Konflik Rusia Vs Ukraina
Rusia sampai Luncurkan Rudal Hipersonik, Analis Perkirakan Putin Mulai Kehabisan Misil
Rusia menggunakan rudal hipersonik untuk menghancurkan gudang amunisi dan gudang bahan bakar Ukraina.
Penulis: Noviana Primaresti
Editor: Tiffany Marantika Dewi
TRIBUNWOW.COM - Rusia menggunakan rudal hipersonik untuk menghancurkan gudang amunisi dan gudang bahan bakar Ukraina.
Pakar memperkirakan hal ini disebabkan karena Rusia tidak punya pilihan selain menggunakan teknologi paling canggih di gudang senjatanya.
Dua pejabat senior Barat mengatakan Moskow mungkin telah mengerahkan senjata generasi terbarunya karena kehabisan rudal presisi lainnya.

Baca juga: Pakai Granat Kejut hingga Senjata Api, Beredar Video Tentara Rusia Bubarkan Demonstran di Ukraina
Baca juga: Rusia Luncurkan Rudal Hipersonik Kedua, Klaim Hancurkan Gudang Bahan Bakar Ukraina dari Laut
Dilansir TribunWow.com dari Daily Mail UK, Selasa (22/3/2022), Rusia mengonfirmasi telah dua kali menggunakan rudal hipersonik miliknya.
Rudal tersebut merupakan senjata berteknologi tinggi dengan kemampuan bermanuver di udara dan dapat meluncur dari ketinggian atmosfer yang tak tersentuh radar.
Rudal hipersonik juga mendapatkan namanya dari kemampuan untuk terbang lima hingga 25 kali kecepatan suara.
"Mereka kehabisan senjata," kata seorang pejabat Barat yang dirahasiakan namanya.
Teori lain mengatakan bahwa itu merupakan peringatan kepada Barat untuk tidak ikut campur lebih jauh.
Dikatakan bahwa serangan dirancang untuk menakut-nakuti pemerintah Ukraina agar menyerah dalam negosiasi.
"Seperti semua hal dengan Rusia, mereka bisa menandakan semua ini bahkan jika alasan utama mereka menggunakan senjata hipersonik adalah karena mereka tidak punya banyak senjata untuk ditembak," kata pejabat Barat.
AS tertinggal dari China dan Rusia dalam mengembangkan rudal hipersonik.
Pertanyaan tentang penggunaan rudal hipersonik muncul ketika invasi Rusia sebagian besar tetap terhenti.
Hampir sebulan memasuki perang, pasukan Rusia telah gagal merebut satu kota besar dan kemajuan mereka telah dihentikan di hampir semua lini oleh pertahanan Ukraina.
Dengan serangan darat Rusia terhenti sekitar 10 mil di luar ibukota Kyiv, pasukannya menjadi semakin bergantung pada serangan udara dan artileri.
Sementara itu, mereka mengatakan Ukraina sedang bersiap untuk merebut kembali wilayah yang hilang.
Seorang pejabat senior pertahanan mengatakan pasukan Rusia sedang kesulitan berjuang dengan radang dingin dan masalah pasokan lainnya termasuk amunisi berpemandu.
"Kami menemukan beberapa indikasi bahwa beberapa tentara mereka menderita radang dingin karena mereka tidak memiliki perlengkapan cuaca dingin yang sesuai untuk lingkungan tempat mereka berada," kata pejabat tersebut.
"Selain makanan dan bahan bakar, mereka tidak membawa perlengkapan pribadi sehingga pasukan mereka mereka mengalami kesulitan."
"Mereka mengalami masalah dan kami menemukan indikasi bahwa beberapa pasukan benar-benar menderita dan diistirahatkan dari pertempuran karena radang dingin."
"Jadi ya, mereka mengalami masalah logistik yang berkelanjutan."
Baca juga: Jubir Putin Buka Suara soal Sikap Warga Rusia terkait Konflik di Ukraina: Opini Mereka Didengar
Baca juga: Hacker Anonymous Kembali Ancam Rusia, Ultimatum Nestle hingga Burger King yang Beroperasi di Moskow
Kecanggihan Rudal Hipersonik
Rusia disebut-sebut telah mengeluarkan senjata hipersonik untuk meluluhlantakkan sejumlah sasaran di Ukraina.
Rudal tersebut rupanya memiliki keunggulan tersendiri dibandingkan rudal balistik lain.
Pasalnya, rudal yang dibuat dengan bahan khusus tersebut bisa melampaui kecepatan suara hingga lima kali lipat.
Dikutip TribunWow.com dari Aljazeera, Selasa (22/3/2022), kata hipersonik berarti segala sesuatu yang bergerak dengan kecepatan lima kali kecepatan suara.
Yakni sekira 6.174 kilometer per jam (3.836 mph) atau lebih.
Kebanyakan rudal balistik sudah bergerak secepat ini, hal itu penting karena memberi lebih sedikit peringatan pada lawan dan lebih sedikit waktu untuk bereaksi.
Namun, yang membuat rudal hipersonik berbeda adalah peluru kendali ini meluncur di atmosfer atas dan sangat mudah bermanuver.
Rudal balistik, setelah diluncurkan, memiliki kemungkinan yang sangat terbatas untuk mengubah arahnya, seperti bola jika dilempar.
Kemampuan manuver pada kecepatan tinggi seperti itu, merupakan atribut utama dari senjata ini.
Apalagi mengingat rudal ini diluncurkan dari ketinggian yang tak dapat dideteksi radar.
Namun, tantangan teknologi untuk jenis rudal hipersonik ini sangat besar.
Untuk dapat terbang dengan kecepatan ekstrim, gesekan udara dan peningkatan suhu menjadi 2.200 derajat Celcius menjadi hambatan utama.
Sebagai perbandingan, titanium yang merupakan material logam yang sangat kuat, akan meleleh pada suhu 1.670 C.
Karenanya, rudal hipersonik ini harus dibentuk dan dibangun dari bahan yang sangat canggih, serta dirancang untuk tahan terhadap kondisi ekstrem seperti itu.
Apalagi, untuk bermanuver dengan bebas dari ketinggiang, struktur rudal ini harus dibuat dengan benar-benar kuat.
Dilaporkan pada uji coba awal, rudal hipersonik ini benar-benar terkoyak saat diarahkan menikung ke jalur baru.
Senjata baru ini masih belum sepenuhnya dikembangkan karena perancang militer masih terus berjuang untuk menghasilkan model uji yang layak yang dapat dioperasikan dengan baik.(TribunWow.com/Via)