Breaking News:

Terkini Daerah

Pertemuan Orangtua dan Santri Korban Rudapaksa Guru di Bandung, Nangis saat Disodori Bayi 4 Bulan

Ketua P2TP2A Garut, Diah Kurniasari Gunawan mengungkap kondisi orangtua 12 santriwati yang menjadi korban rudapaksa guru pesantren, HW.

ist/tribunjabar
HW, guru pesantren di Bandung yang merudapaksa 12 santriwatinya hingga melahirkan 8 bayi. 

TRIBUNWOW.COM - Ketua Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Garut, Diah Kurniasari Gunawan mengungkap kondisi orangtua 12 santriwati yang menjadi korban rudapaksa guru pesantren, HW, di Cibiru, Bandung, Jawa Barat.

Dilansir TribunWow.com, Diah mengatakan orangtua korban masih terpukul seusai mengetahui anak-anak mereka menjadi korban rudapaksa di pesantren.

Tak hanya itu, bahkan sudah ada delapan bayi yang lahir dari 12 korban rudapaksa.

Dari belasan korban rudapaksa, 11 di antaranya berasal dari Garut, Jawa Barat.

Para korban bahkan masih memiliki hubungan saudara dan hidup bertetangga di tempat asalnya.

Baca juga: Sederet Kejanggalan Pesantren Tempat 12 Santriwati Dirudapaksa Guru, Ternyata Tak Ada Ijazah

Baca juga: Rudapaksa 12 Santriwati, Begini Sosok Guru Pesantren di Bandung, Keluarga Korban Ungkap Kemarahan

Diah kemudian mengungkap momen pertemuan korban dengan orangtua.

Disebutnya, selama ini orangtua korban hanya mengetahui anaknya sekolah di pesantren yang dikelola HW.

Saat bertemu, orang tua korban menangis saat disodori bayi empat bulan, hasil perbuatan bejat sang guru.

"Rasanya bagi mereka mungkin dunia ini kiamat, ada seorang bapak yang disodorkan anak usia 4 bulan oleh anaknya, enggak, semuanya nangis," ujar Diah, dikutip dari Kompas.com, Jumat (10/12/2021).

Selain berat menerima, orangtua korban juga kebingungan membayangkan masa depan anak-anaknya.

Apalagi, para korban kini masih belia dan beberapa di antaranya sudah melahirkan anak.

"Sama, kita semua juga marah pada pelaku setelah tahu ceritanya dari anak-anak, sangat keterlaluan, kita paham bagaimana marah dan kecewanya orangtua mereka," ungkapnya.

Korban Hidup Serumah

Diah Kurniasari Gunawan membongkar fakta baru soal guru pesantren di Bandung yang merudapaksa 12 santriwati.

Dilansir TribunWow.com, belasan wanita belia itu ternyata selama ini bersama-sama mengurus diri sendiri di rumah yang disediakan HW.

Sebagai informasi, 12 santriwati ini dirudapaksa sejak 2016 hingga 2021.

Akibatnya, lahir delapan bayi hasil perbuatan bejat HW.

“Mereka ngurus diri mereka sendiri di sana, tidak ada pengurus yayasan, hanya dia (pelaku) yang ada, tidak ada orang lain,” ungkap Diah, dikutip dari Kompas.com, Jumat (10/12/2021).

Baca juga: Sederet Kejanggalan Pesantren Tempat 12 Santriwati Dirudapaksa Guru, Ternyata Tak Ada Ijazah

Baca juga: Fakta Pesantren Tempat 12 Santriwati Jadi Korban Rudapaksa: Tak Ada Ijazah, Guru Hanya Pelaku

Tak hanya memasak, para korban ini juga menjaga anak hingga mengantar teman yang akan melahirkan pun bersama-sama.

Para korban membagi tugas dari mulai memasak, mencuci, hingga menjaga anak.

“Ada yang mau melahirkan, diantar oleh mereka sendiri, saat ditanya mana suaminya, alasannya suaminya kerja di luar kota, jadi begitu selesai melahirkan, bayar langsung pulang, tidak urus surat-surat anaknya,” katanya.

Diah menyebut, selain tempat belajar di Cibiru, pelaku juga menyediakan rumah khusus yang biasa disebut basecamp.

Di rumah itu, korban yang baru melahirkan dirawat hingga pulih dan bisa kembali berkumpul.

“Jadi di lingkungannya, saat ditanya bayi-bayinya anak siapa, mereka bilang anak yatim piatu yang dititipkan,” tandasnya. (TribunWow.com)

Baca artikel lain terkait

Artikel ini telah diolah dari Kompas.com dengan judul "Guru Pesantren di Bandung Perkosa 12 Santriwati di Yayasan hingga Hotel"dan  "Kisah Pedih Santriwati Korban Guru Pesantren, Melahirkan Diantar Teman dan Menjaga Anak Sama-sama"

Tags:
BandungJawa BaratrudapaksaSantriwatiGuruHerry Wirawan
Berita Terkait
ANDA MUNGKIN MENYUKAI
AA

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved