Breaking News:

Virus Corona

Studi Ini Ungkap Alasan Mengapa Konsumsi Gula Berlebih saat Isolasi Mandiri Covid-19 Perlu Dihindari

Selain karena bisa menyebabkan peradangan, ada sejumlah alasan lain yang telah dikonfirmasi oleh penelitian.

Penulis: Afzal Nur Iman
Editor: Atri Wahyu Mukti
AFP via News18
Ilustrasi Diabetes. Disebutkan jika pasien Covid-19 meski non-diabetes berisiko mengalami keparahan jika gula darahnya tinggi. 

TRIBUNWOW.COM - Sejumlah ahli kesehatan menyarankan agar pasien Covid-19 tidak mengonsumsi gula berlebih ketika menjalani isolasi mandiri

Selain karena bisa menyebabkan peradangan, ada sejumlah alasan lain yang telah dikonfirmasi oleh penelitian.

Dilansir dari Business Standard, misalnya dalam studi yang dipublikasi dalam jurnal Cell Metabolism, para peneliti menemukan bahwa infeksi Covid-19 bisa menyebabkan tingginya gula darah atau hiperglikemia. 

Baca juga: Selain Molnupiravir, Pemerintah Jajaki 2 Jenis Obat Covid-19 untuk Digunakan di Indonesia

Baca juga: Ingin Obat Covid-19 Molnupiravir Bisa Diproduksi di Indonesia, Luhut dan Menkes Agendakan ke AS

Hal itu dikarenakan virus penyebab Covid-19 bisa mengganggu produksi sel lemak dari adiponektin.

Adiponektin adalah hormon yang diproduksi oleh sel-sel lemak yang biasanya memiliki efek perlindungan terhadap diabetes dengan meningkatkan sensitivitas insulin.

"Kami biasanya tidak berpikir bahwa sel-sel lemak sangat aktif, tetapi sebenarnya mereka mensintesis banyak protein pelindung untuk tubuh Anda, dan tampaknya SARS-CoV-2 dapat menonaktifkan perlindungan itu pada banyak pasien," kata James Lo, Associate Profesor kedokteran dan ahli jantung di New York-Presbyterian/Weill Cornell Medical Center.

Untuk penelitian ini, tim menganalisis catatan 3.854 pasien yang dirawat di rumah sakit dengan Covid-19 dalam beberapa bulan pertama pandemi di Amerika Serikat (AS).

Mereka menemukan bahwa proporsi yang sangat tinggi yaitu 49,7 persen dari pasien ini mengalami hiperglikemia dan beberapa mengalaminya selama mereka dirawat di rumah sakit.

Hiperglikemia juga terjadi pada pasien dengan influenza berat atau pneumonia bakteri, terutama oleh kematian atau disfungsi sel beta yang memproduksi insulin, yang merupakan hormon utama yang mengatur kadar gula darah.

“Sebaliknya, hiperglikemia pada pasien Covid-19 terutama disebabkan oleh resistensi insulin, di mana insulin ada tetapi jaringan yang biasanya bekerja tidak lagi sensitif terhadapnya,” kata penulis pertama Moritz Reiterer.

Baca juga: Diklain Efektif, Thailand akan Produksi Besar-besaran Obat Herbal Berbahan Sambiloto untuk Covid-19

"Pasien dengan obesitas, misalnya, mungkin lebih rentan terhadap Covid-19 karena mereka mungkin sudah memiliki beberapa tingkat resistensi insulin dan disfungsi sel lemak, dan mungkin sel lemak mereka lebih rentan terhadap infeksi," tambah Lo

Hiperglikemia Meningkatkan Risiko Sakit Parah

Selain itu yang menjadi kabar buruk adalah bahwa tingginya gua darah atau hiperglikemia bisa menyebabkan pasien menjadi sakit parah.

Dibandingkan dengan pasien dengan kadar gula darah normal, pasien dengan hiperglikemia sembilan kali lebih mungkin untuk mengalami disfungsi paru-paru parah (acute respiratory distress syndrome, atau ARDS).

Mereka juga 15 kali lebih mungkin mendapat perawatan dengan bantuan oksigen ventilasi mekanis, dan tiga kali lebih mungkin meninggal. 

Tes lebih lanjut juga mengungkapkan bahwa pasien ARDS Covid-19 mengalami penurunan kadar adiponektin darah yang parah.

Studi yang mengamati 200 pasien Covid-19 dengan hiperglikemia atau kenaikan gula darah, yang dilakukan tim Kedokteran Universitas Michigan menyimpulkan bahwa tingkat kadar gula dalam darah berpengaruh terhadap tingkat keparahan pasien Covid-19.

Hiperglikemia memang ciri utama dari diabetes, namun tidak semua orang yang mengalami hiperglikemia merupakan pasien diabetes. 

Tetapi kebanyakan ahli kesehatan menyebutnya sebagai pra-diabetes, atau diabetes tingkat rendah. 

Seperti diketahui bahwa pasien diabetes mengalami peradangan kronis ketika kadar gula dalam darahnya tinggi. 

Hal itu dianggap yang berpengaruh terhadap keparahan karena ketika terpapar Covid-19 berpotensi terjadinya peradangan tingkat tinggi di dalam tubuh. 

“Berdasarkan pengamatan awal pasien kami, mereka yang memiliki salah satu kondisi yang sudah ada sebelumnya berisiko tinggi membuat disfungsi pernapasan yang disebabkan oleh virus menjadi jauh lebih buruk, berpotensi mengakibatkan kematian,” kata penulis pertama Roma Gianchandani, MD, seorang profesor penyakit dalam di divisi Metabolisme, dikutip dari situs Michigan Medicine.

Bagi pasien diabetes itu sendiri, tingkat keparahan bukan hanya disebabkan karena peradangan kronis, tetapi berbagai komplikasi lainnya yang bisa terjadi.

Dalam kondisi yang parah, pasien ini berada pada peningkatan risiko ventilasi mekanis, terapi penggantian ginjal karena gagal ginjal.

Iklan untuk Anda: Rahasia menghasilkan uang online terbongkar. Pengalaman pribadi!
Advertisement by

Selain itu mereka membutuhkan obat yang dikenal sebagai vasopresor untuk menghentikan tekanan darah rendah yang berbahaya atau steroid untuk memerangi sindrom gangguan pernapasan akut.

“Semua komplikasi ini membuat manajemen gula darah menjadi lebih sulit, tetapi tim kami yakin bahwa manajemen ini penting untuk mencegah komplikasi yang menyebabkan rawat inap berkepanjangan, atau morbiditas,” kata Gianchandani.

“Sebuah penelitian baru-baru ini telah menunjukkan ada korelasi antara gula darah yang terkontrol dengan baik dan tingkat penanda inflamasi yang lebih rendah.”

Tim peneliti juga menyebut tengah mengembangkan alat untuk mengidentifikasi dan mengelola gula darah tinggi pada pasien Covid-19.

Harapannya alat tersebut bisa menempatkan mereka ke dalam kategori risiko tertentu yang melihat tingkat keparahan hiperglikemia. 

Ini juga bisa digunakan bagi pasien non-diabetes dengan kadar gula darah tinggi atau disebut pra-diabetes, dan penderita obesitas. (Tribunwow.com/Afzal Nur Iman)

Baca Artikel Terkait Covid-19 Lainnya

Tags:
Virus Coronaisolasi mandiriCovid-19GulaPeradangan
Berita Terkait
ANDA MUNGKIN MENYUKAI
AA

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved