Breaking News:

Konflik Rusia Vs Ukraina

Jurnalis AS Bongkar Isi Berita yang Disiarkan TV Pemerintah Rusia soal Konflik di Ukraina

Sempat tiga minggu tinggal di Rusia ketika konflik terjadi, seorang jurnalis asal Amerika Serikat (AS) membongkar isi berita di Rusia.

Penulis: anung aulia malik
Editor: Rekarinta Vintoko
Twitter@rafsanchez
Jurnalis asal Amerika Serikat (AS) Raf Sanchez menjelaskan seperti apa berita yang disebar oleh pemerintah Rusia. 

Para pejabat Amerika Serikat mengatakan kepada The New York Times bahwa militer Rusia telah kehilangan lebih dari 7.000 tentara dalam invasi tiga minggu ke Ukraina.

Namun, Rusia belum memberikan informasi baru sejak 2 Maret, ketika memberitakan bahwa angka kematian tentaranya mencapai 498 orang.

Di sisi lain, Gubernur kota utara Chernihiv mengatakan 53 warga sipil tewas di sana dalam pemboman selama 24 jam terakhir.

Pengungsi

Hungaria bersiap menghadapi gelombang pengungsi yang lebih besar tiba dari Ukraina minggu depan.

Hal ini diutarakan Perdana Menteri Hungaria Viktor Orban melalui sebuah video yang diposting di halaman Facebook-nya.

Menurut badan pengungsi PBB, sekitar tiga juta orang telah meninggalkan Ukraina, hampir setengah dari mereka adalah anak-anak.

Ekonomi

Rusia akan melakukan pembayaran bunga 117 juta USD atas utang luar negerinya.

Menteri keuangan Rusia Anton Siluanov mengatakan Moskow telah melakukan pembayaran yang telah mencapai bank koresponden AS, dan ke Washington untuk mengklarifikasi apakah penyelesaian itu mungkin.

Situs Berita Diblokir

Regulator media Rusia Roskomnadzor telah memblokir akses ke setidaknya 32 situs web.

Media yang terdampak antara lain termasuk BBC, situs investigasi Bellingcat dan situs regional Permdaily.ru.

Baca juga: Invasi Rusia ke Ukraina Hari ke-21, Adanya Harapan Damai hingga Intervensi Internasional Makin Rapat

Baca juga: Invasi Rusia ke Ukraina Hari ke-20, China Nekat Turun Tangan hingga Aksi Protes saat Siaran Langsung

Syarat Rusia untuk Bisa Akhiri Invasi

Perwakilan Tetap Rusia untuk PBB Vasily Nebenzya mengungkapkan hal yang bisa menentukan lamanya invasi ke Ukraina.

Menurut wakil diplomatik Presiden Rusia Vladimir Putin itu, ada beberapa kondisi yang harus dipenuhi Ukraina.

Dalam waktu dekat, ia pun berencana akan mempresentasikan rancangan resolusi kemanusiaan tentang Ukraina di Dewan Keamanan PBB.

Puing alun-alun kota dan gedung pemerintahan kota Kharkiv, Ukraina yang hancur diserang misil Rusia, Selasa (1/3/2022).
Puing alun-alun kota dan gedung pemerintahan kota Kharkiv, Ukraina yang hancur diserang misil Rusia, Selasa (1/3/2022). (AFP/ Sergey Bobok)

Dilansir TribunWow.com dari media Rusia RIA Novosti, Selasa (15/3/2022), Nebenzya kembali menekankan tujuan negaranya.

Dijelaskan bahwa agresi yang disebutnya operasi militer akan berakhir ketika tujuan Rusia tercapai.

Ia menegaskan terkait tuntutan utama Putin mengenai demiliterisasi dan denazifikasi Ukraina.

Syaratnya yang dikemukakan juga termasuk tidak adanya ancaman yang berasal dari Ukraina terhadap Rusia dengan tidak bergabung menjadi anggota NATO.

Sebelumnya, Rusia mengajukan hak veto menolak resolusi DK PBB soal penyelesaian konflik.

Karenanya,Rusia kini tengah menyusun resolusi sendiri terkait kemanusiaan untuk diajukan ke pertemuan PBB.

"Kami akan mengusulkan proyek kami sendiri, yang bersifat kemanusiaan. Kami akan segera menyajikannya dalam salinan bersih dan melihat apakah Dewan Keamanan bisa atau tidak untuk memenuhi misinya," kata Nebenzya.

Nebenzya menambahkan bahwa dokumen Rusia akan mencakup ketentuan kemanusiaan yang jelas, seperti menyerukan gencatan senjata yang dinegosiasikan, mengevakuasi warga sipil, menghormati hukum humaniter internasional, mengutuk serangan terhadap warga sipil dan infrastruktur sipil, dan perjalanan warga sipil yang aman dan tanpa hambatan.

Di sisi lain, Vladimir Olenchenko, seorang peneliti senior di Pusat Studi Eropa di IMEMO RAS masih meragukan kemungkinan disetujuinya syarat yang diajukan Rusia.

Ia merasa ragu meski Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky menyatakan tak akan meminta bergabung dengan NATO lagi.

Dalam siaran radio Sputnik, ia mempertanyakan ketulusan niat Zelensky tersebut.

"Saya berpegang pada pandangan bahwa ketika strategi suatu negara berubah atau harus berubah, ketika kebijakan dalam dan luar negerinya berubah, tokoh-tokoh yang mampu menerapkan ini harus siap."

"Sayangnya, baik Zelensky maupun timnya tidak termasuk dalam definisi ini. Jika ini (batal masuk NATO - red.) adalah keyakinannya, maka itu sudah dilakukan, tetapi ini, menurut saya, hanya tanggapan oportunistik," kata Olenchenko.

Menurut Olenchenko, Zelensky telah berulang kali berubah pikiran tentang isu-isu penting kebijakan dalam dan luar negeri.

Ia pun mengaku ragu apakah presiden 44 tahun tersebut akan benar-benar menarik pendaftaran keanggotaan Ukraina dari NATO.

"Oleh karena itu, saya skeptis tentang pernyataannya, sebagai ketentuan, aturan tersebut berumur pendek dan saling membantah, yang kadang-kadang terjadi dalam waktu hanya sehari," pungkas Olenchenko.(TribunWow.com/Anung/Via)

Berita terkait Konflik Rusia Vs Ukraina

Sumber: TribunWow.com
Tags:
Amerika SerikatJurnalisKonflik Rusia Vs UkrainaRusiaUkrainaVladimir PutinVolodymyr ZelenskyMoskow
Berita Terkait
ANDA MUNGKIN MENYUKAI
AA

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved