Konflik Rusia Vs Ukraina
Inggris Beri BBC Dana Rp 75 Miliar untuk Lawan Disinformasi Konflik Rusia-Ukraina
Pemerintah Inggris menyuntikkan dana ke BBC sebesar Rp 75 miliar untuk menghadapi disinformasi konflik Rusia-Ukraina.
Penulis: anung aulia malik
Editor: Rekarinta Vintoko
Media massa di Rusia diketahui dilarang mendeskripsikan konflik di Ukraina sebagai perang ataupun invasi.
Kemudian terdapat juga foto-foto tentara Rusia yang digambarkan sebagai pahlawan.
Selanjutnya koran pro Rusia bernama Komsomolskaya Pravda membandingkan konflik di Ukraina seperti konflik pada tahun 1943 silam saat pasukan Rusia melawan fasisme.
"Media pro pemerintah Rusia ingin publik berpikir bahwa apa yang dilakukan oleh tentara Rusia di Ukraina mirip dengan apa yang dilakukan oleh tentara merah pada perang dunia kedua: melawan Nazi, fasis, melindungi tanah air," ungkap Steve.
Menurut penjelasan Steve, pemberitaan tersebut adalah upaya pemerintah Rusia untuk meyakinkan publik.
Steve lalu menyoroti koran Novaya Gazeta, satu dari beberapa media independen di Rusia yang masih bertahan.
Dalam koran itu dituliskan bagaimana Dmitry Muratov selaku editor di kantor berita tersebut melelang penghargaan perdamaian Nobel miliknya yang nantinya akan digunakan untuk membantu para warga Ukraina.
Sementara itu di kantor berita pemerintah lainnya yakni Rossiyskaya Gazeta, diberitakan bagaimana media sosial dari Facebook hingga Instagram diblokir oleh pemerintah Rusia.
Mereka yang melanggar aturan dan menggunakan medsos tersebut akan dikenakan denda hingga dipenjara 15 hari.
Rusia Sebut Ada Perang Informasi
Sebelumnya, pada Rabu (16/3/2022) sebuah gedung teater di Mariupol, Ukraina yang difungsikan sebagai tempat penampungan warga sipil hancur seusai dibombardir.
Pemerintah Ukraina menyebut serangan dilakukan oleh pesawat tempur Rusia.
Sementara itu pemerintah Rusia tegas membantah telah melakukan serangan ke gedung teater tersebut.
Baca juga: Tentara Rusia Ngaku Dibuntuti Pasukan Eksekutor, akan Ditembak Mati jika Kabur dari Ukraina
Dikutip TribunWow.com dari Sky News, bantahan ini disampaikan oleh duta besar pemerintah Rusia untuk Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB), Vasily Nebenzya.
"Perang informasi sedang terjadi dalam skala yang lebih besar dibanding perang fisik," ujar Nebenzya.