Konflik Rusia Vs Ukraina
Ada Peluang Damai? Ini Hasil Pertemuan Menlu Rusia-Ukraina di Turki
Untuk pertama kalinya semenjak konflik terjadi, dua pejabat tinggi Rusia dan Ukraina mengadakan pertemuan di Turki, Kamis (10/3/2022).
Penulis: anung aulia malik
Editor: Elfan Fajar Nugroho
Dilaporkan bahwa orang-orang di sana sampai harus mengais makanan dan mencairkan salju untuk mendapatkan air.
Upaya untuk mengevakuasi orang-orang dari kota pelabuhan Laut Hitam telah berulang kali tersendat selama beberapa hari terakhir.
Kondisi Wilayah Ukraina Selatan
Kherson tetap menjadi satu-satunya kota di bawah kendali Rusia.
Namun, penduduk setempat setiap hari melakukan aksi damai dengan berdemonstrasi memprotes pendudukan Rusia.
Garda Nasional Rusia hari ini mengumumkan telah menahan lebih dari 400 pengunjuk rasa di daerah tersebut.
Sementara, penduduk Odesa kini bersiap untuk mempertahankan pelabuhan utama dan kota wisata.
Warga membentangkan spanduk biru dan kuning raksasa bertuliskan "Odesa-Ukraina" di atas karung pasir di depan Opera dan Teater Balet di pusat kota.
Di sisi lain, angkatan bersenjata Ukraina mengatakan orang-orang Rusia yang mengenakan pakaian sipil sudah mulai maju ke kota terdekat, Mykolaiv.
Baca juga: Rumah Bersalin di Ukraina Hancur Diserang Rusia, Ibu Hamil Ditandu dalam Kondisi Berdarah-darah
Baca juga: Tuding PBB Sebar Hoaks, Rusia Sebut RS Bersalin Mariupol yang Diserang adalah Sarang Militer Ukraina
Kekhawatiran Presiden Volodymyr Zelensky
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengungkapkan kekhawatirannya atas kemungkinan perkembangan serangan Rusia.
Ia menyoroti keputusan Barat yang dinilai kurang cekatan untuk menetapkan zona larangan terbang.
Suami ibu negara Olena Zelenska itu menilai pihak Barat akan terlambat mengambil keputusan setelah nantinya perang dunia ketiga sudah dimulai.
Dilansir TribunWow.com dari Sky News, (9/3/2022), Zelensky secara eksklusif berbincang dengan awak media di kantornya yang terletak di Kiev.
Sembari duduk di lantai, orang nomor satu Ukraina itu kembali menyerukan tuntutannya.
Ia meminta negara-negara dunia untuk menutup jalur penerbangan agar Rusia tak bisa mengirim pesawat tempurnya.
Sehingga, Ukraina bisa terus bertahan dengan pasukan dari darat.
"Jika anda bersatu melawan Nazi dan teror ini, anda harus menutup (jalur perbangan-red). Jangan menunggu saya bertanya kepada Anda beberapa kali, sejuta kali. Tutup langit," tegas Zelensky.
"Tutup langit dan hentikan pengeboman," katanya, meminta dunia untuk bertindak lebih cepat.
Pihak Barat masih mempertimbangkan keputusan seputar potensi zona larangan terbang.
Pasalnya, keputusan itu dinilai akan meningkatkan konflik, dan membawa konfrontasi langsung dengan Rusia yang bisa memperburuk kondisi.
"Lebih buruk untuk siapa? Untuk keluarga kita? Tidak. Untuk mereka? Siapa yang tahu? Tidak ada yang tahu. Tapi kita tahu persis bahwa sekarang sangat buruk. Dan di masa depan akan terlambat," tukas Zelensky.
"Percayalah, jika diperpanjang seperti ini, anda akan melihat, mereka akan menutup langit tetapi kita akan kehilangan jutaan orang."
"Perang dunia ketiga akan dimulai dan baru setelah itu anda akan membuat zona larangan terbang, tetapi itu akan terlambat."
Zelensky mengatakan bahwa pasukan Rusia bisa saja menduduki Ukraina, namun kemudian dunia tak akan bisa menandingi kekuatannya.
Apalagi setelah sumber daya Ukraina terutama di bidang nuklir telah dikuasi Rusia.
Menambahi, Zelensky menyebut Nato dan sekutunya, tak melakukan apa-apa untuk mencegah serangan Rusia.
"Kemarin dunia tidak melakukan apa-apa. Maaf, tapi itu benar," ujar Zelensky.(TribunWow.com/Anung/Via)