Konflik Rusia Vs Ukraina
Asetnya Dibekukan, Apa yang Terjadi jika Rusia Gagal Bayar Utang Negara yang Jatuh Tempo?
Sebagai negara besar, Rusia tak luput dari utang luar negeri yang kabarnya akan segera jatuh tempo.
Penulis: Noviana Primaresti
Editor: Tiffany Marantika Dewi
TRIBUNWOW.COM - Sebagai negara besar, Rusia tak luput dari utang luar negeri yang kabarnya akan segera jatuh tempo.
Namun masalahnya, Rusia saat ini tak dapat mengakses aset miliknya yang dibekukan, pun melakukan transaksi internasional.
Pasalnya, Rusia tengah dikenai sanksi global oleh sejumlah negara akibat invasinya ke Ukraina.

Baca juga: Kiev Siaga 36 Jam Hadapi Gempuran Tentara Rusia, Walikota Vitali Klitschko Unggah Peringatan Darurat
Baca juga: Apotek Rusia Kekurangan Pasokan Obat-obatan, Imbas Sanksi Global akibat Invasi ke Ukraina
Dilansir Aljazeera, Rabu (16/3/2022), Rusia harus membayar bunga 117 juta USD (sekitar Rp 1,6 triliun) pada hari ini atau berisiko gagal bayar utangnya.
Sementara 615 juta USD (sekitar Rp 8,7 triliun) akan ditagihkan pada akhir bulan.
Utang tersebut berasal dari dua obligasi negara yang berdenominasi dolar.
Sebagai informasi, sanksi yang dikenakan pada Rusia telah membekukan lebih dari setengah aset bank sentral senilai 300 miliar USD (sekitar Rp 4,2 kuadriliun).
Adapun Penduduk Rusia dan perusahaan Rusia berutang sekitar 150 miliar USD (sekitar Rp 2 kuadriliun) dalam bentuk mata uang asing.
Sanksi tersebut juga membuat nilai tukar rubel anjlok sampai 35 persen terhadap dolar AS.
Presiden Rusia Vladimir Putin meyakinkan bahwa Moskow akan melakukan pembayaran, tetapi dalam rubel lantaran sanksi tidak memungkinkan penyelesaian menggunakan dolar.
Gagal bayar utang luar negeri Rusia akan menjadi yang pertama sejak Bolshevik gagal mengakui utang Tsar setelah revolusi 1917.
Bila tak bisa membayar saat jatuh tempo, Rusia akan diberikan masa tenggang 30 hari untuk obligasi khusus ini.
Namun, jika Moskow tetap tidak melakukan pembayaran, lembaga pemeringkat kredit kemungkinan akan menganggapnya gagal bayar dan pemegang obligasi akan mulai bernegosiasi.
Tetapi negosiasi itu tampaknya tidak menjanjikan mengingat ekonomi Rusia yang tersedak dan isolasi yang semakin meningkat.
Jika benar-benar tak bisa melunasi utangnya sesuai jatuh tempo, maka investor yang tersisa dikhawatirkan memilih hengkang dari negara tersebut.