Breaking News:

Terkini Nasional

Said Aqil Ungkit FPI dan HTI di Muktamar ke-34 NU: Kutub-kutub Ekstrem di Negeri Ini

Ketum PBNU Said Aqil Siradj mengungkit soal FPI dan HTI dalam pidato Muktamar ke-34 NU, Rabu (22/12/2021).

Penulis: anung aulia malik
Editor: Atri Wahyu Mukti
YouTube Sekretariat Presiden
Pidato Ketua Umum PBNU, Said Aqil Siroj dalam Pembukaan Muktamar ke-34 Nahdlatul Ulama di PONDOK PESANTREN DAARUSSA’ADAH, SEPUTIH JAYA,LAMPUNG TENGAH, Rabu (22/12/2021). 

TRIBUNWOW.COM - Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Said Aqil Siradj digadang-gadang bakal kembali memimpin PBNU untuk periode 2021-2026.

Dari rilis yang diterkma TribunWow.com, Said sendiri telah menyatakan siap dicalonkan kembali menjadi Ketum PBNU dalam Muktamar ke-34 NU.

Dalam pidato pembukaan Muktamar ke-34 NU, Rabu (22/12/2021) di Lampung Tengah, Said mengungkit soal sikap NU terhadap Hizbut Tahrir (HTI) dan Front Pembela Islam (FPI).

TOLAK PEMBUBARAN HTI - Massa yang tergabung dalam Aliansi Pemuda dan Mahasiswa Islam melakukan unjuk rasa di depan Gedung DPRD Provinsi Jawa Barat, Jalanq Diponegoro, Kota Bandung, Senin (22/5/2017). Dalam aksinya itu, mereka menyatakan sikap menuntut pemerintah untuk menghentikan upaya kriminalisasi terhadap ulama, aktivis Islam, dan gerakan dakwah Islam, serta menolak rencana pembubaran Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) dan ormas Islam lainnya.
TOLAK PEMBUBARAN HTI - Massa yang tergabung dalam Aliansi Pemuda dan Mahasiswa Islam melakukan unjuk rasa di depan Gedung DPRD Provinsi Jawa Barat, Jalanq Diponegoro, Kota Bandung, Senin (22/5/2017). Dalam aksinya itu, mereka menyatakan sikap menuntut pemerintah untuk menghentikan upaya kriminalisasi terhadap ulama, aktivis Islam, dan gerakan dakwah Islam, serta menolak rencana pembubaran Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) dan ormas Islam lainnya. (TRIBUN JABAR/GANI KURNIAWAN)

Baca juga: PBNU Dukung Hukum Kebiri Pelaku Rudapaksa 21 Santriwati di Kota Bandung, Simak Penjelasannya

Baca juga: Ungkit Masa Gus Dur, Ketum PBNU Sebut Jokowi Tak Mudah Dilengserkan: Kami Punya Pengalaman Pahit

Dalam pidato Said yang diterima oleh TribunWow.com, awalnya Said menjelaskan bagaimana pengalaman dirinya belasan tahun hidup di Arab.

Ia membandingkan perbedaan mencolok tentang ulama di negara-negara Arab dan di Indonesia.

Perbedaan yang dimaksud oleh Aqil adalah hanya di Indonesia ulama memiliki rasa nasionalisme yang tinggi.

Said menyebut, tidak adanya rasa nasionalisme itu turut menyumbang terjadinya konflik di negara-negara timur tengah.

"Di Timur Tengah, tak banyak kita jumpai ulama yang nasionalis, sebagaimana sangat jarang kita temukan kaum nasionalis yang
sekaligus ulama.

Sebagai akibatnya, nasionalisme dan agama seringkali bertentangan lalu lahirlah satu demi satu konflik-konflik sektarian. Apa yang kita saksikan di Palestina, Myanmar, Rohingya, Israel, Somalia, Suriah, Yaman, hingga Afghanistan adalah rangkaian  ketidaktuntasan menjawab tantangan zaman."

Said kemudian mengungkit upaya NU bersikap tawasuth atau moderat dan berusaha memoderasi kutub-kutub ekstrem di Indonesia, di antaranya HTI dan FPI.

"Nasionalisme dan Agama adalah dua kutub yang salingmenguatkan. Keduanya jangan dipertentangkan. Demikianlah
pusaka wasiat dari Hadratussyaikh Kyai Hasyim Asy’ari yang diamini dan disuarakan ribuan ulama Pesantren.

Dan dengan demikian kita mengerti bahwa ujian atas sikap tawasuth, ujian memoderasi polarisasi dua kutub ekstrim, memang sudah khas NU sejak awal mula pendiriannya.

Mereka yang tidak faham sikap tegas NU atas HTI maupun FPI barangkali memang belum mengerti betapa berat amanah memoderasi kutub-kutub ekstrim di negeri ini.

Bagi NU dan Pesantren, menjaga NKRI adalah amanah karena hanya dengan bersetia kepada konstitusi, tatanan bersama dapat terselenggara."

Said lalu menjelaskan bagaimana sulitnya bersikap tawasuth karena harus memiliki kecakapan antara pengetahuan dan kebijaksanaan.

Halaman
123
Sumber: TribunWow.com
Tags:
Said Aqil SiradjPengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU)FPIHizbut Tahrir Indonesia (HTI)
Berita Terkait
ANDA MUNGKIN MENYUKAI
AA
KOMENTAR

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved