Konflik Rusia Vs Ukraina
Media Rusia Beritakan Ada Tentara Ukraina Tembaki Warga Sipil yang Mau Mengungsi
Media asal Rusia memberitakan bagaimana terdapat kasus tentara Ukraina diduga menembaki warga sipil Ukraina yang mau mengungsi.
Penulis: anung aulia malik
Editor: Rekarinta Vintoko
TRIBUNWOW.COM - Media-media barat selama konflik Rusia-Ukraina berlangsung seringkali memberitakan kabar-kabar miring terkait pasukan militer Rusia.
Informasi yang diberitakan mulai dari kekalahan tentara Rusia melawan pasukan Ukraina hingga ketika tentara Rusia menyerah karena ketakutan.
Namun kini giliran media Rusia memberitakan bagaimana terdapat sebuah kasus tentara Ukraina diduga menembaki warga sipil.
Baca juga: Tuding AS Lakukan 7 Kejahatan, Media China Sebut Perburuk Konflik antara Rusia dan Ukraina
Baca juga: Mengira Hanya Latihan Militer, 12 Tentara Garda Depan Rusia Dipecat saat Menolak Perangi Ukraina
Dikutip TribunWow.com dari Tass.com, informasi ini awalnya beredar di internet lalu ditelusuri oleh pemerintah Rusia.
Pada informasi yang beredar dijelaskan bahwa prajurit Ukraina menembaki warga sipil yang hendak pergi mengungsi.
Total ada dua warga sipil yang terluka dan tiga warga mengalami luka-luka.
Kejadian ini diduga terjadi di Kota Zaporizhzhia pada 17 Maret 2022.
Kini Komite Investigatif Rusia disebut tengah menyelidiki kasus ini.
Kepala Komite Investigatif Rusia, Alexander Bastrykin disebut tengah mengumpulkan barang bukti dan mengidentifikasi siapa saja yang terlibat.
Di sisi lain, sebuah mobil yang ditumpangi oleh warga sipil Ukraina ditembaki oleh tentara Rusia yang berjaga.
Dalam insiden ini pasangan suami istri tewas seusai ditembak.
Sebuah drone milik pasukan militer Ukraina merekam jelas kejadian tersebut mulai dari saat mobil korban melaju hingga detik-detik mereka hendak berputar balik karena menyadari ada tentara Rusia yang berjaga.
Dikutip TribunWow.com dari bbc.com, dalam insiden ini ada dua korban selamat yakni anak korban yang masih berusia enam tahun dan seorang wanita tua yang merupakan ibu dari teman korban.
Korban meninggal dalam insiden itu diketahui bernama Maksim Lovenko dan istrinya.
Wanita yang merupakan korban selamat bercerita, Maksim saat itu mencoba berputar balik.
Maksim diketahui sempat berhasil berputar balik namun mobilnya rusak sebab sempat tertembak oleh tentara Rusia yang berjaga.
Ketika mobilnya tertembak Maksim keluar dari mobil sambil mengangkat tangannya.
Maksim kemudian berteriak memberitahu kepada tentara Rusia bahwa dirinya membawa anak kecil di dalam mobil.
Namun pada akhirnya Maksim dan istrinya ditembak mati oleh tentara Rusia tersebut.
Sergiy Lovenko selaku ayah Maksim mengaku mendapat kabar ini dari rekan anaknya.
"Dia memberi tahu saya lewat telepon," ujar Sergiy.
Sergiy sendiri kukuh enggan menerima fakta hingga ia melihat sendiri.
"Saya melihat videonya tetapi saya tidak dapat percaya hingga saat saya menyentuh jasadnya," ungkap Sergiy.
Terkait insiden ini tim BBC mencoba menghubungi Kementerian Pertahanan Rusia untuk meminta komentar namun belum ada balasan.
Taktik Licik Pasukan Ukraina
Sementara itu, seorang militan dari resimen nasionalis Ukraina Azov, Aleksey Smykov mengungkapkan strategi yang digunakan pasukannya.
Setelah memilih menyerah ke Rusia, ia membongkar sikap tak manusiawi yang terjadi dalam perang.
Ia menyebutkan bahwa pasukan Azov sengaja menggunakan masyarakat sipil sebagai tameng.
Dikutip TribunWow.com, Sabtu (26/3/2022), pengakuan ini dibeberkan Smykov kepada RIA Novosti saat diwawancarai.
Tentara yang ikut bertempur di kota pelabuhan Mariupol itu mengecam strategi yang dipakai pasukannya sendiri.
"Mari kita lihat dari sudut pandang ini, bagi saya pribadi, taktik seperti itu tidak dapat dipahami, karena ketika seseorang memposisikan dirinya sebagai seorang pejuang, bercita-cita tinggi, seperti pejuang Viking, dan hal-hal seperti itu. Kemudian, katakanlah, dia melakukan hal-hal seperti yang disebut," ucap Smykov.
"Bagi saya pribadi, ini tidak dapat dipahami. Artinya, jika anda menyebut diri anda seorang pejuang, maka berjuanglah sampai titik akhir."
"Ini tindakan keji, menurut saya," ujarnya.
Smykov menekankan sebagai tentara, seharusnya rekan-rekannya bertarung secara berani.
Bukan malah mengorbankan rakyat sipil sebagai perisai perang.
"Artinya, jika anda ingin melawan Chechnya, bertarunglah, jika anda ingin melawan Rusia inilah kesempatannya, bertarunglah, dengan pemerintah," ucap Smykov.
"Tapi saya tidak mengerti politik, saya tidak pernah menjadi pendukung ketika orang yang tidak bersalah, katakanlah, digunakan sebagai tameng."
Smykov mengatakan dia tidak tahu siapa yang memulai diterapkannya dengan taktik ini.
"Saya tidak bisa mengatakan, saya sudah tidak lagi di Mariupol pada saat semua ini sudah mulai terjadi,” kata anggota Resimen Nasional itu.
Pengakuan tersebut didukung oleh kesaksian Kolonel Jenderal Sergei Rudskoy, Wakil Kepala Staf Umum Pertama Angkatan Bersenjata Rusia, dalam sebuah pengarahan di Moskow pada hari Jumat.
"Hanya di Mariupol, mereka termasuk lebih dari 7 ribu militan yang berperang dengan kedok warga sipil, menggunakan mereka sebagai perisai manusia," kata Rudskoy.
"Pejuang batalyon Azov mengusir perempuan dan anak-anak dari ruang bawah tanah, mengancam mereka dengan senjata, mengarahkan mereka ke unit DPR yang maju untuk menghalangi kemajuan polisi rakyat. Ini sudah menjadi praktik umum bagi mereka," pungkasnya.
Baca juga: Berdebat dengan Putin, Menhan Rusia Disebut Kena Serangan Jantung, Video Kemunculannya Diduga Palsu
Baca juga: Kesaksian Tentara Azov yang Menyerah ke Rusia, Bongkar Kebobrokan Dinas Militer Ukraina
(TribunWow.com/Anung/Via)