Konflik Rusia Vs Ukraina
Jadi Andalan Putin, Ini 6 Jenderal Berdarah Dingin yang Tangani Invasi Rusia ke Ukraina
Dari perang saudara berdarah di Suriah hingga pencaplokan brutal Krimea, Presiden Rusia Vladimir Putin mengandalkan 6 jenderal besarnya.
Penulis: Noviana Primaresti
Editor: Atri Wahyu Mukti
TRIBUNWOW.COM - Dari perang saudara berdarah di Suriah hingga pencaplokan brutal Krimea, Presiden Rusia Vladimir Putin mengandalkan enam jenderal besarnya.
Para jenderal tersebut menangani siasat perang, mengarahkan penyerangan dan keputusan militer lain.
Kini, enam jenderal berdarah dingin itu juga bertanggung jawab menjalankan invasi ke Ukraina.
Dikutip TribunWow.com dari The Sun, Minggu (27/3/2022), berikut enam jenderal Putin yang dikenal tak memiliki belas kasihan.

Baca juga: Rusia dan Ukraina Saling Tuding, Sebut Lawan Gunakan Senjata Kimia Fosfor Putih di Medan Perang
Baca juga: Daftar Komandan Rusia yang Tewas di Ukraina, Terkini 1 Jenderal dan 7 Tim Elite Putin Gugur
1. Jenderal Sergei Shoigu
Menteri pertahanan Rusia Sergei Shoigu memainkan peran penting dalam keterlibatan Rusia di Suriah.
Setelah diangkat menjadi Menteri Pertahanan pada 2012, ia langsung berpartisipasi dalam pencaplokan Krimea oleh Rusia dan intervensi militer di Ukraina dua tahun kemudian.
Pada Juli 2014, Ukraina membuka kasus pidana terhadap Shoigu, menuduhnya membentuk milisi ilegal di Ukraina timur.
Kelompok militer tersebut berperang melawan tentara Ukraina dan terlibat dalam jatuhnya pesawat Malaysia Airlines MH17 pada 17 Juli 2014.
Sanksi dijatuhkan kepadanya pada September 2015.
Shoigu kemudian memimpin operasi militer Rusia di Suriah, mendukung diktator negara itu Bashar al-Assad.
Tentara Rusia dituduh melakukan banyak kejahatan perang di Suriah, termasuk dengan sengaja menargetkan warga sipil dan petugas penyelamat, dan serangan udara tanpa pandang bulu.
2. Jenderal Valery Gerasimov
Valery Gerasimov telah menjadi Kepala Staf Umum tentara Rusia sejak 2012, serta anggota Dewan Keamanan Rusia.
Sebagai penulis 'Doktrin Gerasimov', ia dituduh melepaskan bentuk baru konflik bersenjata, yang disebut perang hibrida.