Konflik Rusia Vs Ukraina
Jurnalis AS Bongkar Isi Berita yang Disiarkan TV Pemerintah Rusia soal Konflik di Ukraina
Sempat tiga minggu tinggal di Rusia ketika konflik terjadi, seorang jurnalis asal Amerika Serikat (AS) membongkar isi berita di Rusia.
Penulis: anung aulia malik
Editor: Rekarinta Vintoko
TRIBUNWOW.COM - Jurnalis asal Amerika Serikat (AS) Raf Sanchez sempat tinggal selama tiga minggu di Moskow, Rusia ketika konflik terjadi di Ukraina.
Lewat akun Twitter-nya @rafsanchez Kamis (17/3/2022), ia menjelaskan seperti apa berita yang disebar oleh pemerintah Rusia.
Berdasarkan cuitan Sanchez, berita yang disebar oleh pemerintah Rusia hanya berisi argumen atau berita yang bernada positif terhadap Rusia.
Baca juga: Beredar Video Warga Dibunuh saat Antre Beli Roti, Rusia Sebut Produk Propaganda Intelijen Ukraina
Baca juga: Sebut Sampah dan Pengkhianat, Putin Ancam Warga Rusia yang Menentang Perang Ukraina
Dikutip TribunWow.com dari cuitan Raf Sanchez, ada beberapa contoh berita yang dicuitkan oleh Sanchez.
Berita pertama, pemerintah Rusia hanya menunjukkan prosesi penghormatan terhadap tentara yang gugur di medan perang.
Selain itu pemerintah Rusia turut menayangkan bagaimana pejabat senior memasangkan medali kepada prajurit yang ada di rumah sakit.
Namun tidak dijelaskan berapa prajurit Rusia yang telah tewas.
Satu-satunya angka yang pernah diumumkan oleh pemerintah Rusia hanya terjadi pada 2 Maret 2022 lalu yakni 498 tentara Rusia telah tewas.
Pemerintah Rusia juga memberitakan bahwa Presiden Rusia Vladimir Putin menuding negara-negara Barat hanya mengira-ngira jumlah tentara Rusia yang tewas.
Kemudian, stasiun TV milik pemerintah Rusia terus-terusan membahas bagaimana harga minyak di AS melonjak tinggi sebagai efek samping memberikan sanksi ke Rusia.
Stasiun TV pemerintah Rusia juga terus-terusan menyetel kritik politisi Republik di Amerika yang menyerang Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky.
Terakhir, stasiun TV pemerintah Rusia juga memberitakan bagaimana Ukraina saat ini dikuasai oleh kelompok ultra nasionalis neo nazi.
Rusia Sebut Terjadi Perang Informasi
Pada Rabu (16/3/2022) sebuah gedung teater di Mariupol, Ukraina yang difungsikan sebagai tempat penampungan warga sipil hancur seusai dibombardir.
Pemerintah Ukraina menyebut serangan dilakukan oleh pesawat tempur Rusia.
Sementara itu pemerintah Rusia tegas membantah telah melakukan serangan ke gedung teater tersebut.

Baca juga: Beredar Video Warga Dibunuh saat Antre Beli Roti, Rusia Sebut Produk Propaganda Intelijen Ukraina
Baca juga: Rusia Bongkar Bukti Keterlibatan AS Dalam Lab Pengembangan Patogen Berbahaya di Ukraina
Dikutip TribunWOw.com dari Sky News, bantahan ini disampaikan oleh duta besar pemerintah Rusia untuk Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB), Vasily Nebenzya.
"Perang informasi sedang terjadi dalam skala yang lebih besar dibanding perang fisik," ujar Nebenzya.
Menurut Nebenzya siapa yang memenangkan perang informasi maka akan memenangkan peran secara keseluruhan.
Nebenzya lalu menyampaikan berdasarkan keterangan para warga sipil yang telah lebih dulu mengungsi keluar dari Mariupol, ada keterlibatan batalion Azov yang menyandera para warga sipil.
Nebenzya juga mengungkit bahwa pemerintah Rusia telah menyadari ada tulisan 'anak-anak' di luar gedung teater di Mariupol.
Seluruh pasukan militer Rusia telah diberitahu bahwa gedung teater tersebut adalah tempat yang dipenuhi warga sipil.
"Tidak pernah dijadikan target serangan," kata Nebenzya.
Nebenzya menyebut, pihak yang harus bertanggungjawab dalam hal ini adalah kelompok ultra nasionalis Ukraina batalion Azov.
Keterangan serupa disampaikan oleh juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia, Maria Zakharova.
"Jelas ini adalah kebohongan. Semuanya tahu bahwa pasukan militer Rusia tidak membombardir kota. Tidak peduli seberapa banyak video yang disebar oleh struktur NATO dan berapa banyak foto dan video klip bohong disebar, kebenaran akan terungkap," jelas Zakharova.
Invasi Rusia ke Ukraina Hari ke-22
Memasuki hari ke-22 setelah Presiden Rusia Vladimir Putin mengumumkan serangan ke Ukraina, sejumlah peristiwa penting terjadi.
Satu di antaranya adalah kabar mengejutkan dari Mariupol yang kehilangan lokasi perlindungan setelag gedung teater berisi lebih dari 1000 pengungsi diserang jet tempur Rusia.
Sementara pihak Ukraina maupun Rusia masih terus berusaha untuk mengupayakan jalan damai melalui diplomasi.
Berikut sejumlah peristiwa kunci pada hari ke-22 yang dirangkum TribunWow.com dari Aljazeera, Kamis (17/3/2022).
Perkembangan Perang
Kementerian luar negeri Ukraina mengatakan pasukan Rusia mengebom sebuah teater di Mariupol tempat ratusan warga sipil berlindung.
Namun Rusia membantah melakukan serangan tersebut.
Kantor berita Interfax Ukraina yang mengutip seorang pejabat senior, menyatakan bahwa pihak Ukraina telah menyerahkan sembilan tentara Rusia yang ditangkap,
Hal ini dilakukan sebagai jaminan kebebasan walikota kota Melitopol, yang ditahan pekan lalu.
Sementara itu, intelijen militer Inggris menerangkan bahwa invasi yang dilakukan Rusia sebagian besar terhenti di semua lini.
Pasukan Rusia juga diklaim menderita kerugian besar dan membuat kemajuan minimal dalam beberapa hari terakhir.
Diplomasi
Presiden Vladimir Putin mengatakan Rusia siap untuk membahas status netral Ukraina tetapi Moskow masih akan mencapai tujuan operasi militernya.
Antara lain seperti yang disebutkan Putin di awal invasi, yakni demiliterisasi dan denazifikasi.
Di sisi lain, Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa akan memberikan pendapat pada hari Jumat, atas resolusi yang dirancang Rusia untuk akses bantuan dan perlindungan sipil.
Tetapi para diplomat mengatakan kesepakatan itu akan gagal karena tidak mendorong diakhirinya pertempuran atau penarikan pasukan Rusia.
Penasihat Keamanan Nasional AS Jake Sullivan dan Jenderal Nikolay Patrushev, sekretaris Dewan Keamanan Rusia, mengadakan kontak tingkat tinggi pertama antara dua negara tersebut sejak invasi dimulai.
Korban Tewas
Para pejabat Amerika Serikat mengatakan kepada The New York Times bahwa militer Rusia telah kehilangan lebih dari 7.000 tentara dalam invasi tiga minggu ke Ukraina.
Namun, Rusia belum memberikan informasi baru sejak 2 Maret, ketika memberitakan bahwa angka kematian tentaranya mencapai 498 orang.
Di sisi lain, Gubernur kota utara Chernihiv mengatakan 53 warga sipil tewas di sana dalam pemboman selama 24 jam terakhir.
Pengungsi
Hungaria bersiap menghadapi gelombang pengungsi yang lebih besar tiba dari Ukraina minggu depan.
Hal ini diutarakan Perdana Menteri Hungaria Viktor Orban melalui sebuah video yang diposting di halaman Facebook-nya.
Menurut badan pengungsi PBB, sekitar tiga juta orang telah meninggalkan Ukraina, hampir setengah dari mereka adalah anak-anak.
Ekonomi
Rusia akan melakukan pembayaran bunga 117 juta USD atas utang luar negerinya.
Menteri keuangan Rusia Anton Siluanov mengatakan Moskow telah melakukan pembayaran yang telah mencapai bank koresponden AS, dan ke Washington untuk mengklarifikasi apakah penyelesaian itu mungkin.
Situs Berita Diblokir
Regulator media Rusia Roskomnadzor telah memblokir akses ke setidaknya 32 situs web.
Media yang terdampak antara lain termasuk BBC, situs investigasi Bellingcat dan situs regional Permdaily.ru.
Baca juga: Invasi Rusia ke Ukraina Hari ke-21, Adanya Harapan Damai hingga Intervensi Internasional Makin Rapat
Baca juga: Invasi Rusia ke Ukraina Hari ke-20, China Nekat Turun Tangan hingga Aksi Protes saat Siaran Langsung
Syarat Rusia untuk Bisa Akhiri Invasi
Perwakilan Tetap Rusia untuk PBB Vasily Nebenzya mengungkapkan hal yang bisa menentukan lamanya invasi ke Ukraina.
Menurut wakil diplomatik Presiden Rusia Vladimir Putin itu, ada beberapa kondisi yang harus dipenuhi Ukraina.
Dalam waktu dekat, ia pun berencana akan mempresentasikan rancangan resolusi kemanusiaan tentang Ukraina di Dewan Keamanan PBB.

Dilansir TribunWow.com dari media Rusia RIA Novosti, Selasa (15/3/2022), Nebenzya kembali menekankan tujuan negaranya.
Dijelaskan bahwa agresi yang disebutnya operasi militer akan berakhir ketika tujuan Rusia tercapai.
Ia menegaskan terkait tuntutan utama Putin mengenai demiliterisasi dan denazifikasi Ukraina.
Syaratnya yang dikemukakan juga termasuk tidak adanya ancaman yang berasal dari Ukraina terhadap Rusia dengan tidak bergabung menjadi anggota NATO.
Sebelumnya, Rusia mengajukan hak veto menolak resolusi DK PBB soal penyelesaian konflik.
Karenanya,Rusia kini tengah menyusun resolusi sendiri terkait kemanusiaan untuk diajukan ke pertemuan PBB.
"Kami akan mengusulkan proyek kami sendiri, yang bersifat kemanusiaan. Kami akan segera menyajikannya dalam salinan bersih dan melihat apakah Dewan Keamanan bisa atau tidak untuk memenuhi misinya," kata Nebenzya.
Nebenzya menambahkan bahwa dokumen Rusia akan mencakup ketentuan kemanusiaan yang jelas, seperti menyerukan gencatan senjata yang dinegosiasikan, mengevakuasi warga sipil, menghormati hukum humaniter internasional, mengutuk serangan terhadap warga sipil dan infrastruktur sipil, dan perjalanan warga sipil yang aman dan tanpa hambatan.
Di sisi lain, Vladimir Olenchenko, seorang peneliti senior di Pusat Studi Eropa di IMEMO RAS masih meragukan kemungkinan disetujuinya syarat yang diajukan Rusia.
Ia merasa ragu meski Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky menyatakan tak akan meminta bergabung dengan NATO lagi.
Dalam siaran radio Sputnik, ia mempertanyakan ketulusan niat Zelensky tersebut.
"Saya berpegang pada pandangan bahwa ketika strategi suatu negara berubah atau harus berubah, ketika kebijakan dalam dan luar negerinya berubah, tokoh-tokoh yang mampu menerapkan ini harus siap."
"Sayangnya, baik Zelensky maupun timnya tidak termasuk dalam definisi ini. Jika ini (batal masuk NATO - red.) adalah keyakinannya, maka itu sudah dilakukan, tetapi ini, menurut saya, hanya tanggapan oportunistik," kata Olenchenko.
Menurut Olenchenko, Zelensky telah berulang kali berubah pikiran tentang isu-isu penting kebijakan dalam dan luar negeri.
Ia pun mengaku ragu apakah presiden 44 tahun tersebut akan benar-benar menarik pendaftaran keanggotaan Ukraina dari NATO.
"Oleh karena itu, saya skeptis tentang pernyataannya, sebagai ketentuan, aturan tersebut berumur pendek dan saling membantah, yang kadang-kadang terjadi dalam waktu hanya sehari," pungkas Olenchenko.(TribunWow.com/Anung/Via)