Konflik Rusia Vs Ukraina
Imigran Asia di Rusia Ditekan untuk Ikut Wajib Militer, Berikut Pengakuan Tentara Putin di Ukraina
Warga negara Asia yang tinggal di Rusia dikabarkan mendapat tekanan untuk ikut berperang di Ukraina.
Penulis: Noviana Primaresti
Editor: Tiffany Marantika Dewi
"Para migran ini mungkin didaftarkan oleh Kementerian Pertahanan dan oleh perusahaan militer swasta."
Sebelumnya, sebuah video seorang pria Uzbekistan yang diduga mengemudikan truk militer Rusia ke Ukraina dibagikan secara luas melalui aplikasi perpesanan Telegram.
Pria yang tampaknya berusia 50-an dan mengenakan seragam kamuflase, mengatakan di depan kamera bahwa dia direkrut karena pengalamannya melayani di Afghanistan.
Ia juga mengaku tidak punya pilihan selain mendaftar.
"Ada banyak orang Uzbek di sini yang datang untuk ambil bagian dalam perang. Ada juga orang dari Tajikistan. Kami punya kontrak," kata pria itu.
Setelah dilakukan penyelidikan, pria itu mengkonfirmasi bahwa dia telah ditawari kontrak tiga bulan dengan gaji bulanan 50.000 rubel (Sekira Rp 6,5 juta) dan janji kewarganegaraan Rusia.
Tawaran pekerjaan itu datang dari situs web pendaftaran pekerjaan bernama UzMigrant.
Bakhrom Ismailov, direktur perusahaan UzMigrant, membual dalam video berbahasa Uzbekistan pada 20 Februari.
"Layanan kontrak di tentara Rusia akan memungkinkan seseorang memperoleh kewarganegaraan Rusia dalam tiga bulan," kata Ismailov.
Baca juga: Invasi Rusia ke Ukraina Hari ke-22, Gedung Teater Dibom hingga Perkembangan Kondisi 2 Negara
Baca juga: Sebut Sampah dan Pengkhianat, Putin Ancam Warga Rusia yang Menentang Perang Ukraina
Rusia Dituding Kerahkan Pasukan Suriah
Hingga Selasa (8/3/2022), Rusia diketahui belum berhasil merebut Kiev/Kyiv sejak operasi militer spesial dilaksanakan oleh Presiden Vladimir Putin pada Kamis (24/2/2022) lalu.
Kini Rusia dituding tengah sibuk merekrut prajurit dari negara lain untuk membantu invasi di Ukraina.
Tuduhan ini disampaikan oleh Kementerian Pertahanan Amerika Serikat (AS).
Dikutip TribunWow.com dari Aljazeera.com, salah satu negara yang prajuritnya direkrut oleh Rusia adalah Suriah.
Seperti yang diketahui, pada tahun 2015 silam, Rusia turut terlibat dalam perang sipil di Suriah dan berada di sisi Presiden Bashar al-Assad.