Terkini Daerah
Polisi di Medan Nyaris Tewas Dikeroyok Preman, Keluarga Korban Akui Sudah Damai dengan Pelaku
Berawal dari urusan bisnis keluarganya, seorang polisi di Medan nyaris tewas saat mencoba menenangkan perselisihan antara pelaku dan keluarganya.
Penulis: anung aulia malik
Editor: Rekarinta Vintoko
TRIBUNWOW.COM - Seorang anggota Polsek Medan Timur bernama Aipda Eko Sugiawan nyaris tewas seusai dikeroyok oleh preman di Perumahan Kalpatara Indah, Jalan Setia Budi, Kelurahan Helvetia Timur, Kecamatan Medan Helvetia, Medan, Sumatera Utara, pada Jumat (22/10/2021) lalu.
Kasus ini terjadi ketika korban berusaha melerai perselisihan antara keluarganya dengan pihak pelaku.
Diketahui sejumlah orang telah ditetapkan sebagai tersangka dalam kasus ini.
Baca juga: Kasus Subang Makin Mengerucut, Polisi Sebut Ada Saksi Mulai Panik: Bercerita Tanpa Bukti
Baca juga: Diminta Klarifikasi, Ayah Penyiksa Anak di Depok Sempat Tantang Warga: Kalau Berani Maju
"Untuk saat ini sudah ada penetapan tersangka," ujar Kapolrestabes Medan Kombes Pol Riko Sunarko saat diwawancara di Mako Polrestabes Medan, Selasa (9/11/2021).
Dikutip dari Tribun-Medan.com, tidak dijelaskan secara detail berapa orang yang dijadikan tersangka dalam kasus ini.
Kombes Riko menegaskan, permasalahan terjadi karena bisnis keluarga korban, tepatnya adik korban.
"Jadi bukan soal bisnis dari polisi," jelas Kombes Riko.
Sementara itu, adik korban mengaku sudah menempuh jalur damai dengan pihak pelaku.
"Kemarin kami sudah damai. Tepatnya Jumat (5/11/2021)," ujar Edi Susanto selaku kakak kandung korban.
Kronologi Korban Berniat Melerai
Dikutip TribunWow.com dari Tribun-Medan.com, kejadian ini bermula ketika kakak kandung Aipda Eko, Edi Susanto terlibat bisnis dengan seorang anggota ormas masyarakat berinisial DK.
Edi dan dua rekannya diketahui menyewakan sejumlah unit truk kepada DK.
"Awalnya datanglah DK ini, sebelumnya memang sudah kenal. Sudah pernah merental sama kita sekali dua kali, enggak ada masalah. Makanya kita percaya sama dia," kata Edi kepada Tribun-medan.com, Minggu (31/10/2021).
Kala itu Edi dan dua rekannya bersama DK sudah sepakat jika harga sewa truk dihitung per hari dan satu truk dipatok harga Rp 900 ribu.
DK kala itu menyewa tujuh unit selama enam hari.
DK mengaku kepada Edi bahwa truk tersebut ia pakai untuk bekerja bersama dengan ketua OKP/Ormas di Kabupaten Langkat.
"Dia bilang kerja sama dengan ketua ormas sana, mau nimbun PKS. Sama kita ya terserah, yang penting bayar uang rental," tuturnya.
Edi bercerita, DK saat itu sempat meminta surat tanda terima untuk pencairan dana sewa truk.
Setelah dibantu dibuatkan tanda terima, DK diketahui sudah menerima uang dari ormas yang ia ikuti sebanyak Rp 37,8 juta.
Kemudian, setelah berjalan dua hari, tiba-tiba DK menghubungi Edi mengatakan dia tidak sanggup dan meminta agar penyewaan dibatalkan.
"Dipulangkan semua (truk yang disewa), karena enggak sanggup bayar rental. Jadi ku telpon DK ini, hitungan dulu kita, tapi dia enggak datang," sebutnya.
Edi bercerita, di hari berikutnya ada anggota ormas mendatangi kantornya dan memaki-maki.
"Datanglah utusan ketua ormas itu, dibilangnya saya penipu, tukang olah. Jumpanya sama karyawan saya, kebetulan saya enggak ada," ucapnya.
Baca juga: Tegaskan Banpol Tak Berwenang Buka TKP, Polisi Minta Publik Jangan Asal Percaya Omongan Danu
Saat Edi tiba di kantor, DK turut datang.
DK menyarankan agar uang sewa yang ada pada Edi dikembalikan kepada ormas yang menyewa truk tersebut.
Akhirnya Edi dan dua rekannya mengembalikan uang sewa ke ormas tersebut.
Namun seusai kejadian itu, ormas yang bersangkutan protes bahwa dana yang dikembalikan masih kurang.
"Selisih berapa lagi, kan sudah sepakat, si DK juga yang bilang sepakat. Jadi saya pun pulang," kata Edi menceritakan kejadian saat itu.
Edi bercerita pada saat itu dirinya dibuntuti oleh anggota ormas hingga sampai di rumah dan sempat terjadi cekcok.
Pada saat itu Edi sempat mengusir para anggota ormas tersebut.
"Cabutlah orang itu. Saya berpikir pasti buat laporan polisi mereka. Jadi hubungi adik saya yang polisi. Konsultasi saya melalui telepon sama dia," katanya.
Ketika berbincang bersama Aipda Eko yang merupakan adiknya, Edi mendapat kabar dari istrinya bahwa rumahnya diserbu oleh puluhan orang.
"Pukul 21.56 WIB masuk telpon dari istri, bilang di rumah sudah ramai, diserang orang. Gitu mau masuk komplek, saya lihat sudah ramai, padat komplek saya, mobil semua penuh," tuturnya.
"Langsung nyerang saya, mobil hancur. Pakai samurai, ditombak juga mobil saya tapi saya menghindari," kata Edi.
Edi mengaku turut mendengar suara letusan senjata api sebanyak dua kali namun tidak tahu siapa yang memakai senpi tersebut.
Namun, kata Edi, asal suara bersumber dari kerumunan anggota ormas yang menyerang rumahnya.
Ketika rumah Edi diserbu oleh puluhan anggota ormas tersebut, datang Aipda Eko naik motor dan langsung mencoba melerai kericuhan yang terjadi.
Alih-alih menenangkan situasi, Aipda Eko justru kena bacok hingga nyaris tewas.
Plt Kasat Reskrim Polrestabes Medan, Kompol Rafles Langgak Putra Marpaung mengatakan, sebelumnya kasus ini sempat ditangani Polsek Helvetia.
"Karena tingkat kesulitan dan kerawanan kasusnya (lebih tinggi), maka lebih baik ditangani Polrestabes Medan," kata Rafles, Senin (1/11/2021).
Dia mengatakan, bahwa benar pelaku penyerangan yang hendak membunuh Aipda Eko Sugiwan adalah preman anggota ormas tertentu.
Namun, penyerangan itu dilakukan bukan atas nama ormas para preman.
"Mereka tidak mengatasnamakan FKPPI. Tidak pakai seragam FKPPI. Jadi belum bisa saya katakan diserang ormas FKPPI," katanya. (TribunWow.com/Anung)
Artikel ini telah tayang di Tribun-Medan.com dengan judul Kapolda Sumut Bilang Enggak Ada Preman, Anggotanya Malah Dibacoki Hendak Dibunuh Anggota OKP, Polisi Dibacok Preman dan Hendak Dibunuh, Kasat Reskrim: Mereka Tidak Pakai Seragam, dan Oknum Polisi Nyaris Dibunuh Preman, Kapolrestabes Medan: Sudah Ada Tersangkanya