Pembunuhan di Subang
Tak Terima Kesaksian Kliennya Dikatakan Fiktif, Ini Kata Pengacara Danu soal Banpol di Kasus Subang
Beberapa hari lagi, kasus pembunuhan Tuti Suhartini (55) dan Amalia Mustika Ratu (23) yang tewas di Subang, Jawa Barat, akan memasukki hari ke-100.
Penulis: Afzal Nur Iman
Editor: Lailatun Niqmah
"Tidak kenal," kata pedagang yang sehari-hari berdagang di sana.
Bukan hanya pedagang, sejumlah pihak lain yang sedang berada di musala sekitar kantor polisi itu juga mengaku tak mengenali banpol yang dimaksud.
Namun, Kepala Desa Jalan Cagak, Indra Zainal Alim menyebut banpol yang disebut Danu benar-benar ada.
Sayangnya, ia tidak mau berbicara banyak terkait banpol yang dimaksud Danu itu.
Selain menggali informasi dari warga sekitar, Tribun Jabar juga mencoba menghubungi nomor telepon yang diduga merupakan nomor telepon milik oknum banpol.
Hal itu juga tidak bisa memberi informasi banyak.
Meski aktif, namun tidak ada respons yang diberikan saat panggilan telepon dilakukan.
Melalui kuasa hukum Danu, foto itu diperlihatkan dengan banpol sedang menghadap rumah seperti TKP kasus Subang.
Sayangnya, tidak ada wajah yang diperlihatkan, saat difoto, oknum banpol itu sedang membelakangi kamera.
Sebagai informasi, kasus ini bermula sejak jasad kedua korban yaitu Tuti Suhartini (55) dan Amalia Mustika Ratu (23) ditemukan di rumahnya di Desa Jalancagak, Subang, Jawa Barat pada Rabu (18/8/2021).
Sejak itu, kasus ini belum terungkap dan belum diketahui siapa yang menjadi pelaku pembunuhan tersebut.
Tim gabungan juga sudah dikerahkan mulai dari Polda Jawa Barat, Polda Metro Jaya, dan Bareskrim Polri menyatakan membantu penyelidikan kasus ini.
Kronologi penemuan jasad dimulai ketika suami Tuti, Yosef diketahui merupakan orang pertama yang datang ke TKP dan menemukan rumahnya sudah dalam keadaan berantakan dan berceceran darah.
Dia kemudian melaporkan ke polisi di Mapolsek Jalancagak karena mengira ada perampokan di rumahnya.
Selain menghubungi polisi, diketahui dia juga menghubungi anaknya Yoris, dan kakak Tuti, Ida (mamah Danu).