veteran Perang Ukraina Antisipasi Serangan Dahsyat Rusia di Wilayah Luhanks
Rusia Serang Pelabuhan Odessa
Tentara Rusia rama-ramai meninggalkan pangkalannya di sekitar ibukota Kiev, Ukraina.
Namun, para tentara tersebut dikabarkan kembali merapatkan barisan di wilayah pelabuhan selatan Ukraina.
Dikabarkan, pasukan Presiden Rusia Vladimir Putin itu kini telah menyerang kota pelabuhan Odessa, dan diperkirakan akan membuatnya seperti Mariupol.
Dilansir TribunWow.com dari Daily Mail, Selasa (5/4/2022), kapal perang dan pesawat Rusia membombardir pelabuhan Odessa dengan 50 rudal jelajah.
Moskow mengklaim bahwa pihaknya hanya menghancurkan kilang minyak dan gudang.
Namun, Gennady Trukhanov, walikota Odessa, mengatakan serangan itu juga menghantam bangunan tempat tinggal.
Tidak ada korban yang dilaporkan.
Menurut Center for Defense Strategies, dua fregat, dua kapal selam, pesawat dan sistem pertahanan anti-kapal semuanya terlibat dalam serangan di Odessa dari Laut Hitam.
Sekitar 70 persen dari semua impor dan ekspor Ukraina dalam bentuk kargo laut, sementara yang ditangani oleh Odessa sekitar 65 persen.
Setelah kehilangan pangkalan angkatan lautnya di Sevastopol setelah aneksasi Krimea pada tahun 2014, angkatan laut Ukraina memindahkan markas besarnya ke pelabuhan.
Di tempat lain pasukan Rusia berkumpul kembali setelah mundur dari Kiev untuk memusatkan serangan mereka di wilayah Donbas.
Sejak Rusia menarik pasukannya di dekat Kiev dan mengatakan akan fokus pada pembebasan Donbas, penduduk hidup dalam ketakutan akan serangan militer besar-besaran.
"Kami dengan tegas mengendalikan semua wilayah tetapi situasi di mana-mana tegang," kata gubernur wilayah Donetsk timur, Pavlo Kyrylenko kepada wartawan di kota Kramatorsk.
"Musuh melakukan pengeboman di mana-mana,sejumlah tempat di sepanjang garis kendali telah dihancurkan oleh pengeboman."
“Saya sudah mengatakannya sebelumnya dan saya akan mengatakannya lagi: penduduk sipil harus meninggalkan daerah itu sekarang.”
Kementerian Pertahanan Inggris mengatakan kemarin bahwa Rusia terus mengumpulkan tentara dan tentara bayarannya di Ukraina timur.
"Pasukan Rusia terus mengkonsolidasikan dan mengatur ulang saat mereka memfokuskan kembali serangan mereka ke wilayah Donbas di timur Ukraina," kata kementerian itu dalam pembaruan intelijen yang diposting di media sosial Senin.
Dikatakan pasukan Rusia sedang dipindahkan ke daerah itu, bersama dengan tentara bayaran dari kelompok militer swasta Wagner.
Juga dilaporkan kemarin bahwa setelah kegagalan pasukannya untuk merebut Kyiv, presiden Rusia berharap untuk memenangkan medan perang di Ukraina timur dalam bulan depan sehingga ia dapat merayakannya pada parade Hari Kemenangan tahunan Rusia di Moskow.
Para pejabat AS mengatakan Putin ingin kemenangannya bertepatan dengan parade di Lapangan Merah pada 9 Mei, yang diadakan untuk menandai penyerahan Nazi dalam Perang Dunia Kedua.
Sementara itu, perdana menteri Inggris Boris Johnson telah mengatakan kepada para menteri bahwa dia ingin mempersenjatai Ukraina dengan rudal anti-kapal untuk melindungi Odessa.
Pasalnya, kota pelanbuhan itu telah menjadi wilayah yang disebut dalam daftar sasaran Putin setelah mundur dari Kiev 300 mil ke utara. (TribunWow.com/Via)